BAB 19 - Latihan

93 6 0
                                    

Hari ini seperti biasa aku latihan rutin pagi. Mulai dari jam 6 hingga jam 10 nanti. Kali ini latihan dilakukan di lapangan luar agar tubuh terkena cahaya matahari pagi. Sepertinya seluruh atlet tengah melakukan latihan di luar. Terlihat lapangan mulai diisi banyak atlet, ramai sekali dari yang biasanya. Lapangan badminton berdekatan dengan lapangan voli. Atlet badminton yang masuk timnas hanya sekitar 12 anak; 6 perempuan dan 6 laki-laki. Dari 12 anak tersebut dibagi ada yang tim individu, tim ganda berpasangan, tim ganda double, dan tim cadangan.

Aku termasuk tim ganda berpasangan dengan Chandra. Chandra ini termasuk senior. Dia tahun lalu pernah bermain individu dan mendapatkan medali perunggu. Untuk tahun ini dia ingin berpasangan jadi dipilihlah aku sebagai pasangannya bermain.

"Semua latihan di luar Chan?" tanyaku saat melihat Chandra sudah mendekat.

Aku dipaksa dia untuk memanggil nama saja tanpa embel 'kak' atau 'bang' biar cepat dapat kemistri katanya.

"Iya. Kayaknya cuacanya lagi bagus. Ayo kita latihan di sebelah sana aja. Bareng Dimas, Angga, Nafi, sama Manda."

Aku mengikuti langkah kaki Chandra.

"Yang lain kemana?"

"Tau, abis pemanasan lari kemana dah tuh mereka. Untung duo kucrit ini bisa kutahan." kesal Dimas.

"Yee emang gue aja yang pengen fokus latihan bukan karena elu ya." Manda mengelak ucapan Dimas.

"Paling lagi apel ke anak sebelah. Biasa itu Inay." lanjutnya menjawab pertanyaanku.

Sudah menjadi rahasia umum Inay dan Ela selalu tebar pesona ke anak atlet lainnya. Tidak heran mengapa mereka banyak dikenal di asrama ini. Dan itu akan membuat Dimas sebagai ketua cabang olahraga bulu tangkis uring-uringan sebab dia yang menjadi penanggung jawab latihan setiap harinya.

"Hanin!"

Kudengar suara ramai berebut memanggilku. Segera kutoleh kearah asal suara. Aku mengernyit heran saat Dewa melambaikan tangan ke arahku bersama dengan pasukannya--2 orang atlet sepak bola.

"Ck, ngapain mereka kesini?" tanya Dimas mengalihkan atensiku.

"Ngapelin Haninlah." ucap Chandra.

"Jangan ngawor Chan."

"Lah tadi nama lu yang disebut mereka."

"Kenapa Wa?" tanyaku pada Dewa saat ia sudah mendekat ke arahku.

"Gapapa." Dewa tersenyum ke arahku. Aku semakin menatapnya tidak suka.

"Lo nggak latihan?"

"Kenapa? Nyariin Nando? Lagi dijemur sama coach." jawab Dewa.

Ini yang aku rasakan tidak nyaman. Kalau aku bertanya selalu dikaitkan dengan Nando. Aku murni bertanya kepadanya bukan alibi mencari Nando. Daripada kucari dia lebih senang mengabari terlebih dahulu.

"Aelah Nin cuma mau lihat atlet lain latihan."

"Ngapain lo lihat kita latihan? Emang nggak ada latihan?" tanya Dimas.

"Sewot mulu Mid." Dimas sering dipanggil Samid, kebalikan dari namanya, sebab atlet lain juga ada yang namanya Dimas. "Gue cuma mau liat Hanin, bukan lo." ucap teman Dewa yang lain--entah aku tidak tau namanya.

"Mau tau sisi Hanin kalau ma--Eh eh eh." Belum sempat Dewa menuntaskan kalimatnya tiba-tiba kerah bagian belakang bajunya dikiting oleh--Nando? Aku terkejut melihatnya.

"Ampun Ndo. Becanda doang gue." mohon orang itu.

"Balik sono latihan apa mau tepe-tepe lo?"

Nando datang dengan tidak sendiri melainkan bersama temannya yang lain. Kulihat ada Arhan yang berbinar melihatku.

Aset NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang