BAB 33 - Gotcha!

82 8 0
                                    

Huh huh huh huh

Aku berusaha mengatur nafasku memejamkan mata sebentar demi mengusir keributan yang bersemayam di otakku. Aku perlu menyegarkan pikiran memfokuskan pada permainan bulu tangkis agar strategi pertandingan yang sebelumnya sudah dirancang bersama coach tidak buyar hanya dalam sekejap. Namun sepertinya lawanku kali ini lebih pintar aku sampai kewalahan dalam menghadapi mereka. Berkali-kali mereka, coach dan Chandra, menyemangatiku dan memperingatiku untuk fokus pada permainan ini. Sepertinya memang hanya pikiranku yang sedang bermasalah. Seharusnya aku meminggirkan dahulu masalah-masalah yang terjadi tidak terlalu memikirkannya. Hanya fokus pada permainan ini. Namun apa yang terjadi otakku malah terkontaminasi dan tidak bisa untuk menghilangkan dari masalah-masalah yang ada, terutama Nando. Ah, rasanya aku marah kepadanya. Kenapa selalu membuatku kepikiran. Tidak hilang saja dia.

"Nin fokus!" peringat Chandra saat aku sudah membuka mata dan akan melakukan servis kepada pihak lawan.

Tarik - buang - tarik - buang. Sudah kulakukan sedari tadi hingga tenagaku habis. Aku berdoa semoga masih tersisa hingga detik terakhir permainan ini. Berkali-kali kurapalkan semangat dan keputus asaan diri ini dalam batin.

"Hanin, fokus pada permainan saja biarlah yang lalu jangan dipikirkan dahulu. Kerahkan tenagamu untuk bermain saja." ucap coach yang berada di samping lapangan.

Aku mengangguk dan meyakinkan dalam hati untuk fokus pada permainan ini. Sudah cukup ketertinggalan poin yang kuraih dengan Chandra. Semangat Hanin! Aku melayangkan servis pertanda aku siap memulai permainan ini meskipun poin yang tercetak masih kalah jauh dengan lawan dan waktu yang tersisa hanya beberapa menit lagi. Maafkan aku Chan kamu tahun ini justru berpasangan denganku yang tidak becus dalam bermain, batinku.

Pada detik terakhir permainan situasi menegangkan ketertinggalan poin yang kami cetak lalu bisa mengejar poin lawan. Dan saat ini kurang dari 3 menit poin kami seri yang menjadikan situasi dalam lapangan indoor ini menegangkan. Chandra kali ini yang mengumpan servis. Aku merapalkan dalam hati, Ya Tuhan beri aku kemenangan untuk ini aku masih ingin memperjuangkan cita-citaku ke tahap selanjutnya. Permainan sudah dimulai poin seri membuat permainan ini cukup sengit umpan kami mampu ditahan oleh lawan dan kami pun masih mampu menahan pukulan telak yang dilakukan oleh lawan. Sampai di detik terakhir lawan mengumpan kok pada Chandra dan Chandra membalas dengan pukulan smash dan gotcha! Lawan langsung kalah telak tanpa bisa menahan umpan Chandra yang terakhir dan waktu pun sudah berakhir. Semua bersorak. Chandra langsung melayangkan raketnya dan memelukku erat. Aku berkali-kali menggumamkan kata terimakasih kepadanya. Dan dia menepuk-nepuk pundakku. Kami berdua menangis di tengah lapangan.

"Good job Chandra dan Hanin, kalian hebat!" Coach memberi acungan jempol kepada kami setelah kami dinyatakan menang dan lolos ke babak selanjutnya.

"Thanks coach." Chandra melakukan tos dengan coach dan beberapa orang yang membantu kami bersiap tadi. Aku pun mengikutinya sebelum beranjak pergi ke ruang ganti. Tubuhku sudah gerah.

"Pertandingan selanjutnya kapan Chan?" tanyaku pada Chandra. Saat ini kami sedang berada di mobil yang mengangkut kami untuk kembali ke hotel untuk beristirahat.

"Belum tau next bakal diinfo sama coach yang pasti kita masih ada waktu 2 mingguan kayaknya." Aku mengangguk mengerti.

Saat aku membuka ponselku sudah banyak kata ucapan yang singgah diwhatsappku. Dari keluarga, teman, sanak saudaraku, dan teman sesama atletku.

Mama Avi
Anakku sayang! Selamat yaaa we're proud of you! Luv yu.

Caramella Hanin
thankyou mama, wufyutuuu

Aset NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang