48. Keputusan

401 42 5
                                    

Baca sesuai urutan judul.
Vote dong tukhon:)

𝐃𝐀𝐔𝐍𝐀𝐑𝐀

Malam itu Angin dan Langit baru selesai balapan sekitar pukul setengah 4 pagi. Angin ikut balapan untuk melampiaskan rasa kesalnya. Satu-satunya aset Langit adalah mogenya yang dulu dia beli nyicil.

Mereka memilih jalan pintas agar bisa cepet sampe kosan, mereka udah ngantuk berat. Waktu lewat bawah tol mereka ga sengaja liat ada dua manusia tergeletak di trotoar, Langit kenal banget sama plat nomor motor itu jadi mereka langsung berhenti.

"Astaga Daun." Angin langsung memeluk apa yang selama ini dia rindukan.

"La bangun la, sayang bangun." Langit menguncangkan tubuh Laut.

"Eum, lepas ih." Laut mendorong Langit tapi Langit tidak bergeming dari posisinya.

"Daun bangun, ada orang asing." ucap Laut dengan nada mendayu sambil menendang-nendang kaki Daun.

"Apasih laaaaaa."

"By ini aku."

"Huh?"

"Angin."

"Angin? Angin? Huwaa kangen Angin." Daun peluk badan Angin.

"Daun jangan, dia bukan Angin." kata Laut sambil menendang kaki Daun lagi.

"Huh? Jauh-jauh!" Daun langsung mendorong Angin menjauh.

"Aku Angin by astaga, kalian minum berapa botol?"

"Satu dua tiga emmm 6 hehe." jawab Laut.

"Astaga Lala sayang bisa-bisanya, ayo pulang."

"Ke mana?"

"Rumahmu Lalaaaa, aku anter, nanti temenku bantuin bawa motormu ya."

"Huh?"

"Ayo."

Langit membopong Laut ke motornya begitu juga Angin. Mereka meminta Boun teman mereka untuk membawakan motor Laut karena kebetulan dia membawa pacarnya juga. Mereka menunggu sekitar 15 menit, pacarnya yang bernama Prima membawa motor Laut karena motornya vespa matic.

Sesampainya di rumah Daun, Angin menekan bel rumah Daun yang ada di depan pagar. Ga lama papa mama Daun membukakan pintu pagar.

"Daun astaga." papanya langsung mengambil alih putranya.

"Kenapa kamu sama dia? Dia mabok gini pasti gara-gara kamu."

"Engga om, saya-"

"Pergi sekarang!"

"Pa, sabar pa."

"Saya pamit om, tante."

Angin meninggalkan rumah Daun dengan perasaan yang dipenuhi rasa kesal dan sedih. Dia belum puas melihat wajah Daun tapi kalo Daun dibawa ke kosan bisa-bisa orang tua Daun makin ga suka sama Angin.

Di sisi Lain, Langit masih diberi kesempatan untuk menjelaskan. Boun dan Prima udah pulang duluan, Langit juga udah bilang makasih ke teman satu hobinya itu.

"Dimana?" tanya Felix, papa Laut.

"Di bawah tol yang sepi itu om, saya abis balapan terus ps lewat liat Laut udah tepar di trotoar."

"Kamu balapan liar?"

"Err... Iya." Langit ragu untuk jujur tapi daripada dia bohong keterusan mending jujur aja.

"Hm... Makasih ya udah nganter Laut pulang."

"Iya om, kalo gitu saya pamit."

"Iya ati-ati."

𝐃𝐀𝐔𝐍𝐀𝐑𝐀 >>NetJamesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang