Teman Mantan Atlet

6.4K 492 67
                                    

Siapa yang dari kemaren nunggun mimin upload???

Mimin minta maap deh, tapi kalian harus salahin juga Ibu negara kalian yang sangat lutcu itu karena mimin dengerin space-nya sampe tengah malem. 

Anyway, thank you banget lho yang udah jawab pertanyaan mimin. Kalian baik deh, tapi kayanya lebih baikan mimin deng karena bela-belain upload walopun mata udah tinggal 5 watt (awokawoakwoak maap jumawa)

Happy reading guys... jangan lupa vote dan komennya, jangan pelit lah mimin aja gak pelit kok sama kalian wkwkwkwk

***

Riuh tepuk tangan mengakhiri penampilan seorang Nabila Taqiyyah. Penyanyi pendatang baru itu membungkukan tubuhnya kepada penonton berkali-kali sebagai ucapan terima kasih telah mendukungnya.

Gadis itu melambaikan tangannya, tersenyum lebar kepada para penggemarnya lalu perlahan berjalan menuju belakang panggung.

Sang Ayah yang selalu setia menemani putrinya, membantu melepas perlengkapan panggung gadis itu.

Nabila menghela nafas lega, gadis itu kembali berhasil memberikan penampilan terbaiknya di depan para penggemarnya. Kali ini adalah luar kota kelima setelah gadis itu lulus dari ajang pencarian bakat.

Nabila duduk di salah satu kursi yang ada di ruang tunggu. Sejenak memejamkan matanya, mengucapkan beribu kata syukur kepada sang pencipta atas nikmat rezeki yang saat ini dititipkan padanya.

Kedua tangan mungil gadis itu mengusap wajahnya ketika telah usai dengan doanya, lalu meraih botol air mineral yang ada di meja untuk membasahi tenggorokannya.

Nabila mengedarkan pandangannya mencari adik dari Ayahnya, ia membutuhkan benda canggih berbentuk pipih miliknya untuk memberi kabar kepada seorang pria yang sejak sore tadi ia abaikan.

Bukan sengaja ia abaikan, tetapi karena kesibukannya sebelum tampil dan nasib sial karena baterai ponselnya habis membuat gadis itu terpaksa berpisah dengan ponselnya. Kesialan itu belum berakhir ketika power bank yang dibawanya lupa tidak ia isi dengan daya, alhasil Nabila hanya menitipkan ponselnya kepada sang paman sejak sore tadi.

Raut wajah gadis itu berubah sumringah ketika melihat sang Ayah berjalan menghampirinya.

"Bi, Om Abenk ma...?"

"Kak kamu dicariin Bang luthfi disuruh foto dulu"

Belum sempat Nabila menyelesaikan kalimatnya, sang Ayah yang tampak buru-buru itu memotong ucapan gadis itu.

"Kamu foto dulu, abis itu ada meet and great bentar sama fans sebentar" sambung Ayah dari gadis itu lagi menjelaskan kegiatan sang putri.

"Iya Bi" sahut Nabila pasrah.

Melihat wajah lelah putrinya, pria yang hampir berkepala empat itu melemparkan tatapan sendunya. Ia merasa bersalah telah membuat sang putri yang bahkan lulus sekolah itu harus berusaha keras seperti ini.

"Maafin Abi ya Kak, kamu pasti capek ya" ucap Fahri kepada anaknya.

Nabila seketika merubah raut wajahnya, gadis itu hanya sedikit kecewa karena belum bisa bertemu dengan ponselnya. Ia memang lelah tapi tidak ada sedikit pun niat gadis itu memperlihatkannya pada sang Ayah.

"Gak Bi, aku gak capek, Nabila udah mulai terbiasa kok" balas Nabila dengan sedikit berbohong untuk membuat Ayahnya tidak merasa bersalah. Lagipula menjadi penyanyi adalah pilihannya dan sampai sekarang gadis itu sangat menikmati pekerjaannya.

Ayah gadis itu tersenyum lega. Meski rasa bersalah itu tetap ada tetapi tahu jika putrinya masih bisa menampilkan senyumnya sudah lebih dari cukup untuknya.

Teman Banyak Varian (Panal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang