GES CUMA MAU BILANG!
Sejak dari awal aku bikin judul cerita ini tuh aku dah nyusun satgas nya mau dimana aja seperti di luar negeri, diluar pulau, di kesatuan, di Akmil, di pendidikan tamtama bintara dll. Kalian ada yang nyadar gak? Sehabis Papua itu di NTT, padahal ini plan nya Riyani loh tapi kok bisa sama kaya bang bobon ya. Entahlah di dunia ini gak ada yang kebetulan, dan Riyani juga heran kenapa bisa sama. Tapi yang pasti alur satgas di ceritanya bener2 ide diriku sendiri.
....
.
.
Happy Reading.
"Aku memang bisa berbuat apa aja, tapi pas aku melihat ini aku gak bisa apa-apa."
~ Diana Hanifah ~
Al masih memandangi istrinya dari atas kapal. Dirinya tidak menyangka kalau satgas kali ini ia diantar istri. Padahal tahun lalu yang mengantar ke pelabuhan itu mamahnya.
Kini statusnya pun sudah berubah menjadi K0. K untuk keluarga dan 0 untuk jumlah anak.
Tak lama kemudian, Al melihat Diana disapa oleh sahabatnya yang kini sama seperti dirinya. Dari kejauhan Al memperhatikan mereka mengobrol bersama, hingga pandangan Al tidak bisa melihat lebih jelas lagi karena kapal mereka sudah terlalu jauh.
"Sun," panggil seseorang dari belakangnya.
"Hm,"
"Kita masuk ke dalam dulu yuk, katanya mau bahas strategi." ucap Lettu Hamka, anggota baru pasukan khusus.
"Ya sun." Al pun berjalan memasuki kapal.
Disana Al, Taufiq, Hamka, Zayyan dan Fajri sedang berdiskusi mengenai penanganan stunting di NTT. Mengingat kegiatannya itu, Al dan pasukan lainnya akan meminta bantuan dokter tentara dan dokter yang ada di Kupang.
Perjalanan yang membosankan karena berhari-hari berada diatas laut kini selesai. Mereka sudah sampai di NTT, tepatnya di Korem 161 Wira Sakti yang ada di Kupang. Mereka menaruh ransel besar itu dan bersih-bersih terlebih dahulu. Rencananya mereka akan dibagi kelompok untuk berjaga di pos sekitar perbatasan Indonesia dengan Timor Leste.
***
Keesokan harinya mereka mulai aktif tugas. Mereka sudah dibagi kelompok disetiap pos. Tak lupa, pimpinan mereka juga mengutus enam tentara yang khusus bertugas di dapur, contohnya Pratu Lana sebagai ahli memasak.
Para tentara sudah siap dengan seragam loreng serta sniper yang selalu melekat ditubuhnya. Meskipun NTT tidak setegang Papua tapi mereka harus tetap waspada. Tak heran jika sedang bertugas, mereka bertemu dengan polisi dan tentara Timor Leste. Bukan untuk adu mekanik atau saling serang, tapi mereka bertemu untuk saling menjaga wilayahnya.
Kurang dari dua minggu bertugas, mereka sudah berhasil menerima lebih dari 200 senjata rakitan sisa konflik dari warga perbatasan RI-Timor Leste. Senjata ini adalah sisa konflik antara pro-integrasi dan pro kemerdekaan saat Timor Leste lepas dari NKRI. Hal ini dibenarkan oleh Komandan Korem 161 Wira Sakti Brigjend TNI Joao Xavier di Kupang NTT.
Senjata ini akan dimusnahkan di kodam atau Korem 161 Wira Sakti. Menyadari itu, Al dan semua tentara akan bertugas lebih giat lagi, sebab masyarakat di perbatasan dua negara ini masih banyak yang menyimpan senjata rakitan. Al menyampaikan kepada semua tentara yang bertugas dengannya untuk menghimbau kepada masyarakat untuk menyerahkan senjata itu, sebab saat ini mereka seharusnya bertani bukan berperang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green and White
ActionEDUCATION MILITARY ACTION "Semua yang ada di diri kamu dari ujung kaki sampai ujung kepala itu sepenuhnya menjadi milik dan hak saya. Kecantikan kamu itu hanya untuk saya. Saya tidak ikhlas jika ada lelaki lain yang berani melihat dan menikmati kec...