Baca sesuai urutan judul.
Vote dong tukhon:)𝐃𝐀𝐔𝐍𝐀𝐑𝐀
Hari ini lima orang berkumpul dalam satu ruangan yang tidak terlalu besar. Ada kursi kayu jati yang mereka gunakan untuk duduk, di meja hanya ada satu toples berisi kerupuk goreng pasir dan nampan dengan 4 gelas kopi dan 1 gelas teh hangat.
"Jadi ini ada keperluan apa ya sampe ke Bandung segala. Ini nak siapa namanya?" tanya Herman.
"Daun om."
"Temennya Angin?"
"I-ya mungkin."
"Jadi gini pak, saya oramg tuanya Daun. Kami ke sini untuk merundingkan sesuatu tentang Angin dan Daun." jelas Wei.
"Ada apa ya? Anak saya bikin masalah?"
"Engga pak, justru anak bapak baik sekali sama anak saya. Cuma masalahnya...." Wei menjeda kalimatnya sebentar, dia mengarahkan maniknya menatap sang putra yang terlihat takut, Angin ga berani nyentuh Daun untuk saat ini.
"Masalahnya Angin dan anak saya punya perasaan lebih dari teman."
"Ha? Gimana pak?" Herman kebingungan.
"Pacar mungkin."
"HA? OH JADI INI YANG ADA DI FOTO, PANTES MUKANYA GA ASING. PERGI KAMU DARI RUMAH SAYA!" Herman berteriak saking marahnya, dia mengjampiri Daun dan menarik tanganny untuk berdiri.
"AYAH!"
"PAK! LEPASIN ANAK SAYA!" Wei menarik dan mendorong Herman, Meyra menarik Daun ke pelukannya.
"Jauhkan anak bapak dari anak saya! Pasti kalian juga tau kalo mereka salah."
"Kami tau dan kami sadar dengan apa yang kami pilih."
"Lalu kenapa kalian mengijinkan hubungan menjijikkan seperti mereka terjalin hingga sekarang?"
"Karena itu hidup mereka, kami sebagai orang tua hanya membimbing dan sedikit memaksa. Tapi nyatanya mereka ga bisa mengikuti apa yang kami minta, semakin dipaksa semakin sakit mereka dan sakit pula kami sebagai orang tua. Apa anda tidak merasa demikian?"
"Sakit untuk anak seperti itu? Mana mungkin?"
"Kami di sini untuk membicarakannya secara baik-baik pak, sekeras apapun anda mencoba, percayalah anak anda akan tetap berdiri di samping anak saya."
Herman membalikkan badannya lalu berjalan menuju sang putra. Herman memegang pundak Angin dengan kuat, sorot matanya menyatakan kekecewaan yang sangat dalam, Angin tau dan Angin juga merasa bersalah.
"Maaf yah."
"Anak gblk."
Satu pukulan dilayangkan ke wajah rupawan sang putra. Wei tentu ga tinggal diam, dia memisahkan anak dan ayah itu. Daun melepaskan dirinya dari pelukan sang mama, dia membantu Angin berdiri dan mengusap pelan pipi pacarnya.
"Lepasin saya atau anda juga akan mendapat luka yang sama." ancam Herman.
"Lakukan sesuka anda, saya rela sakit untuk melihat kebahagiaan anak saya."
Herman hampir melayangkan pukulannya ke wajah Wei, Wei juga sudah bersiap memasang perlindungan. Tapi pukulan itu terhenti satu inchi di dekat Wei karena Herman mendengar apa yang Daun katakan.
"Apa gunanya kekerasan?"
Herman menarik tangannya menjauh, dia berbalik melihat Daun sedang memeluk Angin. Sorot mata Daun bukan sorot ketakutan seperti tadi, kini sorot itu terlihat lebih berani dan menantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐀𝐔𝐍𝐀𝐑𝐀 >>NetJames
FanfictionCerita susahnya Angin jatuhin Daun, tapi begonya si Angin malah lupa sama perjuangannya jatuhin si Daun, iya James Daunara. Jatuh itu Jatuh Cinta maksudnya. >>NetJames >>boyxboy >>yaoi