Sena masih terduduk lemas di sofa,"Kenapa kau melakukan itu ? Aku bisa duduk saja di dapur dan menghangatkan diri dengan minum segelas teh panas. Kenapa kau membawaku ke tempat ini dan membuat masalah ?"
"Benar juga. Akan kuambilkan minum. Cepat ganti bajumu !"kata Dean lalu berjalan keluar.
Beberapa saat kemudian, Dean sudah kembali dengan segelas tes panas. Ia sudah ganti baju sekalian. Ia memakai baju tidur berwarna biru laut. Benar-benar kebetulan, Sena juga memakai baju tidur berwarna biru laut. Mereka memakai baju dengan warna yang sama, hanya motifnya yang berbeda. Milik Dean bermotih gambar mobil, sedangkan milik Sena bermotif gambar ice cream. Sangat cocok dengan sikapnya yang dingin sedingin es.
"Baru kali ini, aku melihatmu memakai baju tidur. Kau tetap cantik walau hanya memakai baju seperti itu."puji Dean.
Dean memberikan segelas teh panas pada Sena. Sena duduk di atas tempat tidurnya lalu meminum teh itu. Dia meminum habis semuanya dalam beberapa tegukan lalu meletakan gelasnya di atas meja.
Sena menghela nafas panjang lalu berkata,"Kau bisa pergi sekarang. Aku sudah merasa lebih baik."
"Apa kau akan mengusirku begitu saja ? Mengatakan terima kasih tidak akan membunuhmu, tak bisakah kau mengatakannya sekali saja ?"
"Terima kasih. Kau sudah puas ? Aku tahu kau sangat lelah. Karena itu, tidurlah !"kata Sena masih dengan nafas sedikit terengah-engah dan ekspresi datar seperti biasanya.
"Apa kau khawatir padaku ? Seperti itukah wajah orang yang khawatir ?"Sena mengangguk pelan.
"Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian. Surat kecil itu, aku tidak pernah menulisnya. Aku rasa ada yang ingin mencelakaimu. Bagaimana menurutmu?"
"Kurasa begitu. Dia hanya ingin mengerjaiku. Jangan terlalu khawatir. Kau bisa pergi sekarang. Di sana jalan keluarnya."kata Sena sambil menunjuk pintu.
"Sudah kubilang aku tidak mau. Kenapa kau begitu memaksa ? Aku akan terus menunggumu di sini."
"Terserah. Lakukan sesukamu."kata Sena sambil membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Kau ini. Selalu itu jawabanmu."
Sena sudah memejamkan matanya. Dean tersenyum sambil memandang wajah istrinya. Ia sangat khawatir saat melihat Sena ada di dalam kolam renang tanpa bergerak sedikit pun. Ia tiba-tiba teringat pada kejadian tadi.
Saat semua orang sedang bersenang-senang, Dean mencari kesempatan untuk menyelinap pergi. Ia memanfaatkan peluang untuk mencari Sena setelah semua orang sibuk berpesta. Ia mengendap-endap ke kamar Sena. Ia masuk kamar Sena tanpa mengetuk pintu. Ia tidak mau membuat teman-temannya curiga. Kamar itu kosong. Sena tidak ada di sana. Dia melihat sebuah kotak di atas tempat tidur. Ada sepotong kertas kecil di dalam kotak itu.
---
Aku tunggu di tepi kolam renang jam 7 malam.
Dean
---
Dean merasa tidak pernah menulis sepotong surat itu. Tiba-tiba ia jadi khawatir. Tanpa banyak berfikir lagi, ia langsung berlari keluar menuju kolam renang.
Namun ia tidak menemukan Sena sesampainya di tepi kolam renang. Ia mendekat ke air. Ia melihat ada orang di dalam air. Mungkinkah itu Sena ? Itulah hal yang pertama kali terlintas di pikirannya. Tanpa pikir panjang, Dean menceburkan diri ke kolam. Ia melihat orang itu lebih dekat. Orang itu memang Sena. Melihat Sena sudah tidak bergerak membuatnya semakin khawatir dan takut. Ia menggenggam tangan Sena dan berusaha mengeluarkannya dari air. Rasa takut terlihat jelas di wajah Sena. Sena bahkan tak bisa menahan lagi air matanya dan menangis tanpa suara. Ia langsung memeluk Sena. Baru pertama kalinya ia melihat Sena menangis. Entah kenapa hatinya terasa sakit melihat wajah Sena saat menangis. Ia lebih suka melihat wajah datar Sena daripada melihat wajah sedih Sena saat menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Stranger
RomanceKau dan aku Dekat namun hanya raga Selebihnya tidak Kau dan aku Kita adalah asing Kau dan aku Kita menikah