vingt-quatre; blood waterfall

25 4 1
                                    

Chanhee memilih rute yang cukup terjal, banyak batang kayu yang bertebaran dan guguran daun-daun.

Perjalanan itu cukup hening karena masing-masing berfokus pada jalur yang mereka lewati.

Hingga mereka melihat air berwarna merah yang turun dengan derasnya, "oh, tempat ini lagi" gumam sunwoo.

Keempatnya pun terdiam, tak ada yang berani membuka mulut. Terlebih chanhee tampaknya sedang berfokus pada hal lain.

Ia maju selangkah, "le joueur, aku datang dengan kedamaian untuk keabadian" seperti sihir, air yang deras itu perlahan mereda hingga mereka dapat melihat terdapat sebuah gua.

"Aku tidak pernah tau tentang ini" ucap sunwoo sembari menggeleng kepalanya tak percaya.

"Kita harus masuk lewat samping, ikuti aku" ucap chanhee, ia kembali memimpin.

Mereka berjalan di samping sungai panjang itu hingga menemukan sebuah jembatan yang mengarah langsung pada gua tersebut.

Gelap dan panjang, itulah deskripsi saat pertama kali mereka memasuki gua itu.

Namun di kejauhan, mereka dapat melihat cahaya, "apa yang ada di ujung di sana? " tanya minhee.

"Kristalmu" jawab chanhee.

Mereka pun sampai, ketiganya ternganga kagum melihat sebuah pohon besar dengan dedaunan berwarna merah.

Di antara dedaunan itu, potongan kristal itu perlahan turun dan jatuh di tangan minhee. Kantung pemberian hao kembali muncul, minhee pun memasukan kristal itu ke dalamnya.

"Baiklah, tugasku sudah selesai! " ucap minhee senang, ia bertepuk tangan. Younghoon dan sunwoo pun ikut bertepuk tangan.

"Belum, samffa masih menunggumu" ucap chanhee membuat ketiganya berhenti bertepuk tangan.

'Chanhee, jangan merusak tatanan masa depan aeternum' itu liz, ia tahu apa yang ingin chanhee lakukan.

'Aku akan merusaknya untuk kebaikan aeternum, tapi tidak sekarang' balas chanhee dan dirinya segera memutuskan komunikasi itu.

✧─✧

Mereka kembali ke istana werewolf, cukup aneh karena mereka tidak menemukan sangyeon di sana.

"Potongan kristal terakhir ada di sini, tapi aku bukan tangan pertama" ucap chanhee.

"Lalu kenapa kita tidak mencarinya lebih dulu di sini? " tanya younghoon bingung, setahunya chanhee dan minhee sedaritadi berada di sini.

"Karena aku hanya dapat berkomunikasi dengan air terjun darah pada sore hari" jawab chanhee namun younghoon hanya memberikan tatapan anehnya.

Pagi hari, siang hari atau sore hari selalu terasa sama di aeternum, warna oranye itu tidak pernah berubah.

Entah darimana, seekor burung hantu melintas di atas mereka. Chanhee yang pertama melihat burung hantu itu segera memeluk minhee.

Sementara younghoon dan sunwoo yang kaget tak sengaja menabrakkan diri karena ingin berlari.

"Sejak kapan ada burung hantu di sini?! " tanya younghoon kesal, bertahun-tahun tinggal di sini dan ia tidak pernah menjumpai adanya burung hantu maupun hewan lainnya.

"Burung hantu? " chanhee terdiam sesaat, ia merasa tak asing dengan 'burung hantu'.

Lalu matanya membulat, "chexe! " panggil chanhee. Burung hantu itu pun berbalik arah dan hinggap di bahu chanhee.

Dengan bulu berwarna biru tua yang mengkilap dan mata berwarna hitam sempurna, minhee yang melihat itu segera menjauhkan diri dari chanhee.

"Uh, apa sangyeon tidak merawatmu dengan baik? " chanhee meniup tubuh chexe, cukup kuat hingga sebuah bulu putih mulai terlihat.

Chexe adalah burung penjaga ruang bawah tanah kerajaan ini, "ruang bawah tanah! " ingatnya.

"Chanhee! " suara sangyeon pun mengundang atensi mereka, sontak keempatnya menatap ke sumber suara.

Tangan chanhee terangkat begitu melihat benda-benda berterbangan ke arah mereka. Sembari ia menurunkan tangannya, benda-benda itu pun ikut turun hingga ke lantai.

"Maaf, aku hanya ingin membantumu" ucap sangyeon, ia memberikan potongan kristal terakhir pada minhee.

Namun sebelum minhee benar-benar terbuai dalam momen ini, sunwoo lebih dulu mendorong sangyeon hingga terjatuh.

Bahkan kristal yang ada di tangannya jatuh dan terpecah seperti kaca, "kenapa kau melakukan itu? " tanya minhee marah.

"Aku tidak bodoh, kembali saja ke bentuk aslimu, yunseong! " ucap sunwoo, ia menendang-nendang tubuh pria itu hingga kembali ke wujud aslinya.

Membuat ketiga pria lainnya terkejut, "kau menggunakan kemampuanmu di depan bangsamu sendiri, bodoh! " lanjut sunwoo.

Pria itu pun mengangkat tangannya dan sunwoo tertarik begitu saja ke arahnya, lehernya dicekik kencang oleh yunseong.

Chanhee pun memegang lengan yunseong dan menarik sunwoo agar segera menjauh, "aku memang tidak seharusnya percaya padamu" ucap chanhee pada yunseong.

"Dimana vampir tak tahu diri itu?! " suara sangyeon mulai terdengar, baik chanhee dan sunwoo tahu itu adalah sangyeon yang asli.

Sementara itu minhee hanya dapat menunjukan ekspresi sedihnya, ia pikir tugasnya akan selesai dan sangyeon telah menerimanya.

"Di sini, bersamaku" jawab chanhee, membuat sangyeon segera berlari ke arah mereka.

Yunseong pun bangkit berdiri, lalu mengubah dirinya menjadi kelelawar, "vampir sialan itu, dia berhasil kabur" ucap sangyeon kesal.

"Apa kau baik-baik saja? " sangyeon menghampiri chanhee dengan wajah khawatir.

"Ya, aku baik-baik saja" balas chanhee lalu menghampiri minhee, "lebih baik jika kau istirahat" ucap chanhee sembari merangkul pundak minhee.

"Dan kau, apa yang kau lakukan di sini? " tanya sangyeon pada sunwoo dengan nada sinis.

"Dasar tidak tahu terima kasih" balas sunwoo lalu merubah dirinya menjadi kelelawar, sama seperti yunseong.

"Berhenti bersikap angkuh! Jika bukan karenanya, ailux itu bisa saja terluka" ucap younghoon.

"Mereka tidak pantas untuk menerima perlakuan baikku, mereka semua tak jauh berbeda dengan monster" ucap sangyeon lalu meninggalkan younghoon di sana.

Membuat younghoon sendiri pun merasa sakit hati, "kau lebih dari monster bagi mereka" gumam younghoon sedih.

✧─✧

"Chanhee" panggil minhee, chanhee segera menengok pada minhee, senyuman manis tertera di wajahnya.

"Apa yang kau butuhkan? " suara itu terdengar sangat halus di telinga minhee.

"Ada apa? " tanya chanhee lagi, namun kali ini ia memegang pundak minhee.

Namun sebelum sempat minhee menjawab, liz tiba-tiba saja menampakkan wujudnya di depan mereka.

Membuat minhee hampir saja melompat kaget, "kenapa kau selalu muncul tiba-tiba?! " ucap minhee kaget.

"Apa ada masalah? " tanya chanhee, tidak mungkin liz menampakkan diri bila bukan karena hal yang penting.

"Sebelum matahari terbit, temukan kristal terakhir itu" jawab liz, wajahnya terlihat sangat gelisah.

"Sebelum matahari terbit? " tanya chanhee bingung, saat ini langit sudah gelap, saatnya untuk semua makhluk beristirahat.

"Minta bantuan pada sangyeon! " ucap liz, namun chanhee tidak begitu yakin dengan sangyeon.

"Ini demi aeternum dan minhee" minhee pun menatap liz bingung, "kau tidak ingin gugur di sini, bukan? " lanjut liz membuat minhee mengangguk kecil.

"Apakah ini tentang mereka? " tanya chanhee, seolah mengerti, liz pun menganggukkan kepalanya.

"Mereka bisa kembali ke sini karena kau melepaskan diri dari dinding aeternum" balas liz membuat chanhee pun menunjukkan wajah frustasinya.

Sementara itu minhee hanya menatap keduanya bingung, apa yang sebenarnya mereka bicarakan?

✧─✧

haii, kalau kalian mau tau, ini draft terakhir aku alias aku harus cepet-cepet bikin draft baru.

ARCUNA; Aiterleux MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang