My Wife My Hero

3.1K 106 1
                                    

Setelah sesi kuliahnya berakhir, Dean langsung keluar kelas untuk mencari Sena. Sena sudah keluar lebih dulu karena Dean harus menyelesaikan tugas tambahan dari dosennya.

Sena sudah selesai mengerjakan tugas tambahan itu 15 menit yang lalu. Seperti biasa, Sena memang selalu menjadi yang pertama.

Dean mencari Sena di parkiran belakang, tapi tidak ketemu. Sena pasti sudah pulang dulu. Padahal Dean berniat mengajak Sena pulang bersamanya.

Sena selalu seperti itu. Datang dan pergi begitu saja seperti jelangkung. Dean tidak pernah melihat Sena datang ke sekolah, tahu-tahu sudah duduk di kursinya dan membaca buku. Yang pasti itu bukan buku novel ataupun komik melainkan buku pelajaran. Sungguh hobi yang aneh.

Dean juga tidak pernah melihatnya memasuki rumah, tahu-tahu sudah dalam dan bersih-bersih. Mungkin kalau naik bus transjakarta bisa sampai lebih cepat karena tidak terjebak macet.

Di kampus, Sena selalu menghindari Dean. Saat berpapasan dengannya, Sena tidak pernah melirik sedikitpun. Sena seolah tidak ingin ada yang mengetahui tentang pernikahan mereka. Bahkan di rumah, Sena juga mengacuhkan dia seolah dirinya tidak ada.

Mungkin Sena menganggap pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Benar-benar sakit diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak akan pernah menyerah untuk merubah sikap Sena yang dingin terhadapnya.

"Ke mana perginya? Biasanya dia pulang lewat parkiran belakang. Sebaiknya kususul dia, dia mungkin masih menunggu di halte bus."kata Dean pada dirinya sendiri.

Ia membalikkan badan dan berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya. Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya saat ia melihat Niko sudah berdiri di samping mobilnya.

"Bisakah aku ikut mobilmu? Mobilku sedang diservis di bengkel. Ongkos taksi ke rumahku terlalu mahal. Tidak ada jalur bus transjakarta ke rumahku. Selain itu, bukankah kita pulang searah. Ayolah!" Niko mengakhiri kata-katanya dengan muka memelas.

Dean yang tidak tahan mendengar suara berisik Niko langsung mengiyakan. Niko memberinya arah melalui kompleks perumahan untuk menghindari kemacetan.

"Di mana ujung jalan ini? Kenapa kita tidak lewat jalan yang biasanya saja? Jalan ini terlalu sempit untuk dilewati mobil. Aku bahkan tidak tahu sekarang kita ada di mana."dumel Dean.

"Kita sudah terlanjur melewati jalan ini, kita tidak bisa kembali. Jalan ini memang sempit dan berkelok-kelok, tapi kita akan lebih cepat sampai dan terhindar dari kemacetan. Sebentar lagi kau akan melihat jalan raya. Di depan ada pertigaan, belok kiri lalu lurus terus. Ada halte bus di persimpangan, belok kanan. Bersabarlah! Kau mungkin akan melihat seseorang di jalan ini."

"Siapa? Jangan-jangan preman. Bagaimana kalau ada preman yang mencegat kita? Jalan ini cukup sepi untuk melakukan tindak kriminal."

"Bukan! Aku sering melewati jalan ini. Tidak ada preman di sekitar sini. Bukankah di kompleks perumahan ada satpam? Jangan terlalu khawatir! Orang yang kumaksud itu adalah si manusia robot."

Dean tiba-tiba menginjak rem, "Siapa? Sena?"

"Aish, ada apa denganmu? Tingkahmu benar-benar aneh. Setiap kali aku menyebut nama Sena, kau jadi salah tingkah. Jangan-jangan, ada hubungan di antara kalian?" gerutu Niko.

Wajah Dean jadi pucat, dia bingung harus menjawab apa. Dia tidak ingin menyimpan rahasia ini dari sahabatnya. Tapi Niko bukan tipikal orang yang bisa menjaga rahasia. Ia pun memilih untuk memberitahu Niko di saat yang tepat. Setelah hubungannya dengan Sena berjalan baik, dia akan segera memberi tahu Niko.

"Dean! Ditanya malah bengong! Jawab!"bentak Niko.

"Kenapa kau malah membentakku? Kau mau turun di sini? Jangan salah paham! Aku hanya terkejut saja."

Marrying StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang