16

92 12 0
                                    

Ketika Davin menghubungi Vasya semalam,Davin sempat menjanjikan Vasya untuk mengajaknya ke makam Nadhira setelah itu baru Davin mengajaknya ke suatu tempat.

Vasya hari ini hanya mengenakan sweater dan jeans nya.Dia tidak ingin repot hari ini.Vasya masih terbayang saat Davin memukul tunangannya kemarin di depan dirinya langsung.Tanpa rasa bersalah,tanpa rasa takut,dan tanpa rasa canggung.Vasya merasa bahwa dirinya benar-benar dilindungi oleh Davin.
[][][]

Davin mengendarai mobilnya dengan cepat,karena Davin telat 10 menit.Setelah sampai ternyata Davin melihat Vasya yang memakai sweater dan jeans duduk di kursi yang ada di koridor rumah sakit,"Sya!" panggil Davin.

Vasya segera beranjak dari tempat duduknya,"Tunggu disitu!" perintah Davin.Vasya hanya bisa duduk menunggu Davin yang menghampirinya."Siap?" tanya Davin.Vasya heran dengan pertanyaan Davin,tanpa basa basi Davin langsung menggendong Vasya dan langsung menggendongnya ke mobil.Vasya teriak dan tertawa saat di gendong,hal ini membuat Davin puas.Mengingat kejadian di cafe kemarin,rasanya Davin ingin menghantam laki-laki itu habis-habisan."Dav?" panggil Vasya sambil mengerutkan keningnya.

"Ya?" jawab Davin singkat dengan pandangan yang masih fokus pada jalanan.

"Kenapa?kok kayanya muka kamu kesel?" tanya Vasya heran."Gapapa."

Jawaban Davin membuat Vasya penasaran.Tadi Davin sepertinya biasa saja,kenapa sekarang jadi cuek dan tampangnya juga tak seperti biasanya.

Davin keluar dari mobil dan menghiraukan Vasya.Mereka sudah sampai di makam Nadhira.Davin menceritakan selurunya kepada Nadhira,Vasya yang mendengarkan merasa terharu.Karena,Davin mengakui jika Davin mencintai Vasya.Davin hanya menceritakan kesenangan dan keluh kesah Davin.Vasya hanya mendengarkan,berdiam diri,tetapi hatinya berkecamuk.Apakah dirinya harus nekat berbicara pada calon tunangannya untuk membatalkan pernikahan dirinya dan tunangannya,dan di satu sisi dia juga harus membantah ayahnya.

Vasya melihat sisi tulus dari Davin yang benar-benar tulus untuk menjaganya.Vasya memutuskan untuk menceritakan ini pada mamanya dan meminta saran.

"Sya?" panggilan Davin menghancurkan lamunan Vasya.

"I...iya?" jawab Vasya gugup.Davin yang mendengar nada dari jawaban Vasya merasa penasaran,"Mikirin apa?"

"Bukan apa-apa.Udahan ya?" jawab Vasya bohong.

Berenti bilang gakpapa kalo nyatanya jiwa kamu terluka,Sya.Batin Davin.

"Iya,yaudah yuk kasian kamunya.Lagi panas ini," ucap Davin.

Setelah datang ke makam Nadhira,Davin kembali bersikap hangat.Cewek hebat,batin Vasya.

Didalam mobil tidak ada yang membuka suara,sampai akhirnya Vasya bercerita pada Davin tentang tunangannya.Davin yang mendengar cerita Vasya hatinya seperti tertusuk-tusuk pisau.Rasanya Davin makin kesal dengan laki-laki itu.

Setelah selesai Vasya bercerita,Davin menanggapinya dengan serius dan dengan nada bicara yang lembut, "Sya,mau gak mau kamu harus ngalamin yang namanya gagal,sakit hati,kehilangan,dan bahkan saat kamu kenal orang baru buat ngisi hidup kamu.Itu cara kamu biar kamu belajar buat sayang sama diri kamu sendiri,ngebuat diri kamu jadi lebih kuat,ngehargain orang yang berjuang demi kebahagiaan kamu.Setiap orang di hidup kamu punya peran masing-masing.Ketika peran yang dia mainin itu selesai,kamu harus belajar buat ngelepasin dia." ucap Davin. "Dan satu lagi.Jangan pernah ngerahasiain apapun dari aku," tambah Davin sambil mengelus rambut Vasya.

Vasya merasa sangat puas dengan jawaban Davin.Bahkan,Vasya bisa melihat dari cara Davin menjaganya dan Davin yang selalu mendengarkan ceritanya.Davin sangat tulus.

"D..Dav," panggil Vasya gugup.

"Ya?" jawab Davin singkat.

"Apa kamu cemburu pas tau aku udah tunangan?" tanya Vasya ragu.Davin hanya menghembuskan nafas kasar sehingga Vasya mengira bahwa Davin tidak akan menjawab pertanyaannya.

"Aku cemburu,Sya." jawab Davin."Inget dulu pas perpisahan di bandara?aku udah janji sama diri aku buat nyusul kamu ke Amerika kalo udah sukses.Aku udah susun rencana secara matang buat ngejar kamu,dan.....ngelamar kamu," ucap Davin ragu.

Vasya dihantam rasa bersalah karena Davin bersusah payah menyusun rencana untuk mengejarnya ke Amerika,bahkan rencana untuk melamarnya.Seketika Vasya menelan ludah dengan susah payah karena hal yang di pikirkannya tadi."Dav..." panggil Vasya.

"Ya?" jawab Davin dengan senyuman palsunya.

"Maafin aku," ucap Vasya.Davin hanya tersenyum tanda menerima permintaan maaf dari Vasya."Aku harus ngelakuin apa buat nebus kesalahan aku?" tanya Vasya.

"Gak usah ngelakuin apa-apa.Aku belum nyerah buat ngejar kamu.Disini aku yang bakal gerak buat dapetin hati orang tua kamu," ucap Davin.Vasya tak menyangka bahwa Davin akan menjawab seperti itu.

Mereka hanya terdiam dalam keheningan masing-masing di dalam mobil.Hati Davin dan Vasya sama-sama berkecamuk,pikiran mereka penuh dengan hal yang tidak-tidak.

"Sya,udah sampe.Yuk turun!" ucap Davin.

"Kok ke bandara?mau ngapain?" tanya Vasya penasaran.

"Beli tiket lah!lemot banget sih!" ucap Davin sambil terkikik geli dan mengacak-acak rambut Vasya.

"Yah payah!Kenapa gak sekalian aja pake traveloka biar gaul!" ucap Vasya jengkel.Davin hanya menanggapi perkataan Vasya dengan tawanya.

Mereka membeli tiket tujuan Maldives.Davin membiarkan Vasya memilih.Mereka akan berlibur berdua,sementara anak-anak yang di adopsi Davin akan tinggal dirumah Davin dengan pembantu-pembantunya.Besok Davin dan Vasya pergi ke Maldives berdua.Davin benar-benar tidak peduli dengan status Vasya sekarang.Davin rasa Vasya memang tidak pantas mendapat calon suami seperti itu,dia tidak pernah memperlakukan Vasya dengan benar.

"Sya,janji ya sama aku kamu gak bakalan sedih.Disetiap sakit yang kamu rasain pasti ada pelajarannya,kamu pantes buat bahagia,Sya." ucap Davin.

"Aku bahagia,Dav selama kamu ada disini sama aku," jawab Vasya.

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang