Bunga Lonceng Biru

20 2 2
                                    

~Kelopaknya berguguran, kita harus berusaha untuk hidup~

Bunga Lonceng Biru yang hanya hidup di hutan, belum tentu tumbuh subur dan sukar ditemukan. Bluebells atau biasa disapa Bells adalah perempuan 20 Tahun yang berusaha mempertahankan keberadaannya di dunia. Selain Ayah dan Bunda, Bells juga memiliki seorang Kakak perempuan bernama Iris yang memiliki makna luar biasa bagus, yaitu kepercayaan, harapan dan kebijaksanaan. Sangat berbanding terbalik dengan makna nama Bells bukan. Keluarga Bells adalah keluarga yang sederhana, dalam artian keluarga yang setiap hari berusaha untuk hidup dengan memenuhi kebutuhan dasar, untuk makan setiap hari dengan cukup, untuk berharap memiliki pakaian indah sisah import, bahkan untuk tempat tinggal yang layak. Mereka berdarah hanya untuk bertahan hidup di dunia yang selalu meneriakkan keadilan ini.

Ayah Bells bernama Stav yang berarti musim gugur dalam bahasa Ibrani dan Ibu Bells adalah Primavera yang berarti musim semi dalam bahasa Itali. Sungguh indah romansa dari kedua nama pasangan yang saling melengkapi bukan? 

Stav bekerja sebagai buruh kasar harian dan Vera bekerja sebagai penjahit rumahan, uang yang dihasilkan keduanya sebenarnya tidak cukup untuk memenuhi sekedar kebutuhan dasar untuk keluarga. Untunglah ada Iris anak pertama mereka yang menjelma bak ibu peri, selalu mengesampingkan keinginannya demi kebutuhan keluarganya, bahkan di usianya yang sudah menginjak 26 Tahun dia tidak terpikir untuk memiliki pasangan karena merasa belum berhasil membuat bahagia Ayah, Bunda, dan Adik perempuan satu-satunya. Iris bekerja sebagai tenaga kontrak di sebuah kantor Perikanan, gajinya satu bulan digunakan seluruhnya untuk kebutuhan dapur di rumah. Bahkan ia mampu membelikan hal hal indah seperti pakaian atau benda lainnya untuk keluarga yang sangat ia cintai, dengan catatan selalu mengenyampingkan perasaan dan keinginananya.

Baiklah tenang...

Aku akan memperkenalkan Bells kepada kalian. 

Rambut panjang yang lurus kecoklatan bergoyang ditiup angin, daya tariknya terdapat pada hidungnya yang mungil serta freckless yang tersebar di hampir seluruh wajahnya. Mata tajam yang selalu memandang lurus kedepan memberikan kesan arrogant pada dirinya. Bells indah dipandang tapi celaka untuk kisah asmaranya. Karena seringkali Bells bertemu lelaki yang hanya mengagumi parasnya tanpa mencari tau terlebih dahulu keperibadiannya, itu membuat Bells tersinggung.

Saat ini Bells sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas ternama Indonesia, ia mengambil prodi Ilmu Hukum yang sebenarnya dipilih karena ia tidak diperbolehkan mengambil prodi Psikologi oleh Stav dan Vera, juga Iris. Alasannya karena menjadi psikologi membutuhkan biaya yang besar, Ayah, Bunda dan Iris tidak mampu untuk membiayai kuliah Bellls untuk menjadi seorang Psikolog. 

"Jangan ambil psikologi Bells, Bunda tidak yakin kami bisa membiayai kuliah mu" Bunda berbicara kepada Bells sambil menjahit sebuah kebaya merah pesanan customernya.

"Tapi Bun, Bells ingin menjadi seorang psikologterlepas bagaimana pun keadaan Bells " Bells menjawab dengan muka kusutnya yang sedang teliti memasang pentul di sebuah bahan pakaian.

"Tidak bisa Bells, kuliah psikolog butuh waktu yang lama, selain itu biaya untuk menjadi seorang Psikolog sangat besar. Bunda harap Bells mengambil jurusan lain yang bisa diselesaikan dengan cepat agar Bells bisa mendapatkan pekerjaan dan membatu perekonomian keluarga kita" Bunda lagi-lagi mengingatkan Bells dengan kondisi ekonomi keluarganya.

Mendegar hal itu Bells tidak menjawab dan langsung berlari ke kamarnya. Ralat, kamarnya dengan Iris maksudnya. Bells menangis di kamar dengan menahan suaranya menggunakan bantal, ingin sekali ia berteriak karena tidak bisa memilih jalan yang dia inginkan untuk meraih cita-citanya.

Tibalah hari dimana Bells harus menentukan pilihan untuk masa depannya, ia adalah gadis yang cerdas selama menempuh Pendidikan. Bells selalu mendapatlan Juara Umum, berkat itu Bells selalu bersekolah dengan beasiswa yang tentu meringankan pengeluaran ekonomi keluarganya. Bells menjadi siswi undangan melalui nilai raport yang tinggi untuk masuk ke Universitas yang dia inginkan. Saat ini Bells juga sudah mendaftarkan diri ke beberapa beasiswa untuk biayanya selama kuliah, mulai dari beasiswa prestasi hingga beasiswa bantuan pemerintah untuk masyarakat misikin. Namun belum ada kabar kelulusan dari beasiswa yang ia daftarkan, hal ini semakin menyiksa Bells karena jika ia tidak lulus besar kemungkinan dia tidak akan bisa berkuliah.

Bells menekan pilihan Universitas dengan prodi dengan ragu-ragu. Mau tidak mau dia harus memilih jurusan Ilmu Hukum karena hanya itu yang dirasa bisa ia minati selain Psikologi. Untuk berkuliah pun sebenarnya Bells tidak diizinkan untuk mengambil Universistas di luar daerah rumahnya, karena entah itu tekad atau nekat Bells malah mengambil Universitas ternama di Indonesia dengan prodi Ilmu Hukum, hal ini belum diberitahukannya kepada keluarganya.

Seminggu kemudian Bells mendapatkan notif di HandPhonenya di malam hari , sebuah email masuk dengan judul "Pengumuman Kelulusan Beasiswa KIP-K". Bells buru-buru membuka email tersebut dan benar saja ternyata ia lulus beasiswa KIP-K, Bells sangat bersyukur karena ia bisa berkuliah dengan sedikit tenang tanpa memikirkan UKT Universitas yang jumlahnya sangat mengerikan.

Bells berteriak kegirangan "Ayah, Bunda! Bells lulus beasiswa!"

"Betulan nak? Beasiswa apa?" tanya Ayah Bells "Iya beasiswa apa Bells kok Bunda baru tau?"

"Beasiswa KIP-K untuk membantu kuliah Bells yah.. bun.."

"Alhamdulillah kalau seperti itu, terimakasih ya Bells sudah membantu kami" ujar Ayah kepada Bells sambal mengusap kepalanya

"Iya setidaknya Ayah, Bunda, dan Iris tinggal membantu sedikit untuk biaya makan kamu Bells. Oh iya, Universitas yang kamu ambil tidak jauh kan?" Bunda bertanya sambal menyuci piring di dapur, jangan heran rumah mereka kecil sehingga suara Bunda terdengar ke kamar Bells dan Iris.

"Eummm, maaf bun, maaf yah, Bells ambil Universistas Adi Guna di Sumatera Barat, tidak terlalu jauh kan? Tidak apa apalah yah bun..." Bujuk Bells kepada orang tuanya

"Jauh sekali Bells, kenapa tidak ambil Universitas di sekitar sini saja, Bunda takut melepas kamu kesana, kita juga tidak punya keluarga disana" Bunda langsung menghampiri Bells di kamar

"Benar Bells kita tidak punya keluarga disana, kamu juga sedang sakit kenapa mengambil Universitas yang terlalu jauh dimana tidak ada kerabat kita disana" Ayah menambahkan dan menyusul Bunda ke kamar Bells

"Ah tidak masalah, Bells sudah sembuh yah..Bells akan berusaha sendiri disana dan membuat kalian bangga" Bells menepihkan semua perkataan Ayah dan Bundanya

"Assalamualaikum, Iris pulang!" Iris baru pulang dari kerja lemburnya, hari sudah menunjukkan Pukul 21.15 WIB

Semuanya menjawab "Waalaikumsallam"

"Ada apa ini ngumpul-ngumpul di kamar? Ada acara apa nih? Arisan?" Iris bingung karena melihat kamarnya dengan Bells juga terdapat Ayah dan Bunda.

"Ini loh Iris Bells memberikan kabar baik dan kabar buruk sekaligus, Bunda bingung karenanya"

"Loh emang kabar apa?" Iris bertanya penasaran sambal menggantung jacket kerjanya di lemari.

"Bells lulus beasiswa untuk kuliah dan dia pilih Universistas Adi Guna di Sumatera Barat" Ayah langsung menembak memberi tau Iris.

"Haduh Bells, Kakak jadi bingung mau bilang Alhamdulillah atau apa, lagian jauh banget kamu juga masih sakit, kami khawatir Bells. Pilihan kedua mu Universitas Bencoelen kan? Kalau bisa ambil yang Universitas Bencoelen saja" Iris menyerocos panjang lebar.

"Tidak bisa seperti itu kak, Adi Guna pilihan pertama Bells, jadi kalau lulus pilihan Universitas Adi Guna Bells harus ambil" Bells merajuk kepada keluarganya.

"Terserah nanti kalau ada apa apa saat kamu kuliah Aku tidak mau mengurusi kamu Bells!" Iris pergi meninggalkan kamar dengan kesal.

Ayah dan Bunda juga meninggalkan Bells sendiri di kamar. Keluarga Bells sebenarnya bukan ingin menghalangi impian Bells, hanya saja mereka khawatir dengan kondisi Bells yang belum sepenuhnya pulih dari kejadian yang menimpanya tidak lama ini. Mereka khawatir Bells akan kembali dalam keadaan yang tidak dinginkan jika harus tinggal sendiri di negeri orang.

Bells sebenarnya sedang menjalani rawat jalan karena penyakit Hipertiroidnya, Hipertiroid adalah penyakit yang membuat Bells tidak bisa terlalu memforsir dirinya. Jika ia terlalu memforsir dirinya maka akan berdampak buruk bagi kesehatan Bells. Tangan Bells juga mengalami tremor hebat karena penyakit ini, tidak hanya itu, apa pun yang masuk kedalam pencernaan Bells akan langsung dikeluarkan sehingga membuat Bells sulit menaikkan berat badannya. Jantung Bells juga sering sekali sakit tiba-tiba karena penyakit itu, dan yang lebih parahnya tulang-tulang di tubuh Bells, seperti di persendiam juga sering sakit tiba-tiba yang membuatnya kesulitan beraktivitas normal. 

Inilah yang membuat keluarga Bells takut melepas Bells sendirian untuk kuliah di tempat yang jauh. Mereka takut jika penyakit Bells tiba-tiba kambuh mereka tidak dapat berada di sisi Bellls, sungguh keluarga Bells hanya mencemaskan keadaan Bells.

BluebellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang