Matahari kembali menyapa, minhee tengah melatih sihir gravitasinya setelah sarapan.
Chanhee tak jauh darinya, hanya mengawasinya berlatih, "kau tidak perlu berlatih hal sulit, latih apa yang kau perlukan" ucap chanhee keras.
Minhee menampilkan jempolnya kepada chanhee, "aku akan segera selesai! " balas minhee.
Namun chanhee berjalan menjauhi minhee, "apa kau datang untuk memarahiku? " tanyanya merasakan liz memanggilnya
"Tidak, aku hanya ingin mengingatkanmu" balas liz.
"Mengingat apa? Apakah waktuku akan segera habis? " tanya chanhee, ia sedikit gugup.
"Tidak, aku hanya mengingatkanmu bahwa aku bisa menghidupkanmu menjadi makhluk aeternum" jawab liz membuat chanhee menghela nafas lega.
"Aku tahu" balas chanhee lalu firasat buruk terlintas di benaknya, "apa yang akan terjadi? " tanyanya takut.
"Bukan hal besar, kau tidak harus khawatir" jawab liz namun firasat chanhee semakin buruk.
"Semangat untuk kau dan minhee, ini perjalanan kalian sebelum sampai di voirita" sambung liz.
"Aku takut" gumam chanhee, ia lalu menatap minhee, memastikan anaknya tetap aman.
"Chanhee, aku bisa mengendalikan sihirku! " ucap minhee riang, ia melompat girang layaknya anak kecil.
Chanhee melangkah kembali menuju minhee, "apa kau siap untuk mencuri kristalmu? " tanya chanhee dibalas anggukan kencang dari minhee.
"Aku siap, kau harus mengantarku ke ruangan dimana kristal itu berada" balas minhee.
"Aku akan menunggumu di sana" ucap chanhee lalu menghilang begitu saja.
"Tunggu aku! " minhee melemaskan tubuhnya dan melayang, ia menggerakan kaki dan tangannya seolah berada di dalam air.
"Aku rasa lebih baik jika aku bisa terbang" ucap minhee setelah sampai di atas awan.
"Tidak satu pun makhluk aeternum yang dapat terbang, mereka menggunakan sihir gravitasi untuk melayang" balas chanhee.
"Kenapa kau tidak menampakkan diri? " tanya minhee menyadari chanhee tidak muncul di sekitarnya.
"Aku akan muncul saat kau berhasil mengambil kristal itu" jawab chanhee lalu menarik minhee agar masuk ke dalam istana besar itu.
Mereka melewati banyak pintu hingga menemukan pintu yang terlihat sangat putih, seolah tidak pernah disentuh.
Chanhee meremat jemarinya lalu membawa minhee masuk menembus pintu itu, "kau sangat hebat" ucap minhee kagum.
"Ini bukan saat yang tepat untuk memujiku" balas chanhee, ia menampakkan dirinya lalu pergi ke tengah ruangan, mengetuk berulang kali atap pendek itu hingga sebuah lingkaran terbentuk jelas terbagi menjadi beberapa bagian.
Satu persatu bagian itu mulai berjejer membentuk tangga melingkar.
Minhee ternganga, takjub dengan benda di depannya, "naiklah" chanhee menepuk pundak minhee.
"Ambil kristal itu dengan senyuman tulus" ucapnya chanhee. Minhee mengangguk lalu menaiki tangga itu menuju ke atas.
Ia semakin takjub melihat ruangan putih bersih, di sekelilingnya terdapat mahkota-mahkota indah terpajang.
Di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja tinggi, kristal merah itu berputar di atasnya.
Minhee mengingat perkataan chanhee lalu tersenyum senang, ia menghampiri kristal itu lalu mengambilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCUNA; Aiterleux Mission
Fantasía─ rembulan terus menjadi saksi bisu baginya, membiarkannya dibawa pergi untuk menemui orang tuanya di tempat yang terlalu jauh.