***
"Tujuan dari sebuah percobaan ialah untuk melihat keberhasilan."
***
Mitos yang masuk akal itu disebut apa?
Sebelum aku mencobanya, aku harus menguatkan mental terlebih dahulu. Bagaimana jika aku pingsan saat menatapnya(?) Ah tidak! Itu pasti memalukan.
"Kapan, ya, harus kucoba(?)" pikirku sejenak saat tengah berjalan sendirian di koridor kelas.
Tiba-tiba si empu yang kupikirkan, berlewatan begitu saja denganku, "Hai!" sapa Ken.
Ha! Aku tersentak sembari mencoba tersenyum padanya, kulangkahkan lagi kakiku pelan-pelan, "Apa ini waktunya? Kayaknya gak tepat deh. Terus kalo gak sekarang kapan lagi(?) sekarang apa nanti lagi(?) sekarang (?) sekarng!" pikiranku spontans berperang saling mendapati banyak pendapat.
Aku membalikkan badan lalu memanggilnya, "Ken!" teriakku sembari berlari padanya.
Dia menautkan alisnya, "Hngg~ iya?"
Sebelumnya kutarik napas panjang dan 'ini saatnya!' batinku.
"Eung ... Ken ..." Aku sedikit celingukan, mencari apa yang harus kutanyakan padanya saat ini.
Sementara hatiku mulai menghitung tatkala tatapan kita telah beradu.
"Satu~"
"D-dua"
"Tiga-"
"Aduh, aduh!"
Oh shit!
Baru saja mau hitungan ke tiga, mataku malah kelilipan. Sialan dengan serangga yang masuk ke mataku tanpa melihat dulu situasi saat ini. Mana udah nahan malu buat tatap dia selama itu, malah ditambah malu-maluin seperti ini.
"Eh, kamu gakpapa, Hai!" Ken ikut panik dan mencoba untuk melihat keadaan mataku yang tengah kugosok-gosok.
"Mana coba sini kulihat," sambungnya.
Aku memberontak dari lengannya lalu berlari sejauh mungkin agar ia tak ada di hadapanmu lagi, "Gakpapa! Kamu pergi aja, aku mau ke toilet!" teriakku sembari berlari menjauhinya.
"Haina! Toilet di sebelah kiri, hati-hati!" serunya saat aku celingukan di pertigaan koridor.
...
Kini sudah hampir sepuluh menit aku berdiri di depan cermin washtaple. Kulihat pipiku masih merah merona, menahan malu dan memikirkan kejadian tadi. Apalagi tadi pas masih ada Ken, aku tak tahu seberapa merahnya pipiku saat itu.
Kalo dipikir-pikir, kenapa harus lari(?) padahal 'kan, aku ikuti saja permintaan dia untuk memperlihatkan keadaan mataku yang kelilipan saat itu, mungkin hal romantis akan terjadi jika aku membiarkan dia melihatnya. Semacam di drama Korea gitu. Dia bakal kukuh ingin melihat keadaanku sembari mengunci tanganku di genggamannya, lalu ia akan meniup pelan mataku, dan kita akan saling bertatap-tatapan lebih dari lima detik. Dan pastinya, misi pun akan berhasil.
Akhhh! Halusinasi lagi! Mana bisa hal itu terjadi?!
"Haina! Gara-gara kamu, sih!" dengusku pada diri sendiri di cermin; sebelum meninggalkan toilet.
***
Sialan dengan kejadian tadi. Sekarang aku malah tak bisa fokus pada pelajaran, sesekali kulihat sosok Ken dari samping; tempat dudukku. "Kenapa tadi aku bersikap aneh seperti itu, 'sih?" batinku. Serempak ia malah menoleh padaku lalu tersenyum; membuat lamunanku butar saat menatapnya. Aku yang dibuat terkejut pun sontak membuang pandangan, membuka-buka lembaran buku; aslinya hanya berpura-pura.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have a Crush on You [COMPLETED]
Teen FictionSeberapa lamanya kamu bisa mencintai seseorang dalam cara paling sepi? Satu bulan? Satu tahun? empat tahun? Atau sampai sepuluh tahun? Ah tidak, ini ceritaku! Aku mencintanya seumur hidupku. *** Haina. Seorang penulis SMA tingkat akhir yang tero...