Sekumpulan para gadis memberikan tatapan aneh saat aku melewati taman kampus. Aku tidak tahu apa yang tengah mereka nilai kali ini. Entah wajahku yang tidak dilapisi make up seperti mereka, atau pakaianku yang tidak mahal seperti yang mereka kenakan, atau karena bentuk tubuhku yang tidak langsing seperti tubuh mereka.
Dan entah sejak kapan pula bobot tubuh serta kecantikan seseorang menjadi tolak ukur untuk bisa menempuh pendidikan di sini. Aku hanya tidak habis pikir, kenapa mereka sering kali menatap hina padaku padahal selama ini aku tidak pernah mengusik mereka.
"Cla!"
Aku menoleh saat mendengar seseorang menyerukan namaku. Mataku menyipit dan senyumku seketika merekah. Ada Myesha yang juga tengah melebarkan senyumnya padaku. Kakiku otomatis melangkah dengan cepat menuju ke arahnya. Aku juga risih jika berlama-lama menjadi objek tatapan aneh para gadis di sini.
"Bu Heny gak jadi masuk."
Kalimat pertama yang Myesha ucapkan saat aku sudah berdiri di depannya. Aku menghela napas panjang. Antara kecewa dan juga lega. Aku sudah bangun pagi-pagi sekali demi datang lebih cepat di jadwal kuliah Bu Heny. Dosenku satu itu tidak suka anak didiknya datang terlambat. Tapi di sisi lain aku juga merasa lega karena artinya hari ini aku bebas seharian.
"Terus kita mau ke mana?" tanyaku.
"Hm... gue balik deh kayaknya. Di rumah lagi ada sepupu gue, Cla. Dia nginap dari kemarin. Sesekali banget dia bisa liburan ke sini."
Aku mengangguk paham. Setelahnya kami beriringan melangkah menuju parkiran. Myesha memasuki mobilnya dan aku juga. Sambil berkendara, sesekali mataku menatap toko-toko yang menjual makanan. Aku tidak sarapan apa pun sebelum ke kampus tadi karena begitu takut datang terlambat.
Karena tidak ada makanan yang aku minati, aku melajukan mobil kembali ke apartemen saja. Lagi pula aku juga belum terlalu lapar. Mungkin 1 atau 2 jam lagi aku akan memesan makanan beserta camilan untuk menjadi temanku menonton drama-drama baru.
"Gak kuliah?"
Aku menoleh dan menelan ludah. "Dosennya gak masuk," jawabku sambil memperhatikan penampilan orang yang baru saja bertanya.
"Abang gak kerja?"
"Ambil cuti 1 minggu mau urus bahan tesis."
Aku mengangguk pelan dan kembali melangkah memasuki kamar. Tidak lupa pintunya aku kunci baik-baik karena di sini aku tidak tinggal sendiri. Sambil melempar tas ke atas kasur, aku melepaskan kemeja dan celana panjang yang terpasang di tubuhku. Aku ambil kembali baju kaus kebesaran di pinggir kasur dan segera aku kenakan.
"Buka aja kali ya, sesak."
Aku juga melepaskan bra yang entah kenapa terasa menyesakkan sekali. Mungkin karena masih baru juga. Atau karena payudaraku yang kian membesar? Entahlah. Rasanya 2 gunung kembar kesayanganku ini tidak mungkin bertambah lagi ukurannya.
Setelah membuka bra, aku segera merebahkan diri dan memeluk guling. Rasa kantuk seketika menyerang mataku. Semudah ini mataku terpejam dan aku sudah berada di alam mimpi. Aku mengernyit saat merasakan ada sentuhan ringan di sepanjang betis dan pahaku. Meski penasaran itu ulah siapa, tapi mataku enggan terbuka.
Sentuhan itu makin terasa nyata. Dari betis ke paha, lalu kini tubuhku tergerak sedikit dengan kedua kaki terbuka lebar. Bisa aku rasakan ada yang menatap pada tubuhku. Sentuhan itu kembali jatuh di kulit pahaku. Kini di bagian paha dalam yang dekat dengan pangkalnya. Aku dibuat meremang karenanya.
"Mmm..."
Entah kenapa aku begitu menantikan apa yang akan terjadi. Sentuhan itu melumpuhkan kewarasanku dan rasa kantuk ini menguasai seluruh saraf-saraf di mataku. Seolah ada beban berat yang menimpanya.
Tubuhku tersentak pelan saat ada yang menekan celana dalamku tepat di belahan daging di sana. Meski tahu ini bahaya, aku tetap menantikannya. Aku juga penasaran bagaimana rasanya milikku disentuh dengan sensual.
Ada gesekan dan tekanan di celana dalamku. Dengan sentuhan seperti itu saja aku bisa merasakan kalau intiku basah dan berdenyut. Sial. Aku mudah sekali terangsang karena sentuhan kecil seperti ini.
Pinggulku terangkat sendirinya dan celana dalamku lepas begitu saja melewati paha hingga ke betis. Kain tipis itu terasa lembut dan mudah saja bebas dari kakiku. Kini pangkal pahaku terasa dingin seolah ada yang meniupnya. Aku kembali tersentak saat merasakan ada sesuatu yang menyentuhnya. Seolah dia tengah membelai dengan penuh bangga di belahan daging di sana.
"Ngghhh..."
Aku membusungkan dada saat merasakan ada benda yang mencoba masuk ke dalam lubang kecil di sana. Sebelah payudaraku ditangkup oleh sebuah tangan dan putingnya dijepit dengan gemas. Aku kian merasakan nikmat dengan semua kegilaan ini.
"CLARA!"
Aku tersentak dengan mata yang terbuka lebar saat ketukan di pintu kamar dan juga suara seseorang memanggil dengan keras. Mataku menatap ke sekeliling dan kepalaku pusing seketika. Sial. Bisa-bisanya aku mimpi mesum di pagi cerah seperti ini.
"Y—ya!"
Aku segera beranjak dari kasur, lalu melangkah tergesa menuju pintu. Saat membukanya, ada wajah masam Daffin yang menatapku dengan kening berkerut. Aku berdeham dan menatap balik padanya seolah bertanya.
"Bunda nanya, kamu nanti malam ada acara gak?"
Aku berdeham lagi dan menggeleng. "Gak ada. Kenapa?"
"Oke."
Daffin berlalu begitu saja meninggalkan aku yang masih kebingungan di ambang pintu kamar. Laki-laki itu duduk di sofa depan televisi. Ada laptop juga di atas meja dan beberapa tumpukan kertas-kertas di sana.
"Kenapa Bunda nanya? Bunda mau ke sini?" Aku bertanya sembari melangkah mendekatinya.
"Pakai bra dulu sana," usirnya dengan nada tenang seolah hal itu biasa saja dia ucapkan.
Dia tidak tahu sudah sepanas apa wajahku saat ini. Mendengar kalimat itu membuatku malu. Dengan lengkah tergesa aku berbalik dan masuk ke dalam kamar. Aku kembali mengunci pintu dan segera naik ke atas kasur.
"Kenapa dia tahu?" gumamku.
Aku berdiri dengan tergesa dan mendekati cermin di sudut ruangan. Aku tatap penampilanku pagi ini dan sialnya 2 gunung kembar kesayanganku itu memang begitu jelas tidak mempunyai penyanggah. Bahkan kedua putingnya menonjol dengan sangat jelas. Kurang ajar sekali memang mimpi itu.
"Gila, Cla. Lo beneran gila. Lo lupa kalau di sini ada Daffin yang kapan aja bisa— gak. Gak mungkin nafsu sih dia. Kan gue gak cantik kayak teman-teman kampus dan kantornya. Mana mungkin dia bakalan nafsu sama badan gue ini." Aku bermonolog sendiri di depan cermin.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penampilanku. Hanya saja memang aku lebih berisi di bagian bokong ke bawah. Jangan lupa bagian gunung kembarnya juga. Semua bagian itu membuatku tampak lebih besar dari gadis seusiaku. Dan tidak semua laki-laki juga menyukai hal seperti ini. Hal yang membuatku selalu merasa tidak aman dan percaya diri.
***
00.11 WIB, Minggu, 9 Juli 2023.
Cek story IG ya, ada promo hari ini sampai malam nanti pukul 23.50 WIB.
Jangan sampai ketinggalan!
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...