|With Ezra Again|
"Sebenernya, berbincang-bincang dengan seseorang selain 'dia' itu juga menyenangkan."
***
Sakha sudah kembali bekerja di salah satu kantor administrasi di Yogyakarta, beberapa hari yang ia lalui di Singapura telah menjadi pembelajaran baginya untuk tidak lagi menganggap semua yang dikatakan pria itu sungguhan. Memori tentang pembicaraan hingga berujung pada pertengkaran itu terkadang masih berseliweran. Sakha yakin, hal itu bisa saja tertangani dengan mudah kalau dia sibuk kembali dengan aktivitasnya yang padat. Dia yakin sekali itu.
Sakha masih juga memutuskan semua kontak dengan pria berkulit eksotis itu. Entah memang dirinya tidak berniat untuk meminta maaf karena merasa benar atau bagaimana, namun memang benar kalau Yudha tidak menghubunginya sejak kejadian di Skyline View itu. Papinya―Abraham―juga sudah tidak menyinggung mengenai Yudha lagi. Sepertinya memang perjodohan memuakkan itu sudah tidak lagi dipergaungkan oleh dua pihak keluarga seperti dulu.
Gadis itu fokus dengan layar monitor di depannya, membuat laporan administrasi. Dia sudah aktif bekerja dua Minggu terakhir, Abraham waktu Sakha diterima kerja setelah menanti lama menjadi senang sendiri. Pria itu bahkan membuat syukuran kecil-kecilan untuknya sama seperti dulu saat ia diterima kerja di perpustakaan Jakarta. Membagi-bagikan nasi kuning kepada tetangga.
Sakha sih tidak keberatan, malah senang karena papinya masih peduli padanya. Ia kira pria-pria lain belum ada yang bisa menyaingi bagaimana cara papinya memperlakukan perempuan dengan begitu baik. Yah, dia tahu, Abraham itu papinya bukan pacarnya. Tapi kalaupun bukan pacar, senggaknya dia belum pernah menyakiti perasaan dirinya, berbeda dengan manusia ‘itu’. Mengingatnya seperti sekarang saja membuat gadis itu kesal. Kayaknya emang lebih baik Tuhan enggak lagi mempertemukan dirinya dengan Yudha di dunia ini.
***
Sakha meletakkan gawainya ke sofa, lantas mengelus surai abu-abu adik wedoknya yang ndekem di karpet sofa sebelah sampingnya, mereka berdua tengah menyaksikan acara TV bersama di malam weekend ini. Kucing anggora yang dinamai Chici itu mendengkur pelan sembari memejamkan matanya, nampak sangat menikmati usapan lembut gadis berkaos oblong putih bergambar es krim besar yang dipadukan celana pendek selutut, lengkap dengan cepolan rambut asal serta kacamata yang bertengger di hidungnya.
Papinya masih ada di ruang kerja, entah melakukan apa. Selepas makan malam bersama, pria paruh baya itu mengurung dirinya di sana. Sakha menolehkan wajahnya mendengar notifikasi pesan masuk, ia masih mendiamkannya dan kembali menonton drama Korea adaptasi dari sebuah karya Webtoon.
Sampai pukul sembilan dan papinya sudah kembali nimbrung serta memintanya untuk bergantian guna menonton tayangan olahraga. Pertandingan bola putaran 16 besar Piala Asia. Sakha tidak keberatan, ia ikutan menonton di samping papinya yang nampaknya tidak anteng lantaran mengomentari terus bagaimana permainan kesebelasan Garuda yang berbeda dari performa biasanya. Sakha bahkan hafal, nama siapa saja punggawa timnas yang papinya itu sebut karena operan pleasing sampai gawang lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relationship : Como Lo Vueye
Ficção GeralSakha sangat tidak mau dijodohkan oleh orangtuanya. Walau bagaimanapun ia sudah dewasa dan bisa mencari pasangan hidup sendiri. Namun, papinya malah menjodohkan dirinya dengan pria yang ia temui di halte bus bernama Yudha. Sakha enggak habis pikir...