"Ayah, aku pulang!" Dean menyapa ayahnya yang tengah duduk di sofa sambil menonton TV.
"Dean, kemarilah sebentar!" Tuan Darma menghentikan langkah Dean yang hendak naik ke lantai atas.
"Ada apa? Apa masalah serius?" tanya Dean sambil berjalan menuju sofa lalu duduk di samping ayahnya.
"Dapatkah kau membantu ayah?" tanya ayahnya ragu.
"Tentu saja. Membantu apa?" tanya Dean dengan senyum lebar di wajahnya.
"Besok Hari Minggu." ayahnya nampak ragu untuk mengatakan sesuatu.
"Menikahlah!" kata Tuan Darma akhirnya.
Senyuman Dean langsung lenyap begitu saja, "Menikah? Dengan siapa? Mengapa begitu tiba-tiba?"
"Ayah mohon! Mengertilah! Perusahaan ayah terancam bangkrut. Harga saham juga turun drastis. Semua pemegang saham menarik saham mereka. Teman ayah menawarkan bantuan modal yang sangat besar. Dia akan menjadi investor dan akan membeli 60% saham perusahaan ayah."
"60%? Wow! Dia pasti orang yang sangat kaya."
"Ayah belum selesai bicara. Bantuan itu tidak diberikannya secara cuma-cuma. Ia mengajukan sebuah syarat."
"Syarat apa?" tanya Dean penasaran.
"Dia ingin kau menikah dengan putrinya."
"Baiklah akan kupikirkan baik-baik." jawab Dean dengan lesu.
Semangatnya mendadak hilang. Dia benar-benar bimbang sekarang. Di satu sisi, ia merasa belum siap menikah. Ia bahkan belum tahu siapa perempuan yang dijodohkan dengannya. Tapi di sisi lain, perusahaan ayahnya terancam bangkrut dan ayahnya memerlukan modal untuk memperbaiki kondisi perusahaannya. dia benar-benar ingin membantu ayahnya. Tapi, dia tidak ingin menikah dengan perempuan yang tidak dicintainya. Dia benar-benar terjebak dalam dua pilihan yang sulit.
Ia terus memikirkan masalah ini semalaman. Ia akhirnya tiba pada satu keputusan. Ia akan menerima permintaan ayahnya. Ia berfikir bahwa cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Yang terpenting baginya sekarang, dia harus membantu ayahnya menyelamatkan perusahaan.
Keesokan harinya saat sarapan, Dean memberitahukan keputusannya pada ayahnya. Ayahnya begitu gembira. Ia menyuruh Dean untuk bertemu dengan calon istrinya di restoran dekat kampusnya setelah pulang kuliah.
***
Dean mengaduk-aduk jusnya dengan sedotan. Ia sudah menunggu calon istrinya selama 1 jam. Ia melamun dan terus memandang pintu restoran. Tiba-tiba ia melihat Sena berjalan memasuki restoran itu. Ia berjalan ke arahnya. Dean jadi salah tingkah, ia berpura-pura tidak melihat Sena dan terus meminum jusnya sampai jusnya habis dalam sekerjap mata.
Seseorang duduk di hadapannya. Dean mengangkat kepalanya perlahan. Matanya melotot, mulutnya menganga, ia menelan ludah. Ia sangat terkejut melihat perempuan yang duduk di hadapannya. Sekarang ini perasaannya campur aduk tidak karuan.
"Sena? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Dean dengan penuh keraguan. Ia tidak pernah berbicara dengan Sena sebelumnya. Bisa berbicara dengannya membuatnya sedikit senang. Akhirnya keinginan anehnya terwujud. Tapi, rasa bingung dan gugup menyergapnya. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Antara takut pada tatapan mata Sena yang dingin dan senang karena keinginan anehnya telah terwujud.
"Apa seseorang menyuruhmu datang kemari?" tanya Dean basa-basi.
"Ya. Ibuku yang menyuruhku datang ke restoran ini."
"Ah, aku mengerti. Jadi Tuan Gunawan itu adalah ayahmu dan Nyonya Nirmala itu adalah ibumu?" Dean kini telah memahami situasi. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Sena adalah orang yang akan dijodohkan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying Stranger
RomanceKau dan aku Dekat namun hanya raga Selebihnya tidak Kau dan aku Kita adalah asing Kau dan aku Kita menikah