23

717 35 2
                                    

Selamat membaca

.
.
.
.
.

Alvares dan Aeris kini sampai dirumah. Mereka pun turun dari mobil dan melangkah masuk. Alvares menarik tangan Aeris menuju kamarnya.

Cklk

"Loh Al kita ngapain di kamar kamu?" tanya Aeris bingung. Bukannya menjawab, Alvares menuntun Aeris untuk duduk di ranjang. Mengambil kotak obat dan duduk di sebelah Aeris. Dan Aeris yang merasa canggung langsung mengambil asal obat dan beranjak berdiri. Namun nihil ia malah ditarik hingga jatuh kepangkuan Alvares.

"Mau kemana hm?" tanya Alvares dengan suara rendah.

Sungguh dari jarak sedekat ini membuat Aeris deg degan. Namun ia berusaha terlihat biasa saja. Aeris berdiri dan kembali duduk di samping Alvares. "A-aku mau ke kamar aku" jawab Aeris gugup.

"Disini aja. Gue obatin" dan benar saja, Alvares mengambil obat untuk membersihkan luka di pipi Aeris.

'Ganteng banget gila' batin Aeris. Dirinya tak berbohong bahwa Alvares dilihat dari dekat justru jauh mempesona. Matanya yang sipit, hidungnya yang mancung, rahang yang tegas, bibir yang indah, dan jangan lupakan tahi lalat di bawah matanya. Sungguh sangat tampan.

"I know I am handsome" ucap Alvares yang sadar bahwa ia diperhatikan begitu intens oleh gadis yang ada di depannya ini.

Dan Aeris yang mendengar ucapan suaminya itu menjadi salah tingkah. Aeris berdeham menutupi kesaltingannya. "U-udah ya? Makasih Al"

Aeris ingin berdiri, namun kembali di tahan. "Jangan pergi dulu" tahan Alvares.

"Kenapa Al?"

"Lo kenapa tadi?" tanya Alvares yang membuat Aeris bingung. "Sorry Al, tapi aku gak tau maksud kamu. Yang jelas dikit bisa?"

"Di sekolah tadi, lo dapet keberanian dari mana sampe mukul Sella?"

"Aku capek di bully. Dan aku pengen kasih dia pelajaran biar kapok. Aku pengen buat dia ngerasain yang mereka rasain" ucapnya panjang lebar. Pandangan nya berubah menjadi datar.

"Tapi ini akibatnya" ucap Alvares memandang luka di wajah Aeris.

Aeris hanya tersenyum saja. "Ini gak apa apa kok. Andai kamu tadi gak dateng mungkin ada hal yang lain lagi"

"Maksud lo?"

"Maybe aku bisa balas ngegores dia dan pukul dia?" jawab Aeris tanpa sadar menyeringai.

Alvares menghela napas. "Jujur sama gue. Lo tau siapa ketua dark angel kan?" tanya Alvares tiba-tiba.

Aeris tersadar. "Apaan sih Al. Aku gak tau" bantah Aeris. "Walaupun aku satu sekolah sama mereka, bukan berarti aku tau"

Alvares memajukan wajahnya di samping telinga Aeris. "Lo ketuanya kan?" bisik Alvares.

Aeris membelalakkan mata terkejut. "Maksud kamu apa? Aku ini cupu, gak mungkin lah jadi ketuanya mereka" Aeris tertawa kecil.

"Semalem lo kemana?" tanya Alvares menanyakan hal yang lain. Dan Aeris pun sedikit lega. "Ke rumah ortu aku lah"

"Aeris. Gue tau lo kerumah mereka cuman buat ambil motor"

"Al! Aku gak tau naik motor" bantah Aeris lagi.

"Semalem gue ngikutin lo dan gue ngeliat lo ngendarain motor. Mau ngelak hm?"

'Bisa bisanya dia tau' "enggak Al itu bukan aku"

"Terserah lo mau ngebantah kayak gimana. Tapi lo kenapa gak kasih tau gue dari awal hah?!"

Aeris menghela napas. Mungkin ini saatnya dia mengetahui hal yang ia sembunyikan. "Oke aku jujur. Aku emang ketua dark angel. Dan aku cuman pura-pura cupu"

Alvares tersenyum tipis. 'Ngaku juga lo' Alvares dapat mengetahui karena bantuan teman-temannya dan ibu Aeris. Ibu Aeris pernah menelpon menantunya itu untuk memberitahu bahwa, Aeris sebenarnya bukan lah seorang nerd. Dia hanya berpura-pura. Alvares sebenarnya kecewa, dia bertanya apa alasannya. Namun, ibu mertuanya itu tak memberitahu nya. Biarlah Aeris sendiri yang mengatakan nya.

"Apa alasan lo?" tanya Alvares tenang. "Gue cuman pengen aja pura pura jadi cupu. Dan satu lagi, Bella udah tau duluan" jawab Aeris dengan santai.

"Dan lo gak ngasih tau gue?" cowok itu memandang Aeris tajam. "Gue pengen ngasih tau, tapi nunggu waktu yang tepat"

Mereka terdiam cukup lama. Tak ada yang saling memandang dan membuka suara. Sampai akhirnya, Aeris lah yang memulai pembicaraan. "Sorry Al. Gue gak bermaksud nyembunyiin apa apa. Cuman, gue belum siap aja ngasih tau lo. Gue sebenarnya mau ngasih tau setelah nuntasin sesuatu" Aeris menunduk.

Alvares memegang dagu Aeris untuk menatapnya. "Gak papa. Gue juga minta maaf sama kelakuan gue selama ini"

"So, lo mau ngebantu gue?" tanya Alvares pelan.

"Ngebantu apa?"

"Bantu gue buat nerima lo" mau bagaimanapun, Aeris adalah istrinya. Dan prinsipnya, nikah cuma sekali. Dan Aeris lah yang kini menjadi istrinya. Istri yang dititipkan kepadanya untuk ia jaga. Seseorang yang akan menemaninya menghabiskan sisa umurnya.

"Pasti. Gue bakal ngebantu lo"

"gue mau lo ngubah gaya bicara lo jadi aku-kamu" surih Alvares.

"dih, masa aku doang yang ngubah kamu juga dong" pinta Aeris.

"Nanti"

"Ih, kok nanti sih? Kalau bisa sekarang kenapa enggak?"

"Gue gak terbiasa Aeris"

"Biasain dong" Alvares hanya berdeham saja.

Aeris memeluk Alvares membuat sangat empu sedikit menegang. Ia belum pernah dipeluk perempuan kecuali mamanya. "Makasih kamu udah mau berusaha nerima aku"

"Karena lo istri gue"

.
.
.
.
.

Tbc
🌺🌺🌺

Budyakan vote komen dan follow

Maaf kalau alurnya gak jelas dan penulisnya juga berantakan.

Tapi, makasih karena selalu baca 💗

Love banyak banyak🎀💓💓💓🎀

Makasih.💗

ALVARISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang