|Dating ke-2|
"Saya kalo diajak nge-date sama doi asli, gak bakal nolak. Sesibuk apapun itu."
***
Sakha memilih mengurung diri di kamar setelah kemarin malam menghadiri pertemuan keluarga itu. Hatinya merasa sebal dengan pria nyebelin yang sayangnya tampan itu. Pesan WhatsApp dari Yudha pun sama sekali tidak ia buka, dibiarkan menumpuk, isinya paling juga sama kayak yang kemarin malam. Perkara hubungannya dengan perempuan bodygoals itu yang tidak pria itu akui.
Sakha menggulir aplikasi Instagram miliknya, ada postingan gambar yang begitu menarik perhatiannya. Sakha lantas memencet gambar itu dan menampilkan wajah pria usia dua puluh enam tahun yang parasnya mirip dengan Ardhito Pramono saat kencan, ya, Ezra. Gadis itu malah enggak tahu kalo Ezra ini aktif bermedia sosial. Sakha mengetuk icon nama account Instagram pria itu guna melihat profilenya. Matanya membelalak menyaksikan puluhan ribu followers Ezra.
Ezra seriusan seleb!?
Ada sekitar sepuluh foto yang pria penyuka hal-hal berbau vintage itu unggah, semua memiliki tampilan bernuansa brown-peanut-caramel-tortilla dan warna vintage lain. Foto-fotonya itu menampilkan gambar buku coklat tua, lukisan lama, kamera lama, bangunan tua, radio serta tv usang―selain gambar pemandangan dan dirinya yang sedang pose candid―seakan menceritakan identitas dirinya yang betul-betul menyukai hal semacam ini. Setiap postingan gambarnya pasti berisi tiga sampai lima foto, dan semuanya memiliki tema yang berkesinambungan. Tak lupa dengan caption khas anak Indie. Belum sorotannya yang penuh akan quote serta aktivitas hariannya dan juga hasil jepretan kamera canggih yang tak pernah lepas dari tangannya. Pantas saja banjir like, dia menyusun tema sedemikian rupa dan menyenangkan penglihatan.
Sakha langsung saja follow account milik Ezra Setiawan itu. Biarin dikira gimana-gimana, wong dia emang suka gitu. Apalagi udah kenal, kan? Nggak salah dong harusnya.
Pas kencan waktu itu dirinya sama sekali enggak membahas atau follow-follow-an account medsos. Cuma ngobrol sambil habisin hari bareng. Sakha senang bisa ngobrolin dan main bareng sama pria fotografer pers lokal itu. Kesannya juga enggak kebanting, kosakata yang digunain juga nggak tinggi-tinggi seolah menggambarkan dirinya itu cerdas. Semua merakyat, asik dan juga nyaman.
Ngomongin perkara Ezra Setiawan, Sakha cukup lama enggak chattingan lagi dengannya. Sejujurnya dia pengin, tapi nanti ganggu. Dia sih punya nomernya cuma malu aja. Mau gimanapun, dirinya juga masih waras buat enggak jadi perempuan caper.
Sakha meletakkan gawainya ke kasur, lantas mengangkat tubuh adik wedoknya yang ndekem di karpet bulu sampingnya, untuk dipangku dan dielus surai abu-abunya. Kucing anggora yang dinamai Chici itu mendengkur pelan sembari memejamkan matanya, nampak sangat menikmati usapan lembut gadis berdaster tsum-tsum itu.
Gadis itu menoleh ke kasurnya kembali saat mendengar gawainya berbunyi. Sebenarnya ia malas untuk mengangkat panggilan tersebut, pasti juga yang nelpon itu Yudha. Sakha mendiamkan gawainya tetap berdering, tanpa mau untuk sekedar mematikannya saja. Agaknya betul-betul dia muak dengan pria itu. Sekali lagi, gawai Samsung silvernya itu berdering, Sakha masih ogah-ogahan namun, lama-kelamaan suara itu mengganggu ketentraman hatinya. Adik wedoknya yang ndekem anteng pun ikutan mengeong, seolah berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relationship : Como Lo Vueye
Ficción GeneralSakha sangat tidak mau dijodohkan oleh orangtuanya. Walau bagaimanapun ia sudah dewasa dan bisa mencari pasangan hidup sendiri. Namun, papinya malah menjodohkan dirinya dengan pria yang ia temui di halte bus bernama Yudha. Sakha enggak habis pikir...