BAB 16 - Titipan

92 5 0
                                    

Ting!

Satu pesan masuk ke dalam ponselku. Sejak tinggal di asrama nada dering ponselku kembali kunyalakan. Sebab papa akan sangat cerewet bila telepon darinya tak segera kuangkat. Dulu aku masih bisa pulang dan bisa beralibi latihan tidak boleh menyalakan ponsel. Lagian jika ada apa-apa bisa bicara di rumah. Namun saat ini aku jauh dengan beliau sehingga harus siap sedia jika dihubungi beliau. Kadang merasa capek mempunyai orang tua yang strict parents namun kadang juga merasa rindu bila tidak bertemu mereka satu hari pun.

Sudah sekitar 6 bulan ini aku tinggal di asrama dan tidak diperbolehkan pulang. Di minggu-minggu pertama tinggal aku sempat terkena homesick badanku meriang dan selalu mengigau mama. Mengingat selama ini aku tidak pernah jauh dari rumah atau belum pernah pergi bepergian selain Depok - Tangerang itupun bisa kulakukan pp atau menginap juga tidak sampai berhari-hari. Dan saat ini aku harus tinggal di asrama sampai setahun ke depan guna persiapan perlombaan olahraga nanti. Bahkan untuk keluar pun rasanya ada izin yang lebih rumit daripada izin keluargaku.

Ernando Wira
Aku tadi habis latihan keluar lari-lari di jalanan. Terus mampir ke asramamu. Aku bawain camilan ada di Yumi nanti tagih aja. Dimakan ya sama temenmu.

Hubunganku dengan Nando semakin kesini semakin intens dia sering mengirimiku pesan yang random, aktivitasnya hari ini atau cerita masa kecilnya. Nando asik orangnya bahkan dia tidak malu menceritakan kisahnya yang bisa disebut aib menurutku. Dan sejak aku sakit waktu lalu Nando hampir setiap hari datang ke asramaku sekedar menitipkan sesuatu ke Yumi atau menanyakan keadaanku saja. Aku merasa sungkan kepada keduanya untuk hal ini merepotkan saja. Aku masih merutuki Manda--teman kamarku--yang memberi tahu Nando kalau aku sakit. Buat apa juga. Seharusnya yang diberi tau itu keluargaku bukan Nando.

Asramaku ini bukan tipe asrama elit. Namun juga tidak buruk. Ya diantara itulah. Biasa saja masih bisa ditempati meskipun ada beberapa fasilitas yang tidak dapat digunakan. Satu kamar berisi 6 orang anak dengan 3 kasur tingkat, 3 lemari penyimpanan, 6 meja belajar dengan masing-masing nakas yang ada diatasnya, serta 1 kaca untuk berias. Sedangkan kamar mandi dan dapur berada di luar. Teman kamarku Yumi, Inay, Nafi, Ela, dan Manda. Mereka baik bisa membaur satu sama lain dan untungnya tidak ada drama seperti kamar lain yang kudengar.

Caramella Hanin
iya makasih bang

Ernando Wira
Sama-sama cantik.

Aku memilih mengabaikan pesannya yang terakhir. Malas menanggapi kalau dia sudah flirting dan memang pesannya sudah tidak perlu jawaban lagi kan.

Ernando Wira
Aku tadi pas lari-lari sama anak-anak cape. Rutenya muterin satu kecamatan itungannya.

Caramella Hanin
kemana aja?

Ernando Wira
Ke jalan Senopati terus belok ke Jalan Ambarawa masuk ke gang-gang apa tadi lupa tapi yang terakhir itu yang di Jalan Negeri ada gang Garuda. Katanya disitu ada warung mie ayam enak dekat tugu Garuda. Mie ayam Garuda.

"El, di gang Garuda emang ada warung mie ayam?" tanyaku pada Ela yang rumahnya ada di sekitar sini. Mustahil dia tidak tahu tempat itu katanya enak pasti ramai dan terkenal warungnya.

"Iya Nin. Lo tau itu warung lejen banget dari dulu. Enak banget mie ayamnya. Lo tau yang makan di tempat aja sampai mengantri tempat duduk. Waiting list kayak di gacoan." Ela menjelaskan dengan antusias terlihat dari binar matanya.

"Dimana El?" ganti Manda yang bertanya.

"Gang kecil di Jalan Negeri. Eh tapi lo kok tau Nin? Pernah kesana?"

Aku menggeleng.

"Anak sepakbola habis lewat sana." ucapku membuat mereka paham siapa lagi kalau bukan Nando yang bilang.

Ernando Wira
Muter ke Jalan Lilipali balik deh ke Jalan Senopati lagi.
Pusing kan? Aku juga cape banget.

Caramella Hanin
mampir ke warungnya?

Ernando Wira
Kamu mau?
Ayo dah kapan-kapan kesana.

Caramella Hanin
maksudku tadi kamu mampir kesana sama anak-anak?

Ernando Wira
Oh. Enggaklah orang lagi olahraga.
Tadi di jalan juga banyak godaannya jadi nahan-nahan dah.
Ada es dung-dung, es kulkul yang viral itu, sama rujak buah ya Allah seger banget pasti itu.

Aku menggelengkan kepala membacanya. Anak ini mana tahan godaan makanan. Nando itu sama sepertiku sekali melihat makanan perut auto merasa kosong.

"Kak Hanin! Ini ada titipan makanan dari Bang Nando disuruh habisin katanya."

Terdengar suara Yumi yang datang dari luar dengan membawa banyak bungkus plastik dan menyerahkan sebagian kepadaku.

"Banyak banget Mi." ucapku setelah menerima pemberiannya.

"Tau Bang Nando kan gitu kalau nitip seabrek nggak nyawang yang dititipi apa bawanya gimana. Ini aku juga lagi bawa jajan." Gerutu Yumi.

Kubuka satu persatu plastik itu. Plastik pertama isinya sudah jelas jajanan ciki beserta beberapa minuman terlihat dari logo biru yang tercetak di plastiknya. Plastik selanjutnya ada beberapa jajan yang dijadikan satu, ada martabak, cilor, sempol, rujak buah, kue cubit. Astaga banyak banget. Plastik terakhir berisi buah pir dan jambu, buah kesukaanku.

Caramella Hanin
banyak banget bang ini makanannya.

Ernando Wira
Udah nyampe?
Tadi di depan asramamu ada kue cubit yauda aku beliin. Sekalian itu penjual lainnya biar nggak iri hehehe.

Caramella Hanin
udah
makasih bang, tapi ini kebanyakan

Ernando Wira
Gapapa Mela dimakan sama temanmu kan ada banyak tuh anaknya. Doyan semua itu.

Caramella Hanin
iya makasih banyak ya bang nanti kapan-kapan gantian kutraktir deh

Ernando Wira
Oke gantinya traktir mie ayam di warung garuda yaa.

Caramella Hanin
iya, kabari aja bang.

"Ini dia nggak bangkrut apa hampir tiap hari nitipin makanan?" tanya Inay.

Aku mengedikkan bahu, "Nanti gantinya kapan-kapan minta traktir di warung garuda."

"Walaupun minta traktir menurutku masih belum cukup gantiin ini semua." Ela pun menanggapi.

"Bang Nando kan lagi pdkt sama Kak Hanin ya wajar ini sebagai bentuk perjuangannya."

Yumi menilai perilaku Nando yang diangguki Ela. Memang temanku di asrama inilah yang tahu selama ini perjuangan Nando untukku.

"Kemarin bawain duku sekarang apa lagi?" tanya Nafi setelah selesai sholat ikut nimbrung bersama kami.

"Jambu sama pir. Mau? Ini ambil aja sebelum kutaruh kulkas." jawabku.

Oh ya satu lagi nilai plusnya dari asramaku ini, terdapat kompor dan kulkas di dapur umum untuk semua anak atlet yang ingin memasak atau menyimpan bahan masakan.

Setelahnya aku mempersilahkan teman-teman untuk makan jajanan itu bersama. Kenyang sebelum mendapat jatah makan dari asrama.

Hmm mau punya ayang seperti Nando:(

Jangan lupa tekan bintang dan tulis komentar kalian di bawah yaa

Terimakasih, SEE YOU!!

Aset NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang