BAB 32 - Kenyataan

82 8 0
                                    

Melakukan pemanasan setelah shubuh begini adalah hal yang paling kusenangi menghirup udara segar yang masih belum terkontaminasi dengan polusi. Setelah kemarin melakukan perjalanan dengan Chandra dan beberapa atlet lainnya yang akan melangsungkan pertandingan juga di Gor kota gudeg ini disinilah kami di salah satu apartment di Kota Yogyakarta. Bersebelahan dengan lokasi GOR dengan pemandangan Gunung Putri sebagai pencuci mata. Jadwal pertandinganku masih nanti malam sehingga seharian ini aku tidak ada rencana sama sekali. Coach melarang kami melakukan hal berat termasuk latihan sebelum pertandingan takut tubuh kami akan lelah duluan. Sehingga kami hanya tiduran di kamar untuk merecharge energi. Setiap pagi bangun tidur aku selalu melakukan pemanasan dan olahraga pagi meskipun hanya sebentar namun setidaknya ada gerakan tubuh selepas bangun tidur.

Aku duduk sembari melihat keindahan Gunung Putri di seberang sana. Aku berharap aku bisa mendakinya dan sampai pada puncaknya yang terlihat mengerucut semakin kecil. Sepertinya sepulang dari sini aku akan pergi berlibur sebentar mungkin bisa mengajak kedua abangku atau temanku yang lagi free jadwalnya. Melupakan sejenak kepenatan duniawi ini. Teringat kejadian beberapa hari ini yang semakin membuatku penat. Tidak jauh dari urusan Nando. Yang mengusikku tentang kenyataan kemarin malam.

Chandra Litupo
Nin, hari ini lihat pertandingan bulu tangkis ganda putri yuk.

Aku sudah menyebut asal Chandra tidak? Aku lupa untuk itu, Chandra berasal dari Batak makanya namanya ada keturunan Batak. Malam ini ada pertandingan bulu tangkis ganda putri yang menjadi awal perlombaan bulu tangkis.

Caramella Hanin
siapa lawan siapa?

Chandra Litupo
Kayaknya sih Yumi sama Nafi hari ini deh.

Yumi masuk tim ganda putri berpasangan dengan Nafi. Keduanya cocok sekali bertemu langsung ada citra klop diantara mereka. Sama-sama pendiam namun mampu menguasai lawan dan keadaan.

Chandra Litupo
Lihat yuk sekalian lihat keadaan lapangan biar bisa atur strategi.

Caramella Hanin
emang boleh Chan? bukannya privasi ya

Chandra Litupo
Bisa kok Nin tapi nggak banyak.

Caramella Hanin
yauda ngikut aja Chan jam berapa?

Chandra Litupo
Oke. Nanti kukabari lagi.

Dan disinilah aku dan Chandra duduk di kursi yang disediakan untuk oenonton namun terbatas. Meskipun sudah terlambat karena Chandra malah ketiduran namun kami masih bisa menikmatinya. Yumi-Nafi unggul 2 poin dari lawan mereka. Dan masih ada waktu 29 menit tersisa. Sedang asyiknya menikmati pertandingan Chandra tiba-tiba melihat sosok yang tidak asing dimatanya dan tidak jauh dari tempat duduk kami sehingga kami masih bisa melihatnya.

"Itu bukannya Nando?" ucap Chandra sambil menunjuk orang yang dimaksud berdiri di belakang garis tanding. Aku menajamkan penglihatanku untuk melihat objek yang ditunjuk Chandra.

"Ngapain dia kesini?" Chandra menoleh ke arahku aku pun mengedikkan bahu.

Sejak kenyataan yang kulihat di ruang istirahat waktu lalu aku tidak pernah membalas pesan-pesan yang dikirimkan Nando. Beruntung pertandingan yang dilakukan berpencar menjadikan aku tidak pernah bertemu dengannya maupun dengan Arin. Kudengar tim sepakbola akan bertanding lusa di GOR Solo. Aku pun tak peduli akan hal itu. Jika memang Nando terpaksa berhubungan denganku karena keluarga kami yang sudah menjalin hubungan erat dari dulu dan dia sudah terlanjur memiliki hubungan dahulu dengan Arin kenapa dia harus mau dan meminta izin kepadaku bahkan kepada papa untuk lebih dekat denganku. Memang selepas kejadian itu aku mencoba untuk menutupi perasaan hatiku. Aku tidak mau semua tahu dan semakin kacau. Aku hanya perlu pembuktian. Namun aku juga tidak mempunyai kekuatan untuk itu. Darimana aku mengumpulkan bukti-bukti itu jika aku sendiri tidak berusaha. Pikiranku mendadak buntu tidak tahu harus apa makanya aku memilih untuk menghindar sejenak dari mereka berdua.

Namun apa yang kulihat ini di ruangan yang sama dengan Nando, orang yang kuhindari selama ini, sedang berdiri menyaksikan pertandingan Yumi Nafi dengan lawannya. Dan kejadian setelahnya membuatku tidak percaya. Nando sedang menyemangati Yumi dan Yumi pun membalas dengan tatapan berbinar diikuti anggukan yakin. Apa hubungan Nando dengan Yumi. Setelah mendekati Arin, aku, dan ini Yumi. Apakah Nando menyembunyikan fakta tentangnya yang mana dia tidak pernah berhubungan dengan perempuan namun nyatanya dja mendekati banyak atlet perempuan. Brengsek sekali. Tidak heran selama ini Yumi sering mengikhlaskan dirinya mengambil makanan yang Nando kirimkan. Apakah mereka juga memiliki hubungan di belakangku. Pikiranku sibuk menerka-nerka di antara mereka setelah kedapatan kejadian itu. Sampai tidak sadar bahwa pertandingan sudah berakhir dengan skor tim kami yang unggul dan akan melanjutkan ke babak selanjutnya.

Chandra menyenggol lenganku mengodeku untuk segera keluar. Kulihat lapangan juga sudah mulai kosong perlahan penonton meninggalkan lapangan. Aku pun mengambil langkah keluar lapangan indoor ini dengan mata masih melirik ke arah Nando yang sepertinya masih berada disana entah sedang menunggu apa. Sedang atlet yang bertanding tadi sudah tidak ada sepertinya berganti pakaian di kamar ganti.

Sebelum keluar dari lapangan ini aku mendengar teriakan yang sangat kukenal.

"Mas Nando! Yumi menang! Yeyyy!!"

Aku terkejut tentu saja. Apa ini? Di tempat Nando tadi dia sedang berdiri menyambut Yumi yang berlari girang ke arahnya dan adegan selanjutnya tentu berpelukan. Sedang Nafi berjalan santai ke arah mereka seakan itu hal yang biasa. Mas? Mesra sekali panggilan mereka. Jadi ada hubungan apa mereka berdua. Tidak mungkinkan hanya sekedar kenal sebab masih satu kota asal atau sebab Yumi yang sering menemui Nando untuk menjemput makanan yang akan diberikan kepadaku.

Aku tidak sadar sampai menghentikan langkah dan melongo di tempat. Chandra yang berada di belakangku langsung menepuk pundakku.

"Mau keluar atau nyamperin mereka?"

Lantas aku menjawab, "Keluar aja Chan."

Sebelum aku melangkahkan kaki suara teriakan memanggil namaku dan Chandra. Kepalaku otomatis menoleh dan kulihat Yumi dan Nafi yang melambai semangat ke arah kami dengan senyumnya yang cerah juga Nando yang tersenyum melihatku.

"Udah ketahuan kesana ajalah Nin yuk." Chandra segera memegang bahuku dan mendorongku untuk berjalan ke arah mereka. Aku yang baru tersadar langsung tergagap menahan langkahku untuk melangkah namun kalah dengan tenaga Chandra.

"Kita nggak bawa apa-apa tau." ucapku.

"Gapapa Nin. Lo datang aja udah seneng."

Lantas aku tersenyum memberi selamat kepada mereka seraya memeluknya. Yumi bergumam terimakasih sambil membalas pelukanku erat. Sedang Nando kulihat mengernyitkan dahi tidak suka. Apa-apaan mukanya tidak suka melihatku di sini? Melihat tatapanku dan Nando yang saling menyorot antara curiga dan kesal membuat Yumi terkekeh.

Yumi menggandeng lengan Nando membuatku semakin tidak suka. Nando bagaimana sih mau saja dipegang-pegang. Apa mereka sudah memiliki hubungan lebih dulu daripada aku terlihat keduanya sangat akrab.

"Hehehe Kak Hanin aku mau jujur ini abangku."

Ha?! Aku melotot tak percaya.

Ternyata Yumi toh calon adik iparnya Hanin

Vote dan comment kalau nanti Hanin dan Nando menikah pakai adat apa

Terimakasih, SEE YOU!!

Aset NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang