Mendapat Ancaman part 2
Malam hari telah tiba, mereka bertiga sedang asyik bercanda, belajar materi, bernyanyi lagu kesukaan mereka, berkaraoke, membaca novel dan lain-lain. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan bahagia.
Faida penasaran dengan Diana kenapa ia bisa sampai berkeinginan punya pasangan Abdi Negara. Faida pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Na kenapa kamu pengen banget punya pasangan Abdi Negara?" Tanya Faida dengan muka serius.
Diana begitu terkejut ketika temannya itu menanyakan tentang keinginannya.
"Mau tau atau mau tau banget nihhh?" ucap Diana dengan wajah bercanda.
"Ihh Na, aku serius" Faida berbicara dengan muka melasnya, berharap Diana bisa menjawab pertanyaan nya.
"Kalian lagi ngobrolin apa sii?" tanya Amara dengan muka penasaran dan keinginan tahuannya itu.
"Ini si Diana kan katanya pengen banget punya pasangan Abdi Negara, nah terus aku mau nanya alasannya apa?" Jawab Faida.
"Lhoo kok lo juga mau kaya Fai si, punya pacar Abdi Negara. Btw, gue juga mau tau dong Na alasannya apa. Kenapa lo itu bisa punya selera yang kaya tentara gitu" Amara juga ikutan penasaran dengan jawaban Diana.
"Oke. Aku bakal kasih tau alasannya. Jadi aku itu suka laki-laki yang pastinya pintar agamanya, gak ngerokok, gak suka dugem, terus bertanggung jawab, tegas, badannya keker, berotot, tinggi, cool, gak banyak omong, cuek sama perempuan lain tapi friendly nya cuma sama ibu ataupun kakak adik perempuan nya aja. Dan aku lihat semua kriteria itu ada di Abdi Negara, kaya polisi sama tentara. Tapi aku lebih suka tentara." Diana menjelaskan itu dengan wajah malunya, karena pada akhirnya temannya itu tahu alasan mengapa ia bisa suka Abdi Negara.
"Dan yang pasti six pack kan? Roti sobek kan?" ucap Amara sambil menebak-nebak.
"Nahh itu kamu tau Ra" ucap Diana. Merasa itu juga menjadi salah satu yang disukai Diana dan Faida seketika mereka tertawa mendengar apa yang diucapkan Amara.
"Sebenarnya sih, aku gak berharap banget bisa punya pasangan seorang tentara. Laki-laki manapun yang memang sudah Allah takdirkan untuk ku pasti aku akan menerima nya dengan sepenuh hati."
"Gua Do'ain Lo sama kak Al itu siapa namanya?"
"Alghifari" potong Faida pada ucapan Amara.
"Iya sama si Alghifari itu berjodoh yaaa!" Amara berbicara sambil mengangkat tanganya layaknya seorang yang sedang berdo'a.
"Aamiin!" Jawab Amara dan Faida kompak.
"Ihh apaansi!" Diana begitu malu, pipinya memerah seketika ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur diikuti oleh kedua temannya itu.
Dan di saat itu Faida teringat akan niatannya.
"Na, aku boleh join kost bareng sama kamu gak, nanti untuk uang bulanan kost kita bisa bagi dua. Soalnya rumahku jauh dari kampus butuh waktu 25 menit agar aku bisa sampai kampus, kadang aku sampai telat pulang ke rumah. Lagian motor dirumah sering dipakai kakak aku kerja, aku gak dibolehin bawa mobil ke kampus. Terus enak juga di kost an kamu ini, bersih, nyaman, deket lagi sama kampus. Aku juga udah izin sama ibu aku buat ngekost sama kamu. Gimana kamu gak keberatan kan?" Faida menjelaskan dengan panjang lebar berharap agar Diana mau menerima nya.
"Serius kamu mau tinggal disini sama aku?" tanya Diana karena ia tidak percaya apa yang dikatakan temannya.
"Iya aku serius, kamu gak keberatan kan?" Faida berbicara dengan hati-hati, tangannya menggenggam tangan Diana, Faida berharap temannya itu mau menerimanya.
"Dengan senang hati aku akan menerima kamu. Aku gak keberatan sama sekali. Lagian enak juga kalau ada temen, aku gak sendirian. Kamu dan Amara selalu baik sama aku. Jadi gak ada keraguan dan alasan lagi untuk aku nolak kamu" ucap Diana dengan muka senang nya.
Mereka bertiga pun mellow dan akhirnya berpelukan.
Amara yang juga anak rantau merasa iri dengan dua sahabat nya itu. Dia memang ngekost tapi tinggal berdua dengan sepupunya yang bekerja sebagai kasir mall di Semarang.
***
Mereka bertiga sedang rebahan berjejer dengan posisi telentang di atas kasur sambil memandangi langit-langit rumah kost itu.
Diana begitu kepikiran dengan perkataan Sella kemarin malam. Ancamannya itu begitu membuat Diana takut. Ia takut akan terjadi sesuatu pada dirinya. Ia pun berencana untuk bercerita dan meminta pendapat kepada kedua temannya.
"Ehh aku mau ngomong serius nih, kalian mau dengerin nggak?" Diana begitu takut dengan apa yang akan dikatakan nya. Seketika wajah nya berubah pucat.
Amara yang melihat kegelisahan Diana pun spontan langsung menanyakan keadaan Diana.
"Kamu kenapa? Ada sesuatu yang terjadi? Ada yang gangguin kamu di kampus? siapa?" Amara memberi pertanyaan beruntun kepada Diana dan langsung bangkit dari posisi tidurnya. Nada bicaranya pun mulai berbeda berubah menjadi serius.
Situasi menjadi hening dan tegang. Amara dan Faida menunggu Diana untuk berbicara.
"Katakan Na, jangan takut. Ada kita disini" Faida berusaha meyakinkan Diana untuk berbicara.
"Oke, aku akan cerita. Tapi janji yah kalian hanya sekedar tahu dan diam saja?" Diana akan memastikan dulu sebelum dirinya menceritakan ancaman itu.
"Iya janji, yaudah cepet cerita," jawab Faida,tapi tidak dengan Amara.
"Kalian kenal Sella kan? Sella Anastasya?"
"Mahasiswa FK kan? Iya kenal," jawab Faida.
"Jadi kemarin malam dia menelpon aku dan ngajak ketemuan di taman. Terus dia bilang ke aku, kalau aku itu harus jauhin Zulfan. Padahal kan aku sama dia gak ada hubungan apa-apa, kalau deket juga itu cuma karena praktikum dan penelitian aja," Diana menjelaskan apa adanya kepada dua teman nya itu.
"Hahhh, Zulfan??" Jawab Amara dan Faida kompak.
"Iya Zulfan, Zulfan adalah laki-laki yang Sella suka sejak SMA. Dia bela-belain masuk FK karena laki-laki itu. Dia ancam aku kalau aku masih deket sama Zulfan bakalan terjadi sesuatu yang buruk padaku. Aku juga baru inget kalau ibunya itu dosen di Universitas D," Diana melanjutkan penjelasannya itu.
"Cuhh! Pake orang dalem! Mentang-mentang ibunya dosen, bisa berbuat seenaknya ajah tuh anak. Tenang ajah nanti biar gue kasih peringatan tuh anak!" Nada bicara Amara mulai meninggi, menandakan kalau ia sedang marah.
Amara adalah anak yang cerewet, tomboy dan juga berani. Dia gak suka sama orang yang berbuat seenaknya, apalagi kalau yang melakukan nya itu cowok. Makanya sampai sekarang dia masih jomblo dan anti berhubungan sama laki-laki, kecuali kalau ada sesuatu yang penting.
"Udah, kita diemin ajah dulu. Sella belum ngelakuin hal yang buat Diana rugi. Kalau dia berani ngelakuin sesuatu baru kita akan bertindak. Tugas kamu sekarang yaitu hati-hati dengan Sella," Faida berusaha menengahi dan memberi solusi atas permasalahan Diana.
"Emang sih, kalau kita lagi praktikum aku suka lihat Zulfan sering lihatin kamu. Mungkin dia suka sama kamu. Emang kamu gak ngerasain itu ya?" Sambung Faida menceritakan apa yang sebelumnya ia ketahui.
"Iya, aku juga ngerasa dia sering merhatiin aku kalau lagi di lab tapi pikiran ku gak sampe kesana," Diana mencoba mengingat kegiatan dirinya dan Zulfan ketika sedang berada di lab.
"Kedepannya kalau Sella atau siapapun gangguin kalian berdua, kalian harus segera lapor ke gue. Biar gue kasih pelajaran tuh orang," Amara begitu emosi, dia akan emosi jika sahabatnya yang tidak salah tapi malah digangguin bahkan sampai diancam.
"Yaudah jangan dipikirin lagi apa yang dia katakan. Kedepannya kamu harus lebih hati-hati lagi." ucap Faida dia berusaha untuk menyemangati Diana.
Malam semakin larut mereka bertiga akhirnya terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green and White
AcciónEDUCATION MILITARY ACTION "Semua yang ada di diri kamu dari ujung kaki sampai ujung kepala itu sepenuhnya menjadi milik dan hak saya. Kecantikan kamu itu hanya untuk saya. Saya tidak ikhlas jika ada lelaki lain yang berani melihat dan menikmati kec...