Selamat membaca.
.
.
.
.Malam ini, Alvares turun ke meja makan. Cowok itu ingin makan bersama Aeris. Katanya sih pengen belajar menerima.
Saat sampai, ia hanya melihat mi yang sedang Aeris makan. "Buat gue mana?" tanya Alvares menatap Aeris.
"Hah? Buat kamu? Gak salah nih, kan kamu sendiri yang bilang gak mau makan masakan aku" sejak saat orang tua mereka bermalam, saat itu pula terakhir kali Aeris memasak untuk Alvares. Setelah itu sudah tak pernah. Dan kali ini, cowok itu ingin makan masakannya?
Alvares akui ia memang menjilat ludah sendiri. Dan itu sangat tak menyenangkan. "Yaudah, bentar ya aku buatin" Aeris bangkit dan melangkah menuju dapur.
"Samain aja" Aeris hanya mengangguk. Gadis itu membuat mi yang sama, sementara suaminya itu menunggu di meja pantry memperhatikan Aeris dari belakang. 'She's pretty' Alvares tersenyum tipis.
Setelah jadi, Aeris membawa ke meja makan. Mereka makan bersama pertama kali. Dan hanya mereka berdua. Jujur rasanya begitu canggung duduk bersama orang yang dulu tak menyukai kita.
🦋🦋🦋
"Loh Al, kamu kok gak keluar?" tanya Aeris ketika masuk ke dalam kamar dan melihat Alvares yang hanya bermain HP. Saat ingin pergi ke kamarnya, Aeris melihat pintu kamar Alvares sedikit terbuka. Gadis itu mengintip nya.
"Hm? Enggak"
"Kenapa? Biasanya kamu keluar jam segini" Aeris menghampiri Alvares dan masuk ke dalam selimut yang sama. Gadis itu memberanikan diri untuk mengintip apa yang sedang suaminya lihat itu.
"Pengen dirumah temenin kamu"
Aeris mengangguk sedetik kemudian--eh? Kamu? 'Gue gak salah denger nih?' Aeris merasa senang dan juga ingin tertawa disaat yang bersamaan. Suaminya ini terdengar lucu saat mengatakan kata kamu.
"Kenapa senyum?" tanya Alvares. Aeris hanya menggeleng.
Drrt!
HP Aeris berbunyi yang menandakan panggilan suara. Aeris mengangkat nya.
".... "
"Kenapa?"
".... "
"Gue ke sana sekarang"
Tuut
Setelah mematikan telepon, Aeris segera keluar kamar. Saat sampai, gadis itu masuk kedalam walking closet dan keluar kamar dengan terburu-buru "Mau kemana?" tanya Alvares melihat Aeris yang tampak berjalan tergesa-gesa itu.
"Aku mau ke markas"
"Udah malem"
"Al, markas aku hancur. Aku harus ke sana" Aeris kembali melangkah.
"Aku anter"
Ucapan Alvares membuat gadis itu berhenti. "Kamu yakin?" Alvares mengangguk. Jadi lah mereka pergi bersama. Aeris menyuruh Alvares untuk lebih cepat.
Saat sampai, ia telah melihat teman temannya berkumpul di luar markas, dengan keadaan markas nya yang dapat dikatakan tidak baik baik saja. Gadis itu segera turun dari motor dan menghampiri mereka. Sementara Alvares tetap berada di tempatnya.
"Queen" Azura segera berlari memeluk Aeris yang mereka panggil Queen saat melihat nya telah sampai.
"Kalian tau siapa yang ngelakuin?"
"Hanya ada satu orang" Neandra memberikan sebuah slayer hitam yang ia ambil di depan pintu markas tadi.
Aeris memperhatikan slayer itu dan melihat sebuah tulisan bertuliskan: Aku kangen kamu aerisa
Tulisnya dengan tinta merah yang ia yakini adalah darah. "Sial"
"Emang gak ada yang jaga markas hah?!" bentak Aeris kepada semua anggota yang hadir.
"Gak ada" jawab Dinda.
"Siapa yang ngeliat pertama kali?!" Aeris bertanya dengan nada tinggi seperti membentak.
Neandra mengangkat tangannya. "Gue yang ngeliat. Tadi, pas sampai, gue ngeliat api udah nyala. Gue samperin dan ngeliat slayer itu" ucap Neandra setenang mungkin.
"Kayaknya tuh orang emang main main. Siapa sih itu? Dasar monyet gila" maki Azura tanpa tau keadaan.
"Besok, kita samperin tempat tinggalnya" perintah Aeris yang mendapat anggukan dari semua anggota.
"Yang pergi cuman anggota inti" hal itu mendapat protes dari para anggota umum yang hadir.
Aeris mencoba menjelaskan sedetail mungkin. "Bukannya gue gak butuhin kalian, tapi, yang mau kita lawan itu, cuman satu orang"
"Queen lo gak khawatir kalau dia sekongkol sama geng lain?" ucap salah satu anggota.
"Gue sebenarnya punya rencana. Tapi siapa tau disini ada penghianat dan ngasih tau dia" ucap Aeris melirik salah satu anggota.
"Penghianat? Emang ada penghianat disini?" Dinda celingukan mencari.
"Lo kesini" panggil Aeris kepada salah satu anggota. Anggota tersebut maju dan berdiri di samping Aeris.
"Kasih tau dia, kalau besok kita mau nyerang dia di rumah nya"
"M-maksud lo apa? Kok nyuruh gue?"
Aeris tersenyum miring. "Karena lo menghianati kita!" bentak Aeris dan membogem rahang anggota tersebut yang bernama Akbar.
"Lo kenapa? Gue gak nge khianati lo bangsat!" Akbar balik berteriak.
"Lo pikir gue gak tau hm?" ucap Aeris tenang.
"Lo! Mulai sekarang, lo dikeluarin dari geng ini tanpa rasa hormat" Aeris kembali membogem rahang Akbar dan menendang lutut cowok itu.
"Bawa dia pergi" suruh Aeris kepada dia orang anggota.
"DENGER! SIAPA YANG BERANI BERHIANAT, MAKA AKAN BERURUSAN SAMA GUE. DAN AKAN DIKELUARKAN TANPA HORMAT! PAHAM?!"
Sontak, semua anggota mengangguk dan tak ada yang berani berbicara. Melihat Aeris mode ketua membuat mereka ketar ketir sendiri.
Dan Alvares yang melihat semua itu speechless dan merasa bangga. Tak ia sangka, gadis cupu yang menjadi istrinya adalah seorang ketua geng motor yang setanding dengan gengnya.
.
.
.
.
.Tbc
🌺🌺🌺Jangan lupa vote, komen dan follow.
Maaf ges alurnya makin kesini makin kesana. Makin gak jelas ㅜㅜ
Tapi, makasih buat kalian yang tetep mau baca
Lup💗💗💗
Semangat terus kalian
-with love, chaeri-🎀💓💓💓🎀
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARISA
Teen FictionAlvares Reyfan Ardipta Seorang ketua geng motor yang dijodohkan dengan seorang gadis penuh misteri yang menjadi murid baru di sekolah nya bahkan mereka satu kelas ______________________________ Aerisa Queen Aleana Gadis penuh misteri dan seorang n...