Bab 20: Tentang Lukisan Senja

48 8 0
                                    

***

"Jangan berharap lebih pada Sang Senja."

***

Drrttt ... Drrttt ... Drrtttt ...

Terdengar suara handphone yang bergetar di atas nakas, samping kasur empukku. Aku kembali terbangun, padahal baru saja aku akan terlelap. Kulirik jam di dinding yang tengah menunjukkan pukul sepuluh malam. "Siapa, sih, malam-malam gini," desahku.

Kembali kunyalakan lampu sebelum merogoh handphone yang masih berbunyi itu. Setelahnya kuambil, lalu kulihat siapa yang berani menelponku di waktu tidur ini.

Tertera dengan jelas nama Ken di layar gawai. "Hah?! Ini beneran?" Aku histeris sembari beberapa kali mengucek-kucek kedua mata. Sesekali kucubit dan kutampar kecil pipiku, takut jika ini hanyalah mimpi belakaku.

Aku mengedip-kedipkan mata, "Ini serius, God?!"

Tanganku bergetar kuat. Keringat dingin pun mulai bercucuran dari pelipis. Tanganku yang sebelah lagi tak henti-hentinya menutup muluku yang menganga. Pikiran pun terus berputar dan berperang dengan gejolak hati. "Apa harus kuangkat(?)" gumamku.

Kutarik napas dengan kasar berkali-kali. Berharap perasaanku sedikit tenang.

Hmmm ... Huufffttttt ... Fyuhhhh ...

"Baiklah" ucapku sambil mengangkat jari telunjuk, berniat untuk mengangkat panggilan ini. "Oke ..."

Jlep.

Sedetik sebelum kutekan tombol hijau, panggilan itu telah berakhir. Sialan! "Kalo dia nelpon lagi, berarti dia benar-benar Ken. Harus kuangkat!" Kupandang layar gawai dengan seksama. Beberapa detik setelah itu Ken melakukan panggilan lagi.

HAGGHHHH...

Aku melemas dan tersungkur; Pura-pura pingsan di atas kasur. Rasanya seakan roh kita diambil 'setitik' untuk kebahagiaan. Kini aku harus mengangkat panggilannya sebelum kembali berakhir. Tak lupa sebelumnya aku menarik napas panjang sembari menggigit bawah bibir dengan kuat.

"Hallo, Haina!" ucap Ken dari seberang sana.

Gigiku kini ikut bergetar sampai saling beradu, "H-hai," balasku gugup, saling gugupnya, aku tak bisa merasakan hirupan udaraku.

Ken bertanya, "Belum tidur?"

'Ah, apa-apaan ini?! Bikin baper aja!' batinku.

"Eum, belum, a-ada apa?" Aku bertanya balik padanya.

"Mau ngasih tahu, kalo besok acara fotoshoot dilaksanain di taman, usulan Maydi sama anak kelas."

Aku menghembuskan napas kasar. Kukira ia akan mengutarakan isi hatinya untukku. "Oh iya, tadi Maydi udah bilang, kok, dia juga ajak aku buat berangkat bareng," jelasku.

Terdengar hembusan napas lembut di seberang panggilan telepon; hembusan napas Ken. "Heum ... Berangkat sama Maydi?"

Aku menjawab, "Ya, dia bilang Demia berangkat bareng Firly, jadinya dia ngasih tumpangan buat aku."

"Oh, gitu."

"Yaudah. Good night, sleep well, Hai!" balasnya sebelum menutup panggilan.

Sontak aku menganga mendengarnya. Handphone-ku terjatuh sebab saking lemasnya tanganku. Aku tenggelamkan kepala dalam bantal di pangkuan pahaku. Lalu menjerit sekuat-kuatnya sembari sesekali memukul bantal itu.

AAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!

Aku menjadi tak karuan dan sedikit gila malam ini. Bahkan, bukannya aku tidur dengan baik, malah jadi tidak bisa tidur memikirkan ucapan Ken barusan. Suara lembutnya terus menerus mendengung di dalam telinga. Sampai udara di dalam kamar ini pun serasa habis sebab aku yang sedari tadi menghirup oksigen dengan kasar.

I Have a Crush on You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang