Tunangan

4.1K 144 1
                                    

Di sebuah restoran, dua orang pria tengah berbincang.  Seorang  pria  mengenakan jas berwarna hitam  dengan kemeja putih polos dan pria yang satunya mengenakan jas  berwarna putih dengan kemeja  putih bergaris. Nampaknya mereka  tengah berbincang mengenai  urusan pekerjaan.
 
"Bagaimana kalau kita  menyegerakan rencana kita?" tanya pria berjas hitam.

"Tentu saja!" jawab pria berjas biru.

Mereka berdua kembali meminum  kopi masing-masing. 

"Sebenarnya apa alasan Anda  memberikan persyaratan semacam  itu?" tanya pria berjas biru. 

"Mengapa? Apakah Anda keberatan? Bila Anda keberatan saya bisa  membatalkan kerjasama kita. Saya  tidak akan memaksa bila Anda tidak berkenan."jawab pria berjas hitam  dengan senyuman ramah.

"Jangan salah paham. Saya hanya  ingin tahu alasannya." 

"Saya hanya ingin mencarikan suami yang terbaik untuk anak saya."

"Tidak usah berbohong! Berterus  terang saja!" seorang perempuan datang tiba-tiba dan menyela pembicaraan  mereka.Perempuan itu duduk di  kursi tanpa dipersilahkan.

"Istriku! Mengapa kau bicara seperti itu?" tanya pria berjas hitam.

"Mengapa menjodohkan Sena tanpa membicarakannya denganku? Kau  anggap aku ini apa? Sena bahkan  belum menyelesaikan skripsinya dan kau memintanya untuk menikah di usia semuda itu? Ayah macam apa  kau ini? Ini bukanlah zaman Siti Nurbaya. Aku yakin Sena bisa  menemukan sendiri pria yang dicintainya" omel perempuan itu pada suaminya.

"Kapan Sena akan menyukai  seseorang? Dia tidak pernah  merasakan jatuh cinta sampai  sekarang. Dia juga tidak pernah  berusaha mencari pacar. Sampai  kapan dia akan sendiri terus?" sanggah pria berjas hitam.

"Nyonya Nirmala,tolong tenang dulu! Saya yang meminta Tuan Gunawan untuk memajukan acara pernikahan. Saya ingin segera melihat anak saya menikah. Saya berharap dia bisa  menjadi orang yang lebih  bertanggung jawab setelah menikah nantinya. Selain itu, saya ingin  menyegerakan kerja sama antara  perusahaan kita." Kata Pria berjas  biru.

"Tuan Darma benar. Apa ruginya memajukan tanggal pernikahan mereka? Lagi  pula Sena juga sudah setuju dengan  pernikahan ini."bujuk Tuan  Gunawan pada istrinya.

Nyonya Nirmala berfikir sejenak,  "Baiklah,kita pertemukan mereka berdua besok. Saya yang akan  mengaturnya. Termasuk pesta  pernikahannya, saya yang akan  mengurusnya juga. Lima hari lagi,  mereka akan menikah. Saya akan  memilih Hari Minggu. Pastikan  mereka tidak ada acara meski untuk kuliah."

"Apa? Lima hari?"tanya kedua pria  itu bersamaan.

"Tidakah itu terlalu cepat. Mereka  bahkan belum saling mengenal." protes Tuan Gunawan pada istrinya. 

"Setidaknya biarkan mereka saling  mengenal dulu. Pernikahan bukanlah hal yang main-main."Tuan Darma  menambahkan. 

"Jangan bersikap terburu-buru. Tuan Darma bahkan belum  membicarakan mengenai  pernikahan ini dengan putranya." jelas Tuan Gunawan pada istrinya. 

"Kalian ingin mempercepat  pernikahan ini, tapi belum  mempersiapkan apapun. Bahkan  belum membicarakannya dengan  anak sendiri. Jangan asal membuat  keputusan!" 

"Aku sudah membicarakannya  dengan Sena. Kau tahu sendiri apa  yang dikatakannya. 'Lakukan  apapun yang Ayah inginkan.' Kenapa dia jadi mirip sekali denganmu?"

"Kau menyalahkanku?" Nyonya Nirmala melirik tajam pada suaminya. Tuan Gunawan langsung menundukan kepala. Tuan  Gunawan tidak berbeda dengan pria-pria pada umumnya. Kebanyakan  pria itu sama. Segagah apapun  seorang pria, mereka tidak akan  berani pada istri sendiri. 

"Sudahlah! Tidak perlu meributkan  hal sepele seperti ini. Putraku pasti  setuju. Dia anak yang sangat penurut." Tuan Darma berusaha  mendinginkan suasana. 

"Tapi, mungkinkah waktu lima  hari cukup untuk mempersiapkan sebuah pesta pernikahan?" tanya Tuan Darma ragu-ragu.

"Hal itu bukanlah masalah sulit bagi  istriku. Hanya saja, kita perlu  memberi mereka sedikit waktu  untuk saling bertemu beberapa kali." 

"Kalian ini bagaimana ? Kalian  memaksaku untuk mempercepat  rencana pernikahan mereka. Setelah aku setuju, kalian malah protes. Lalu aku harus bagaimana?" Nyonya Nirmala mulai kesal, ia  menaikkan suaranya satu oktaf. 

Semua orang di restoran itu melirik mereka. Menyadari situasi mulai  memburuk, Tuan Darma akhirnya  menyerah dengan pendapatnya,  "Saya setuju dengan pendapat  Nyonya Nirmala. Saya rasa itu  bukanlah ide yang buruk."

 Ia tidak mau bila harus terlibat  perdebatan dengan Nyonya Nirmala. Nyonya Nirmala terkenal sebagai  seorang ahli debat nomor satu di  kalangan para pebisnis dan  pemegang saham. Diam adalah hal  terbaik yang dapat dilakukannya  saat ini.

Tuan Gunawan berusaha  menenangkan istrinya, "Tenanglah  dulu, kita perlu memberi waktu pada mereka untuk saling mengenal  sedikit lebih lama."

"Mereka kuliah di kampus yang  sama, bahkan mereka satu fakultas. Mereka sudah saling mengenal untuk waktu yang cukup lama. Apalagi  yang perlu ditunggu? Bila ingin  mempercepat pernikahan ini segera  lakukan sebelum aku berubah  pikiran."

Tuan Gunawan hanya dapat  mengangguk tidak berdaya. Ia tidak bisa menentang keinginan istrinya. 

Marrying StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang