Minhee membuka matanya, ada seorang pria yang berdiri membelakanginya dengan jubah hitam panjang. Pria itu memegang moncong si rubah, "anak nakal" ucap pria itu membuat telinga rubah itu menutup seolah sedih.
"Kejarlah burung phoenixmu, bukan dia! Kau mengerti? " ucap pria itu, si rubah mendesis kecil lalu dilepaskan begitu saja kembali ke dalam hutan.
"Siapa kau? " tanya minhee sembari melangkah kecil menuju pria itu, "ah, terima kasih sudah menyelamatkanku" ucap minhee namun pria itu tidak kunjung membalikkan tubuhnya.
Suara pekikan burung phoenix membuat minhee menatap sang burung api yang terbang kembali ke hutan.
Namun setelah itu, pria misterius itu hilang tanpa jejak. Minhee mencoba untuk berpikiran positif, ia mengganti pertanyaan dalam pikirannya, bagaimana ia bisa bertahan di tempat ini?
Hutan dan lautannya berbahaya, ia belum makan dan langit sudah gelap.
'Hei, minhee, maafkan aku' itu liz, wanita itu sudah berpikir ulang untuk membantu minhee, "untuk apa kau meminta maaf? " tanya minhee bingung, 'aku marah padamu saat itu, tapi aku tidak akan tega untuk membiarkanmu terluka' ucap liz.
"Oh, aku sudah melupakan kejadian itu" ucap minhee lalu hening, "apa kau masih di sana? " tanya minhee, 'aku masih di sini, aku akan membantumu malam ini' balas liz.
'Kau memiliki sihir untuk menciptakan apa yang kau inginkan' ucap liz, namun bukan minhee bila mengerti hanya dalam sekali ucapan.
"Apakah itu hal yang baik? " pertanyaan minhee bukanlah apa yang dibayangkan oleh liz, 'ya, itu baik' jawab liz agak ragu.
"Kenapa kau memberitahuku? Bukankah aku harus mencari tahu sendiri? " tanya minhee, 'kau tidak akan menyadari sihirmu yang satu ini, lagipula sekarang kau bisa membangun rumah atau meminta makanan dengan sihirmu' jawab liz, minhee pun mengangguk setuju.
"Baiklah, terima kasih sudah memberitahu" ucap minhee lalu tangannya ia letakan pada batu besar, "ayam goreng madu" ucap minhee sembari memejamkan matanya.
'Apa yang kau lakukan? ' liz dari atas menatapnya penuh bingung, "aku bisa menciptakan hal yang kuinginkan, bukan? Maka aku ingin ayam goreng madu" balas minhee membuat liz hanya bisa mengelus dada.
'Kau hanya perlu berharap' ucap liz, "baiklah, aku berharap memakan ayam goreng madu sekarang" ucap minhee, ia menunggu beberapa saat namun tidak ada yang terjadi.
"Apa caraku salah? " tanya minhee, 'tidak, sekarang kau hanya perlu melakukan hal yang tidak berguna' ucap liz membuat alis minhee mengerut bingung.
'Berjalan-jalanlah sebentar, kau akan mendapatkan ayam goreng madumu' ucap liz, minhee menurut dan berjalan di sekitar tepian lautan, menatap air laut yang bergelombang.
Ia pun memikirkan para mermaid, ia merasa bersalah, karenanyalah para siren itu mendatangi para mermaid.
'Cukupi sedihmu untuk hari ini, ayam goreng madumu sudah siap' ucap liz, minhee menatap ke arah tempatnya semula yang sudah terdapat sepiring ayam goreng madu.
Baiklah, minhee akan melanjutkan kesedihannya setelah makan malam.
Makan malamnya sangat tenang, ia melahap ayamnya seolah tidak ada hari esok, mungkin efek berlatih separuh hari.
"Apakah tidak ada cara lain selain menunggu lama? " tanya minhee sambil menjilati sisa bumbu ayam yang menempel di jarinya.
'Ada, tapi kau belum cukup untuk dapat menggunakannya' ucap liz membuat minhee agak tersentil, "kenapa aku tidak bisa menggunakannya? " tanya minhee.
'Kau belum pernah melakukan tugasmu sendirian' jawab liz, "jadi aku harus melakukan semua sendirian? "
'Tentu tidak, banyak makhluk yang harus membantumu. Namun bukan mereka yang mengantarmu pada kristal, tapi dirimu sendiri' jelas liz membuat minhee tersadar. Di unpaix, dawit yang mengantarnya ke gunung paix, bukan dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARCUNA; Aiterleux Mission
Fantasi─ rembulan terus menjadi saksi bisu baginya, membiarkannya dibawa pergi untuk menemui orang tuanya di tempat yang terlalu jauh.