|After That|
"Saya pernah bisa dibilang kesal seperti Sakha terhadap dirinya. Dia memang sudah seperti itu, tetapi semakin hari semakin menyebalkan."
***
Pria itu benar-benar menyadari kesalahannya. Harusnya sejak pertemuan mereka yang pertama, dia jujur saja dengan keadaan dirinya pada gadis berparas manis itu. Dia betul-betul tidak menyangka keadaannya malah runyam semacam ini. Harusnya, pengakuan ketertarikannya terhadap perempuan itu bukanlah hal yang sampai membuat Sakha jengkel, tetapi tanggapan timbal balik yang menggembirakan, namun apa dikata nasi telah menjadi bubur.
Yudha masih memegangi ponselnya yang terpampang isi pesan WhatsApp dengan perempuan itu yang sudah lama sekali. Ia menimang-nimang, apakah lebih baik dia menjelaskan situasinya pada gadis itu dan meminta maaf sekarang? Tangannya terus saja bergerak mengetikkan kalimat tetapi, kembali dihapus. Hal itu berlangsung berulang kali sampai ia jengah sendiri dan berakhir melemparkan benda pipih warna hitamnya itu ke ranjang asramanya.
Yudha bangkit dari duduknya di ranjang setelah mengusap wajah kasar, ia mengembuskan napas dan berjalan ke arah jendela yang tirainya masih terbuka. Suasana kamarnya yang remang-remang hanya bertaburkan semburat biru lampu di pojok ruangan sangat kontras dengan sekitaran Residential College 4 yang terang. Bangunan bertingkat yang mirip rumah susun itu nampak memancarkan cahaya terang di masing-masing jendela saat Yudha menatapnya. Jendela kaca tempatnya berdiri sekarang ia buka, Sepoi angin malam langsung menerpa kulit eksotisnya. Lagi dan lagi, ia menghela napas panjang.
"Saya mungkin akan mengatakan hal yang sama denganmu, Sakha, jika kamu tidak jujur sedari awal. Jika saya jadi kamu dan kamu jadi saya. Tetapi, mungkin saja juga tidak seperti itu."
"Saya juga terkejut, kamu bisa mengenal Ezra lewat aplikasi kencan online, namun kenapa harus Ezra? Tidak bisakah kamu memilih pria lainnya, jangan seorang Ganendra Ezra, dia adalah salah satu keluarga saya. Bagaimana pun juga, memperebutkan sesuatu dengan keluarga tidak akan berakhir bahagia."
"Atau, kamu menginginkan agar saya ikhlas merelakan dirimu bersama Ezra? Itu sangat sulit untuk saya."
Yudha membalikkan tubuhnya, menumpu tubuh dengan kedua tangannya yang berpijak pada jendela yang terbuka. Dinginnya malam sekarang menubruk tubuh bagian belakangnya. Kaos biru yang lumayan tebal sepertinya juga belum bisa menangkal tusukan suhu yang ia rasakan. Walaupun begitu, dia masih belum beranjak dari posisinya.
"Saya mulai tertarik dengan kamu di hari di mana kita bertemu. Halte bus itu, menjadi saksi bisu bagaimana saya untuk kedua kalinya merasakan getaran yang sama, sejak 19 tahun lalu. Entah ini Cuma kebetulan atau tidak, namun saya tetap akan berusaha membuat kamu mempercayai saya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relationship : Como Lo Vueye
Ficção GeralSakha sangat tidak mau dijodohkan oleh orangtuanya. Walau bagaimanapun ia sudah dewasa dan bisa mencari pasangan hidup sendiri. Namun, papinya malah menjodohkan dirinya dengan pria yang ia temui di halte bus bernama Yudha. Sakha enggak habis pikir...