Papat

85 7 0
                                    

|Bertemu|

***

Yudha mengerutkan keningnya memandang wajah Sakha yang terpampang di gawai pintarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yudha mengerutkan keningnya memandang wajah Sakha yang terpampang di gawai pintarnya. Satu jam yang lalu, gadis perawan bergigi gingsul dengan rambut tergerai sepundak itu membuat story di Instagramnya. Gadis yang konon katanya bakal jadi tunangannya kata Pramana―ayahnya―itu tengah berada di Perpustakaan Nasional RI entah melakukan apa. Yudha hanya tahu itu lantaran Sakha memosting gambarnya dengan pakaian santai sedang tersenyum lebar memegang sebuah kamus.

"Who's the girl, Yud? She's  your GF?"

Pria itu menoleh, saat teman satu kantornya yang berasal dari Georgia mendekat sembari membawa dua cup kopi dan juga sandwich isi tuna.

"I think, she's really sweet. I don't know why but, there is something like sugar on her face," ujar pria berkulit sawo matang bernama Chris dengan style rambut afro fade tersebut. Ia duduk tepat di depan Yudha meletakkan dua cup kopi dan juga sandwich di tangannya ke meja.

Yudha meletakkan gawainya ke meja setelah keluar dari aplikasi tersebut. Tangannya terulur guna mengambil cup kopi titipannya dan lantas menenggak cairan di dalamnya.

"She's not my GF. Just a friend. I think," ujar Yudha kemudian.

"Who's the name? Maybe I can stalk her Instagram." Chris menaikturunkan alisnya, dengan senyum penuh arti.

Yudha mengerutkan kening, mau apa Chris mencari tahu Instagram gadis itu segala. "What do you want after knowing that?" tanyanya agak serius.

"Maybe I can get her phone number or her love. Lol." Pria berkaos abu-abu gambar Captain America itu tertawa, dan kembali berujar, "Seriously, Yud, I like Asian girls. Especially Indonesian girls. They are so cute, sweet, and friendly."

Yudha menenggak kopinya sekali lagi, dan membalas ucapan Chris. "She can't be interested in a man like you, Chris. Especially if she knows you're playboy so. "

Chris yang hendak memakan sandwichnya berhenti. "Hey, I'm not playboy, yeah. The girls can't avoid my pretty face," ujarnya percaya diri.

Yudha menggeleng sembari terkekeh pelan. Yeah, ucapan Chris barusan tidak ada salahnya juga. Memang banyak gadis yang menyukai dirinya, di kantor saja ada dua dari enam keseluruhan yang tertarik terhadap pria narsis itu. Belum lagi penghuni apartemen tempatnya tinggal dan juga anggota pusat kebugaran. Tapi ya jangan terlalu narsis juga.

"You're too narcissistic, Bro. If you're still so, maybe the girls it's even disgusted to you."

Chris yang mendengar penuturan pria berkacamata itu malah tertawa, dia sudah biasa dikatakan begitu oleh Yudha. Kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak pernah baik sedikit, pasti bakal membuat orang sakit hati. Beruntunglah dirinya yang kebal terhadap sarkasme pria itu.

***

Sakha saat ini berada di cafe dekat Perpustakaan Nasional RI yang berjarak sekitar 200 meter, tepatnya di Jalan Merdeka Selatan No 11. Beberapa waktu lalu dia berada di perpustakaan terbesar di Indonesia tersebut untuk mencari kamus bahasa Inggris dan juga buku psikologi. Gadis itu memang sengaja ke sana untuk riset, karena ada beberapa kesalahan dalam cerita garapannya.

Ia menghapus beberapa bagian tulisannya dan mengetik ulang. Sesekali tangannya mencomot kentang goreng pesanannya dan menyeruput fresh juice orange. Meja tempatnya duduk tak hanya terisi menu pesanan, tetapi laptop dan juga buku memo penuh coretan dan juga ponsel kesayangannya. Sembari mengetik, ia juga mendengarkan musik lewat headphone warna lilac.

Setelah selesai, ia membuka ponselnya. Ada notifikasi masuk di Instagramnya. Sakha terkejut, saat melihat Yudha memberikan like pada story-nya. Gadis itu sedikit malu lantaran tidak biasa story-nya dilike pria seperti sekarang. Pikirannya jadi menebak-nebak banyak kemungkinan.

"Dia tumben banget anjir, nge-like gue begini," gumamnya kecil. "Modus apa gimana sih?"

Sakha menahan bibirnya untuk tidak tersenyum memikirkan persepsinya tersebut. Sangat tidak mungkin jika Yudha yang begitu modus, tapi saat pertemuannya di cafe Yogyakarta saja ucapannya terdengar seakan merayu. Masa iya sih pria modelan begitu tertarik padanya?

Sakha menggelengkan kepala menghapus kemungkinan-kemungkinan aneh dan tidak masuk akal itu. "Mungkin ga sengaja kepencet." Akhirnya ia hanya bisa mengatakan itu. Secara sangat tidak masuk akal jika Yudha benar-benar tertarik padanya.

.

Sakha segera keluar dan bersiap pulang ke kosan. Tangannya memasukkan gawai pada trouser panjangnya lalu membenarkan gendongan backpack sembari menenteng kresek berisi makanan yang ia bawa pulang. Mata gadis itu tidak fokus, dan tak disengaja malah menyandung trotoar.

"Eeh, ati-ati, kalo jalan," ujarnya seorang pria padanya. Hampir saja kresek tentengan Sakha jatuh jika tak ditangkap pria itu."Nih kreseknya."

Sakha menerima kresek tersebut. Sejujurnya ia juga malu karena kesandung barusan.

"Eh, makasih ya, udah nolongin."

Pria itu tersenyum. "Sama-sama. Ngomong-ngomong mau kemana? Buru-buru amat kayaknya."

"Gue mau pulang."

"Rumah Lo deket sini?"

Sakha menggeleng. "Enggak, agak jauh. Gue ngekost."

"Lah, mau gue antar?" tawar pria itu.

Sakha langsung menolak. "enggak, makasih. Gue bisa naik ojol. Btw makasih." Ia buru-buru untuk pergi.

Namun sebelum itu, "nama Lo siapa?"

Sakha membalikkan badannya. "Sakhadina."

Pria itu kembali tersenyum. "Nama Lo unik, hehe. Salam kenal, gue Ezra. Kapan-kapan ketemu lagi, ya."

Sakha hanya mengangguk. Cepat-cepat ia berjalan menjauh dari tempat tersandungnya itu lantaran kelewat malu.

***
Tidak minta dibaca tetapi, kalau ada yang baca ya terima kasih.

Salam
Tisa

Our Relationship : Como Lo Vueye Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang