***"Mengikhlaskan bukan berarti harus melupakan."
***Pagi ini, sebagian pihak sekolah melakukan pelayatan ke rumah Darren termasuk aku dan murid-murid kelasku. Sebelum itu, tentunya mereka mengunjungi pemakaman Darren terlebih dahulu di belakang rumahnya dan setelahnya pulang, kembali ke sekolah. Namun tidak denganku, aku tak lagi ikut pulang bersama mereka. Aku hanya ingin terus terduduk di sebelah tempat terakhirnya Darren.
Pagi tadi juga, saat aku membuka kedua mata, aku menyadari jika harapanku kian pupus. Engkau tak kembali dan aku yang masih mengingatmu lagi. Kukira, setelah memejamkan mata, keadaan akan kembali baik atau memulai keadaan baru yang lebih baik. Tetapi, bohong adanya. Kenangan yang kuat mampu mengokohkan ingatan, kian tak bisa dilupakan. Semakin aku tak bisa melupakan, semakin pula aku tak kuasa mengikhlaskan.
"Hai!" panggil seseorang dari belakangku.
Aku menoleh lalu menengadah, melihatnya siapa yang tengah berdiri di sana ntah sejak kapan itu. Silauan matahari dari belakang pun membuat wajahnya tak bisa dilihat dengan jelas, yang pasti ia orang dengan seragam sekolah yang sama denganku dibalut jaket hitam menjadi sebuah khas darinya.
"Hai," balasku.
Ia terkekeh mendengarnya, "Aku manggil nama kamu," ucap dia sambil ikut menjongkokkan tubuhnya di sampingku. Aku terperanjat melihat siapa dirinya, " ... Haina," sambungnya lagi dengan senyuman.
"K-ken?!" Aku melongo, masih kebingungan.
"Kenapa masih di sini?" tanyanya.
Aku membuang pandangan darinya, "Aku belum bisa mengikhlaskan Darren pergi ... "
"... Aku gak bisa lupain dia," lanjutku.
Ken berdeham, "Mengikhlaskan bukan berarti harus melupakan, kan?"
"Jangan berusaha buat lupain dia, kasian. Lagipun mengikhlaskan dengan tidak melupakan itu jauh lebih baik." kata Ken.
"Ck, ngapain ke sini, sih, bukannya ikut pulang sama mereka," Aku berdecak, kesal, selebihnya jiwaku meronta-ronta di dekatnya.
Terkadang, takdir terlihat seperti lelucon, seakan-akan mempermainkan kita dengan keajaiban-keajaiban berikutnya. Bisa-bisanya waktu ini terjadi, bisa-bisanya orang yang tak pernah memanggil namaku itu bisa ada di sedekat ini, bisa bicara sepanjang ini. Lelucon memang. Tuhan Maha Membolak-balikan Keadaan.
"Orang aku sodara Darren, kamu yang ngapain masih di sini?!" balasnya songong.
Baru saja kupuji dalam hati, langsung saja muncul sifat aslinya.
"So-dara?!" tanyaku, memastikan jika yang terdengar itu tidak salah.
"Hm, sepupu," balasnya.
Aku semakin dibuat penasaran olehnya, "Kenapa bisa, kalian gak mirip!"
Ken lagi-lagi terkekeh, "Emang sepupuan harus mirip?" dia malah bertanya balik.
"Darren lebih mirip sama keluarga dari ayahnya, semua gen dari ayahnya, bahkan penyakitnya pun ikut menurun pada Darren," lanjutnya sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have a Crush on You [COMPLETED]
Teen FictionSeberapa lamanya kamu bisa mencintai seseorang dalam cara paling sepi? Satu bulan? Satu tahun? empat tahun? Atau sampai sepuluh tahun? Ah tidak, ini ceritaku! Aku mencintanya seumur hidupku. *** Haina. Seorang penulis SMA tingkat akhir yang tero...