11. G&W | Niat Buruk

1.2K 64 0
                                    

Niat Buruk

Diana sedang menulis beberapa resep untuk pasien yang ia jaga di IGD, dirinya sekarang sudah baik-baik saja. Brigjend Didi benar-benar memberinya makanan yang sangat banyak. Diana menulis resep menggunakan pulpen berwarna nya, kali ini dia menggunakan pulpen warna hijau army dia sangat suka warna itu. Saat sedang fokus menulis resep ia merasa ingin buang air dirinya pun berjalan keluar menuju toilet.

Sella merencanakan niat jahatnya, ia begitu kesal kepada Diana. Saat istirahat makan siang ia pergi ke RS Tentara yang ditempati Diana. Sella sangat senang begitu mengetahui Diana keluar dari ruangannya, kesempatan itu Sella gunakan untuk memasuki ruangan Diana.

Sella mulai beraksi, ia melihat beberapa lembar resep di atas meja Diana, ia pun mulai mengubah dosis obat pada resep itu menggunakan pulpen hijau. 3 resep sudah ia ubah dengan dosis yang diluar batas. Sella begitu sangat egois, hanya karena masalah percintaan ia rela menjatuhkan karir orang lain. Setelah puas dengan aksinya ia pun beranjak pergi, tanpa disadari olehnya satu anting milik Sella terjatuh di bawah meja Diana.

Sekembalinya Diana ia mulai melanjutkan menulis resep. Setelah selesai dirinya mulai menghitung ada berapa lembar resep tanpa mengecek nya kembali. Diana begitu bodoh. Diana memberikan resep itu pada apoteker.

Apoteker bingung dengan beberapa resep yang dosisnya diluar rata-rata, Apoteker itu berpikir apa dokter Diana tidak fokus sampai-sampai salah menulis resep? Sebab ini baru pertama kalinya dokter Diana membuat kesalahan. Petugas itu pergi menuju ruangan Dokter kepala dan menunjukkan resep tersebut.

Tak butuh waktu lama, Pak Bambang selaku Dokter Kepala ingin menemukan jawaban langsung dari kesalahan resep itu pada Dokter muda Diana. Dia pun memanggil Diana untuk segera menemui nya di ruangan pak Kolonel itu.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan di luar pintu.

"Permisi pak. Ini saya Diana," Diana mengetuk pintu itu.

"Masuk," ucap pak Bambang dengan suara yang tegas.

Diana pun masuk dan alangkah terkejutnya ia melihat petugas apoteker yang baru saja ia temui berada di ruangan Pak Bambang.

"Silahkan duduk dokter muda Diana," pak Bambang berbicara sambil mempersilahkan Diana untuk duduk.

"Terimakasih," kata Diana sebelum ia akhirnya duduk di kursi itu.

"Ini resep yang Anda tulis kan?" ucap Pak Bambang sambil meletakkan kertas itu didepan Diana.

"I-iya pak, apa ada kesalahan pakk?" Diana bertanya dengan hati-hati. Dirinya takut jika perkataan nya sampai salah.

"Silahkan di cek lagi! Apa Anda tidak salah dalam menentukan dosis untuk pasien?" Wajah pak Bambang mulai serius.

Setelah membaca ulang Diana terkejut dengan dosis yang sangat melebihi ambang batas. Perasaan ia tidak pernah menulis dosis dengan angka yang tinggi seperti itu.

"Maaf pak, seinget saya, saya gak pernah menulis dosis yang berlebihan seperti ini. Ini pasti ada kesalahan," Diana berusaha untuk menjelaskan kepada Pak Bambang.

"Apa Anda tidak sadar, kalau memang ada orang yang iseng kenapa semua daftar obat dan dosis nya bertuliskan pulpen warna hijau? Apa Anda tidak menyadari nya?" pak Bambang tidak bisa menahan emosinya, karena kalau terjadi sesuatu di RS nya pasti yang pertama disalahkan ya pemimpin RS tersebut.

"Saya anggap ini sebagai kesalahan terakhir yang pernah dokter lakukan. Untuk saja petugas Apoteker langsung paham titik kesalahan nya. Saya minta dokter Diana harus lebih fokus dan profesional lagi dalam bekerja. Kedepannya kalau terjadi seperti ini lagi saya akan melaporkan ke Departemen kamu," pak Bambang pergi dari ruangan nya dengan perasaan sedikit kecewa, tapi ia masih memberi kesempatan kepada Diana sebab Diana adalah salah satu dokter muda yang rajin, baik dan ramah terhadap pasien.

Green and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang