Ruangan make up yang sekaligus menjadi ruang tunggu kontestan itu ramai dengan suara tawa. Paul, Salma dan Novia adalah pelaku utama suara itu berasal dengan Rony sebagai sang penyebab mengapa teman-temannya tersebut tertawa.
Ketika banyak orang akan tertular ketika mendengar suara tawa, tapi tidak dengan Nabila. Gadis itu sejak tadi hanya menunduk memperhatikan layar handphone di tangannya meski ia tidak benar-benar menikmati apa yang sedang ia lihat.
Suara tawa itu cukup mengganggu gadis itu. Tidak, bukan karena ia tidak suka dengan suara yang menggambarkan kegembiraan itu, tapi karena ia tidak suka melihat interaksi dari kedua orang yang telah mengeluarkan suara tersebut.
Nabila sendiri tidak tahu apa yang telah merasuki dirinya, entah mengapa ia tidak suka melihat Salma dan Paul yang tampak lebih dekat akhir-akhir ini. Kedua orang itu seperti memiliki dunianya sendiri.
Sesekali mata indah gadis aceh itu tanpa bisa ditahan melirik ke arah tawa itu berasal dan sedetik kemudian ia menyesal karena indera penglihatannya menangkap pemandangan yang tak ingin ia lihat.
Pemandangan di mana Salma yang tampak nyaman menyenderkan kepalanya pada pundak Paul.
Salma yang selalu akrab dengan Paul memang bukan sesuatu yang aneh, Nabila seringkali melihatnya. Namun yang membuat Nabila kesal adalah mengapa ia harus tidak suka melihat keakraban itu?
Ada perasaan aneh yang menyusup ke dalam hati gadis itu dan Nabila sama sekali tidak ingin mengakui jika ia cemburu melihat Paul bersama gadis lain.
Ya, Nabila menyangkal semua dugaan yang ia buat sendiri. Gadis itu menggelengkan kepalanya dan memilih bersiap untuk pergi meninggalkan ruangan yang saat ini ia tempati.
***
"Awww"
Nabila sontak terkejut saat panas menyerang jarinya. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu hingga ia tidak sadar menyentuh panci yang berisi mie rebusnya tanpa menggunakan kain.
Dengan kesal gadis itu segera menuju wastafel, mengaliri jari-jarinya dengan air berharap tidak membuatnya melepuh.
Rasa laparnya seketika hilang, mie instan yang sejak tadi terngiang-ngiang di dalam kepalanya lenyap seketika. Tanpa mempedulikan mie-nya yang masih terendam dalam air mendidih, Nabila meninggalkan dapur dengan perasaan tidak karuan.
Jika ada temannya yang melihat, pasti mereka akan menertawakan gadis itu. Batal makan hanya karena jarinya terkena panci panas, kekanakan memang.
Meskipun umur gadis itu tidak bisa dikatakan dewasa, tapi selama ini ia dianggap lebih dewasa dibanding teman sebayanya.
Nabila turun ke lobi apartemen, gadis itu tidak sedang mencari obat untuk jarinya yang masih terasa panas, ia hanya sedang dipenuhi rasa kesal dan tubuhnya membawanya ke luar untuk mencari udara segar. Entah akan kemana kaki pendeknya itu membawanya pergi.
Keadaan di luar apartemen sudah cukup sepi, gadis itu tidak heran karena saat ini hampir tengah malam. Beberapa meter melangkah meninggalkan pintu kaca, kakinya seketika terhenti saat matanya menangkap sosok laki-laki dengan tubuh tinggi tegap yang berjalan ke arahnya.
Mata mereka sempat bertemu, hanya nol koma sepersekian detik sebelum laki-laki dengan topi andalannya itu kembali memalingkan matanya ke arah lain.
Nabila sama sekali tidak penasaran dari mana dan mengapa Paul berada di luar di tengah malam seperti ini, kepala gadis itu hanya dipenuhi rasa kesal terlebih mengetahui respon tak acuh Paul saat melihatnya.
Entah mengapa gadis itu kesal melihat sikap dingin pria itu terhadapnya. Bukankah ini yang ia mau?
Tiba-tiba saja mata gadis itu terasa pedih saat Paul hanya melewatinya begitu saja. Entah sadar atau tidak, tubuh kurusnya berputar mengikuti langkah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Banyak Varian (Panal)
Fanfic"Aku butuh penjelasan" ucap Paul dengan nada yang terdengar marah. "Penjelasan apa?" Tanya Nabila dengan polosnya. "Ya kita, kita ini apa?" "Temen?" Jawab Nabila ragu "Cuma itu?" Sangat kentara dari nadanya jika pria itu tidak terima dengan jawaba...