~Berlapang dada, semua akan baik-baik saja!"
Bluebells's POV
Ayah dan Iris sudah kelihatan dari teras rumah kami, mereka melewati jalanan penuh kerikil yang licin dibasahi air hujan dengan hati-hati. Jalanan rumah kami memang belum diaspal sama sekali, karena komplek rumah ini adalah komplek perumahan yang didirikan oleh sebuah PT, dan harus menunggu lama jika ingin diaspal.
Rumah yang kami tempati sekarang baru bisa kami tempati saat Aku sudah duduk di kelas 11 SMA. Rumah penuh perjuangan, tanah rumah ini dihibahkan oleh adik laki-laki Ayah kepada kami. Barulah dibangun oleh Ayah sendiri dengan penuh perjuangan, beberapa kali dibantu oleh teman-teman buruh bangunan Ayah, tapi hanya sebentar karena Ayah tidak enak harus mengupah mereka pas-pasan.
Saudara saudari Ayah banyak membantu dengan memberikan bantuan biaya atau bahan bangunan. Ya.. pada dasarnya Ayah memang berasal dari keluarga yang berada, Ayah memiliki 11 saudara, dan Ia adalah anak ke-9. Kakek adalah seorang tantara pada masanya, Tapi Aku sama sekali tidak sempat bertemu dengan Kakek karena Ia sudah meninggalkan dunia bahkan saat Ayah dan Bunda mengikat janji suci Kakek sudah tiada. Sedangkan Nenek yang ku panggil Emak adalah guru agama di SMA Kota, Aku sangat suka dengan Emak dahulu karena sering memberikan ku uang, dan uang itu selalu ku sembunyikan dari Ayah, Bunda dan Iris.
Saudara-saudari Ayah sejak dahulu adalah orang-orang yang sukses secara finansial, hanya Ayah yang kurang beruntung karena Ia malas bersekolah di masa mudanya dulu. Bahkan ada beberapa Saudara dan Saudari Ayah yang saat masa jaya dulu terkesan sangat sombong menurut ku. Namun itu dulu, sekarang mereka sudah sadar dan lebih banyak membantu keluarga kami.
Aku sangat bersyukur keluarga Ayah banyak membantu kami untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak. Tapi jujur, Aku merasa terbebani karena terlalu banyak dibantu, Aku dituntut untuk selalu menunjukkan sikap sopan dan berterimakasih kepada mereka, bahkan di saat mereka mengeluarkan kata-kata yang tidak mengenakkan untuk didengar Aku hanya bisa diam.
Iris baru selesai mebersihkan dirinya, Ayah juga sudah lebih dulu mandi dan sekarang kami semua termasuk Bunda sedang minum teh dan makan camilan di dapur yang merangkap ruang makan serta garasi sepeda motor di rumah.
Kami sekaligus membahas mengenai keberangkatan kami untuk mengantarkan ku kuliah. Semester 1 telah usai, pandemi pun sudah mulai tidak menjadi masalah utama, maka dari itu Universitas se-Indonesia memutuskan untuk mengadakan pembelajaran offline seperti saat sebelum terjadi pandemi.
Oh Iya, kekesalan ku setelah pulang bersama Ayah dari kediaman keluarga Nichol sudah berakhir. Pertanyaan-pertanyaan mengenai keadilan di dunia ini dan hubungannya dengan Tuhan sudah Aku Atasi, Ayah membantu ku dengan mengajak ku mengobrol dengan seorang Ustadz. Intinya jangan sampai kamu mengutuk Tuhan mu sendiri!
Sekarang Aku sudah Ikhlas, benar-benar Ikhlas dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Toh apa yang sudah terjadi di masa lalu tidak bisa diubah lagi, lebih baik Aku kembali memperhatikan masa depan ku, agar Aku bisa membantu Iris yang sudah banting tulang sedari Ia SMK untuk memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga kami.
"Jadi kita akan menyewa mobil teman Ayah lagi untuk berangkat ke Padang yah?" Aku bertanya kepada Ayah dengan mulut yang penuh dengan coklat.
"Iya Bells, kita sekeluarga akan mengantarkan mu ke Padang, kita berangkat 4 hari sebelum kamu masuk kuliah" Jelas Ayah kepada kami.
Iris buru-buru menenggak air, Ia ingin memastikan satu hal, "Terus bagaimana urusan asrama mu Bells? Surat kesehatan dari dokter sudah dikirim ke ketua pengurus asrama kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bluebells
Ficción GeneralSelama ini Lily of the Valley dikenal sebagai bunga yang melambangkan hal-hal yang berbau kesedihan, Bunga Bakung Gunung begitu orang awam menyebutnya. Lily of the Valley tumbuh di pegununungan yang sulit untuk dilihat oleh orang-orang, warna putih...