Happy reading rakyat dunia Oren!
Vote dan komen ya.
gimana kabar hari ini?
.
.
.
08.15 a.m.Sofia bangun dari tidurnya karna sinar matahari menerpa wajahnya. Burung berkicau diluar sana suara dedaunan yang diterpa angin yang begitu menenangkan menyambut Sofia.
Ia menoleh dan tak menemukan drevil. Ia memperhatikan sekeliling dan berjalan menuju kamar mandi tetapi pria itu tidak ada juga. Kemana pria itu?
Oh mungkin saja ia sudah berangkat bekerja.Ah sudah lah kenapa Sofia harus memikirkan pria itu.
Sofia pun membersihkan dirinya. Dalam waktu 15 menit Sofia pun keluar dengan menggunakan pakaian baju jumpsuit pendek berwarna kuning.
Ia keluar menuju meja makan, sungguh ia lapar. Karena drevil tak memberinya makan dari semalam.
"Permisi, apakah ada makanan? "
Para koki dan pelayan yang ada didapur kaget saat melihat nona mereka berada didapur.
"Ya ampun nona, anda tidak perlu kedapur. Cukup panggil kami saja." Pelayan itu berkata dengan panik.
Melihat gerutan wajah panik sang pelayan didepannya membuat Sofia mendelik. Kenapa pelayan ini begitu panik?
"Aku hanya lapar, apakah ada makanan?" Kata Sofia sambil memegang perutnya.
"Duduklah nona kami akan membuatkan mu makanan."
Sofia mengangguk dan bejalan menuju meja makan yang besar itu. Ia menatap sekeliling para pelayan yang bekerja dan para bodyguard yang bejaga disetiap sudut mansion.
7 menit kemudian makanan yang lumayan banyak pun datang. Para pelayan membungkuk hormat. "Apakah ada menu lain yang anda inginkan nona?" Kata pelayan itu sopan.
"Tidak, ini sudah cukup. Sekarang ayo kita makan sama-sama!" Ucap Sofia senang. Berbeda dengan para pelayan dan chef yang kaget.
Mereka dengan gelalapan menggeleng dan berucap dengan panik.
"Tidak nona!" Jawab mereka serentak.
"Loh kenapa? Ayo duduk kita makan bersama. Bukankah kalian yang memasaknya kenapa tidak mau makan bersama?" Tanya Sofia memiringkan kepalanya.
"Kalian tidak mau makan bersamaku ya?" Lirih Sofia menunduk, yang mana itu membuat mereka semakin panik.
"B-bukan begitu nona, kami tidak pantas satu meja denganmu. Lagi pula kami juga sudah makan." Jawab seorang pelayan dengan sopan.
"Ada apa ini?"
Suara bariton itu membuat siapapun yang mendengarnya menjadi menegang takut. Para pelayan menunduk tak berani bersuara. Melihat tuannya mendekat mereka menundukkan badan mereka.
"Kalian semua tuli?" Kata Drevil dingin sambil menatap Sofia. Tangannya terangkat untuk mengelus kepala gadis kesayangan nya.
"M-maaf t-tuan nona menyuruh kami makan bersamanya. Tetapi kami tidak pantas satu meja dengan nona maka dari itu kami menolak." Ucap kepala pelayan dengan gugup.
"Pergi!."
Satu kata membuat mereka semua beranjak dari sana tanpa sisa. Mereka pergi tergesa gesa.
Drevil menatap Sofia yang menunduk, tangannya senantiasa mengelus kepala gadisnya dengan sayang.
"Angkat kepala mu sayang. Ratuku tak pantas menunduk!" Tegas Drevil.
Mau tak mau Sofia mengangkat pandangannya menatap Drevil. Mata indahnya bergetar saat bersitatap dengan mata tajam hitam legam itu. Drevil tersenyum melihat gadisnya, miliknya. Benar-benar mengemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Man Obsession
General FictionGadis itu seperti kelinci kecil yang sedang diintai oleh singa buas. . . . "Lepaskan aku...apa yang kau inginkan dari ku tuan..." "Yourself" ucapnya dengan santai, tangan kekarnya senantiasa mengusap lembut pipi chubby gadisnya. "S-siapa kau sebenar...