"Sangyeon" chanhee memberanikan diri untuk menghadapi pria itu. 60 tahun lalu dirinya diperlakukan seperti putri kerajaan oleh sangyeon.
Namun chanhee tidak pernah mampu menatap manik sangyeon dalam-dalam.
"Kau membutuhkan sesuatu, sayang? " suara itu terdengar sangat tulus, namun tetap saja membuat chanhee merinding.
"Aku dan minhee membutuhkan bantuanmu untuk mendapatkan potongan kristal terakhir, kuharap kau mau membantu kami" balas chanhee, ia gugup sekarang.
Meskipun sangyeon tahu bahwa minhee adalah anaknya, tapi ia tidak pernah merasakan sangyeon memberikan kasih sayangnya pada minhee.
"Sihirmu lebih kuat dariku, aku tidak akan banyak membantu kalian" ucap sangyeon dan chanhee dapat merasakan energi lain yang tidak pernah dikeluarkan sangyeon.
"Kakak" panggil chanhee membuat sangyeon menatapnya bingung.
"Kau tahu aku benci itu" ucap sangyeon, pria itu masih mencoba untuk tersenyum.
"Aku juga benci saat kau tidak menjadi dirimu sendiri" balas chanhee membuat sangyeon memegang kedua pundaknya.
"Aku tidak menjadi diriku sendiri? Lihatlah, sayang, aku selalu menjadi diriku sendiri" ucap sangyeon, melupakan seluruh kemampuan chanhee.
"Kau tahu aku dapat merasakan energi yang kalian keluarkan" ingat chanhee.
Sangyeon pun mendesah kecil, "maaf, aku kembali bertemu denganmu, dengan sihirmu yang kuat, dan membuatku melupakan hal-hal tentangmu"
Chanhee pun melingkar tangannya pada leher sangyeon, "sangyeon tidak dapat dikalahkan, itu yang kau katakan padaku" ucap chanhee sembari tersenyum.
"Jika sihirku sudah cukup kuat bagimu, kau dapat menjadikanku sebagai teman sekerjamu" lanjut chanhee, ia teringat bagaimana dirinya selalu menjadi beban bagi sangyeon.
"Apa kau mau bekerja sama denganku? " tanya sangyeon mendapat anggukan dari chanhee.
"Dengan senang hati, dan aku juga membutuhkan bantuanmu" jawab chanhee.
"Bantuanku? Apa yang harus aku lakukan untukmu? "
✧─✧
"Jika chanhee tidak kembali dalam hitungan ketiga, aku akan mencari kristal itu sendiri" ucap minhee, ia sudah menunggu beberapa waktu dan rasanya kesabarannya akan segera habis.
"Satu-"
"Dua-"
"Tiga! "
"Baiklah, aku akan mencarinya sendiri" minhee keluar dari kamarnya dan menengok ke sekitar, tidak mungkin bila ia mengecek seluruh kamar yang ada.
"Ruang bawah tanah, pencarian harus dimulai dari bawah" ucapnya, ia turun ke lantai dasar dan mengelilingi istana itu, mencari pintu menuju ke ruang bawah tanah.
"Oh, kau burung hantu tadi, dimana ruang bawah tanah? " tanya minhee saat melihat chexe yang kini bertengger di jendela.
Tunggu, jendela? Minhee membulatkan matanya begitu menyadari bahwa jendela itu terbuka, "apakah ada orang yang masuk? Apakah mereka ingin mencuri? " tanya minhee panik.
"Sebentar, tidak perlu panik, aku punya sihir" ingat minhee menenangkan diri.
"Sekarang tunjukan dimana ruang bawah tanah itu berada" ucap minhee pada chexe lagi, namun burung hantu itu hanya berkukuk.
"Ayolah, aku tidak punya banyak waktu untuk bermain denganmu" ucapnya kesal.
Lagi-lagi chexe hanya diam dan menatapnya, "baiklah, aku akan mencarinya sendiri" ucap minhee, ia mem-poutkan bibirnya kesal lalu berbalik.
![](https://img.wattpad.com/cover/344157339-288-k710622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCUNA; Aiterleux Mission
Fantasy─ rembulan terus menjadi saksi bisu baginya, membiarkannya dibawa pergi untuk menemui orang tuanya di tempat yang terlalu jauh.