BAB 21 - Sedih

92 5 0
                                    

Siapkan tisu yaw sesuai judul, happy reading!

Papa Egan
Gimana kabarnya kak?

Setiap hari papa tidak pernah absen mengirimiku pesan. Setiap pagi dan malam hari untuk menanyakan kabar dan memberi semangat. Aku beruntung memiliki orang tua yang mendukung penuh cita-cita anaknya tanpa memaksa harus meneruskan perjuangan mereka. Seharusnya papa sudah mundur dari jabatannya di usianya 61 tahun ini. Namun papa masih sering bolak balik ke kantor guna mengecek perusahaannya yang berada di Jakarta Pusat. Sebab belum ada pengganti. Anak-anaknya sudah memilih jalannya masing-masing sedang papa masih belum yakin memberi kepercayaan pada orang lain. Bersyukurnya meskipun papa sudah masuk usia renta dengan aktivitasnya yang padat papa masih diberi tubuh yang sehat dan bugar.

Caramella Hanin
Alhamdulillah baik pa
Papa sendiri gimana kabarnya? Keluarga di rumah sehat?

Papa Egan
Alhamdulillah kalau gitu, papa sama yang lainnya juga sehat kak.
Hari ini latihan sampe jam berapa kak?

Caramella Hanin
dari jadwalnya yang ditambah latihannya selalu selesai jam 10 pa
ini baru selesai makan

Jadwal latihanku memang bertambah, awalnya latihan pagi dan sore sekarang ditambah malam. Sebab sudah semakin mendekati hari perlombaan.

Papa Egan
Habis olahraga makan malam?

Caramella Hanin
engga pa, makan malamnya sudah tadi sekitar jam 7 an, kalau malam begini makan buah dikirimi Nando

Papa Egan
Nando masih sering mengirimimu makanan kak?

Caramella Hanin
iya pa hampir setiap hari bahkan banyak
perlu diet aku pa meskipun olahraga tiap hari makan pun tiap waktu

Papa Egan
Syukurlah dia perhatian sama kamu kak. Papa sedikit lega ada yang bisa jagain kamu.
Huss kok diet sih kak yang ada harus tetap makan biar staminanya kuat. Jadwal latihanmu kanntiap hari padat.
Kalau gitu dijaga ya kak kesehatannya.

Caramella Hanin
iya pa, papa juga jangan begadang terus ini udah hampir tengah malam loh pa

Papa Egan
Iya tadi udah tidur kebangun sekalian cek hp ternyata anak papa ngabarin

Caramella Hanin
yauda sekarang tidur, mela juga mau ke kamar mandi dulu baru tidur

Papa Egan
Iya, hati-hati ya nak. Selamat tidur.

Sedih, tentunya. Rindu, sangat. Biasanya kalau aku capek begini selalu dipeluk oleh papa sambil dipuk-puk biar capeknya cepat hilang katanya. Maklum aku anak perempuan paling bontot dan ia cinta pertamaku yang kurasa tidak akan ada orang sebaik papa. Namun kali ini aku berada jauh dengannya. Hanya lewat chatting seperti ini, setiap pagi dan malam, yang bisa mengobati rasa rinduku. Itupun kalau langsung kubalas. Biasanya beberapa jam kemudian setelah pesan dikirim papa baru kubalas. Tak ada alasan sebab ponsel selalu dikumpulkan ketika latihan. Untungnya aku sudah membiasakan diri untuk tidak terlalu fanatik menggunakan ponsel. Bisa dibilang aku menggunakannya hanya untuk sekedar melihat informasi latihan saja.

Baru tadi malam aku berkabar dengan papa lewat WhatsApp. Pagi ini aku dapat kabar dari mama bahwa papa sedang drop. ku kalut sekali. Hendak latihan kubuka ponselku guna melihat semangat dari papa. Namun yang terjadi justru menemukan puluhan panggilan tak terjawab dari mama dan 3 pesan yang membuatku lemas seketika.

Mama Avi
Kak papa drop masuk rumah sakit.
Kalau kamu baca pesan ini nggak usah panik ya tetap latihan nanti tetap mama kabari.
Semangat cantik!

Air mataku luruh seketika lututku pun melemas. Aku tidak bisa membayangkan mama yang keteteran sebab papa drop dan di rumah juga masih ada Uni yang perlu dirawat. Aku ingin pulang saja rasanya. Bantu mama merawat dua orang kesayanganku. Namun bagaimana bisa sedang aku berada di asrama dan latihan rutin sedang digaetkan.

Sebab kabar papa masuk rumah sakit seharian ini aku latihan menjadi lemas. Bolak balik Chandra menyadarkanku saat melamun. Makan pun hanya di kamar dengan jatah makanku yang diambilkan oleh Yumi ataupun Ela.

"Nin lo kenapa?" Chandra lagi-lagi memergokiku.

"Gapapa Chan. Yuk lanjut lagi." Aku berdiri dari dudukku.

"Udahan aja latihannya lo sedang nggak baik-baik aja gue tau. Lo istirahat aja nanti gue izinin coach kalau lo perlu istirahat hari ini."

"Masih ada 30 menit lagi sebelum kelar." ucapku seraya memperhatikan jam tanganku.

"Ya makanya lo pake istirahat."

Chandra tetap memaksaku sehingga mau tidak mau aku pun menurutinya daripada eyel-eyelan perkara istirahat. Tidak lucu.

Percuma aku istirahat. Yang ada bukannya istirahat malah aku semakin kepikiran keadaan papa. Ponselku masih berada di tempat pengumpulan ponsel. Aku belum lihat kabar terbaru dari mama. Hari ini sudah hampir petang. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi bersiap mandi dan melaksanakan ibadah. Daripada overthinking lebih baik aku berdoa kepada Allah meminta kesembuhan papa dan diberi kesehatan untuk mama dalam menjaga orang rumah.

Aku melihat papa di ranjang rumah sakit, air mataku langsung luruh. Aku berlari menuju kearahnya memeluknya. Papa hanya tersenyum mengusap-usap kepalaku.

"Papa tidak apa-apa nak. Udah jangan nangis." ucapnya.

"Kenapa papa bisa masuk kesini? Kemarin kan janji sama Mela nggak begadang lagi."

Selain di kantor papa juga terlalu memforsir tenaganya saat di rumah. Dia selalu begadang bahkan tidak pernah ketinggalan kopi berada di tangannya selesai makan malam. Di kantor papa sebagai CEO perusahaan kopi yang berada di seluruh Indonesia. Pabriknya berada di Bogor namun kantor pusatnya berada di Jakarta Pusat. Papa sering bolak balik Jakarta - Tangerang. Itu juga yang menjadi penyebab papa drop kali ini. Ingin segera kusuruh pensiun saja dan digantikan oleh orang lain. Namun papaku masih belum bisa mempercayai orang lain untuk menggantikannya. Dia ingin anaknya yang menggantikan beliau karena ini perusahaan atas dedikasi beliau sejak muda. Beliau suka sekali dengan kopi--khas anak muda yang tidak pernah ketinggalan dengan kopi. Hingga saat ini papa masih mengkonsumsi minuman yang berbahan kafein tersebut.

"Iya maafkan papa. Papa nggak begadang."

Papa tersenyum dan membelai rambutku. "Sekarang Mela balik ya ke asrama. Latihan yang rajin biar segera terwujud cita-citanya."

"Nggak mau. Aku mau disini jagain papa."

"Nak, kamu ada tugas yang harus selesaikan. Dan tugasmu bukan disini. Tugasmu di asrama. Balik ya. Lagian disini sudah ada banyak orang, ada mama, ada Bang Ical, ada Om Iyan, ada Om Ray sama Mas Raka."

"Balik ya nak. Tambah semangat lagi habis ini masa udah loyo aja. Sebentar lagi kan mau tanding katanya. Tunjukin kamu bakatmu dari kecil jago badminton dan buat keluarga bangga sama kamu, papa nanti yang akan maju kedepan menyemangati kamu saat lomba. Sekarang balik ya." ucap papa.

Aku hanya bisa menangis meraung setelah itu gelap mendominasi penglihatanku.

Aku merasa badanku bergoyang. Aku meraup kesadaran sedikit demi sedikit dan saat kurasakan lenganku digoncang oleh temnaku. Sayup-sayup kudengar suara lainnya memanggil namaku. Aku berusaha meraih kesadaranku. Aku berada di kamar asrama. Tadi mimpi? Aku bertemu papa di mimpi? Air mataku langsung luruh dan terisak. Teman-temanku pun segera memelukku guna menguatkan aku yang rapuh.

"Sabar ya Nin. Kita berdoa sama-sama buat papa. Semoga baik-baik aja. Lo tau papa lo kan kuat." Aamiin semoga....

Meskipun Hanin tipe pendiam kalau sama orang lain tapi kalau lihat dia sedih begini makin tambah gak tega huhuhu

Tekan bintang dan tinggalkan komentar kalian

Terimakasih, SEE YOU!!

Aset NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang