Sembilan

140 13 0
                                    

Sudah hampir jam 7 tetapi Davin belum juga datang ke sekolah.Vasya daritadi menunggu Davin,karena ingin membicarakan sesuatu.Sangat penting.

Bel pun berbunyi,Vasya hanya bisa mendengus kasar karena Davin yang ditunggunya tidak juga datang.Bangku sebelahnya kosong,dan sepi.

Saat absen berlangsung,sang guru pun melihat keganjilan karena Davin tidak bersuara,"ada yang tau Davin kemana?" tanya sang guru.

"Vasya?" panggil guru itu

"ya bu?" jawab Vasya datar,wajahnya terlihat murung.

"Kamu tau Davin kemana?" tanya sang guru.

"Enggak bu,tapi nanti balik sekolah saya ada rencana buat kerumahnya," jawab Vasya.
[][][]

Pelajaran kimia yang membuat otak seluruh murid menjadi pusing akhirnya selesai juga.

Vasya menuju kantin sendirian,makan sendirian,berjalan menuju kelas sendirian.Tidak ada teman untuk diajak berbicara.Saat Vasya sedang asik membaca novelnya,ponsel nya berbunyi dan melihat bahwa yang menelfon adalah Davin.Vasya langsung mengangkatnya secepat kilat.

"Hai cantik,gimana sekolahnya hari ini?" tanya Davin.

"Ah aku sepi nih gara-gara kamu gak masuk.kamu kenapa?" tanya Vasya dengan nada suara khawatirnya.

"Ah cuma demam biasa kok.Dingin nih,gak mau peluk Davin?" goda Davin pada Vasya.

"Ih apaan sih,Dav!genit deh.eh bentar lagi mau masuk nih,udah dulu ya.Balik nanti aku kerumah kamu," ucap Vasya.

"Yaudah belajar yang bener ya.Wah!kalo kamu kerumah aku suruh mama masak yang enak dong hahaha" ucap Davin jahil.

Sambungan terputus,dan saat itu juga bel berbunyi.Vasya segera memasukan ponselnya kedalam kantongnya.

Guru pun masuk,tetapi Vasya penasaran kenapa yang masuk justru kepala sekolah,"Anak-anak,hari ini ada rapat guru.Jadi kalian dibolehkan untuk pulang.Jangan lupa mengerjakan PR kimia halaman 52 ya," ucap sang kepala sekolah.

Akhirnya seluruh kelas membereskan perlengkapan sekolah masing-masing.Vasya ingin langsung kerumah Davin untuk menjenguknya dan sekaligus ingin bercerita.

Vasya memanggil taksi yang lewat dan langsung menunjukkan arah kemana Vasya akan diantar.

Setelah sampai,Vasya memberikan uang 50ribu untuk supir taksinya.Dan,supir taksi itu akhirnya pergi dan menjauh dari pandangan Vasya.

Tok..Tokk

Mama Davin segera membukakkan pintunya untuk Vasya,"cari nak Davin ya?langsung aja ke kamarnya," perintah mama Davin."makasih tante," jawab Vasya.

Vasya langsung menuju kamar Davin untuk menjenguknya.Setelah dibuka,justru malah tidak ada siapa-siapa dikamar itu.Akhirnya Vasya memutuskan untuk melihat ke kamar mandi,"Dav?" panggil Vasya.

"Eh tuan putri dateng!gimana tadi sekolahnya?" kata Davin bersemangat.

"Sakit tapi pecicilan masih aja ya.Tadi sepi ah gak ada kamu," jawab Vasya dengan muka cemberutnya yang membuat Davin tertawa.

"Hahaha yaudah kita makan dulu yuk kebawah.Jangan cemberut gitu dong,senyum coba senyum," ucap Davin.

"Iyanih senyum!yaudah yuk kebawah," jawab Vasya dengan senyumannya.

Davin dan Vasya turun kebawah untuk makan siang.Percakapan di meja makan pun terbuka karena Davin yang membuka pembicaraan,"Kok hari ini balik cepet banget?" tanya Davin.

"Oh iya tadi ada rapat guru.Terus nih sekalian,ada pr kimia.nanti kerjain bareng aja ya!" ucap Vasya bersemangat.

Akhirnya percakapan di meja makan itupun hening.Hanya ada bunyi dentingan sendok dan garpu yang bertabrakan dengan piring.

Davin dan Vasya dengan cepat menyelesaikan makanannya.Davin yang melihat muka Vasya tiba-tiba murung pun penasaran,"Sya?kamu kenapa lagi?" tanya Davin.

"Gak apa-apa kok.Udah yuk ke kamar!" jawab Vasya bohong.

Sesampainya dikamar Davin,Vasya pun langsung menghempaskan badannya ke kasur milik Davin."Dav,kalo aku tidur sini boleh gak?" tanya Vasya.

"Oh jelas boleh dong.Kenapa emang?" jawab Davin tegas.

Spontan,Vasya pun tiba-tiba menangis."Sya kenapa lagi?mama papa kamu lagi?" tanya Davin khawatir.

"Iya,Dav.Mereka bakalan cerai,dan.......aku harus ikut papa ke amerika," jawab Vasya gugup.Dia takut bahwa Davin akan marah,karena dulu Vasya pernah berjanji tidak akan meninggalkan Davin.

Davin diam membeku,tubuhnya dingin,raut mukanya datar,dan tatapannya kosong."Dav,maafin aku" ucap Vasya dengan tangisannya.

"Pergi lo!" bentak Davin.Vasya semakin mengencangkan tangisannya dan langsung pergi dari rumah Davin.

Davin stress,Davin khawatir,Davin tidak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Sementara diperjalanan pulang,Vasya tidak henti-hentinya menangis.Matanya sembab,merah,hidungnya pun merah.

Davin pun segera tersadar bahwa apa yang dilakukannya tadi adalah hal yang salah,dia membentak perempuan.Seketika perkataan ayahnya terngiang di otaknya,"Dav,kamu jangan pernah bentak atau nyakitin perempuan.Mereka itu lebih dari sekedar berharga."

Davin langsung berlari keluar rumah dan pergi mencari Vasya,"Syukurlah Vasya belum jauh!" gumam Davin.

Akhirnya Davin mengejar Vasya dan langsung meminta maaf,"Sya maafin aku," ucap Davin yang langsung memeluk Vasya.

Vasya semakin mengencangkan tangisannya.Yang Vasya tau,dia sekarang hanya ingin menangis dan menangis."Sya udahan ya nangisnya.Kita pulang ya,aku anter kamu sampe rumah," ucap Davin khawatir.

Davin pun mengantar Vasya pulang,"Sya,kamu jangan lupa kerjain kimianya ya.Maaf gara-gara aku tadi kita gak jadi ngerjain pr nya.Atau kamu mau kerjain sekarang?" tanya Davin.

Vasya hanya diam membeku,wajahnya pucat,matanya sembab,tubuhnya dingin.Dan,saat itu juga Vasya kehilangan kesadarannya.

Davin dengan muka khawatir langsung menggendong Vasya kedalam kamarnya.Menunggu Vasya sampai Vasya tersadar."Sya,aku pulang ya." gumam Davin.

Setiap perkataan mempunyai akibatnya masing-masing.Bahkan,diam pun mempunyai akibat masing-masing juga.

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang