***
"Menyerahlah dalam perjuangan tak berarah"
***
"Ada dua orang yang berani menyatakan cintanya pada Queen?!"
"Ken menyatakan cinta pada Maydi?"
"Apa? Jio juga?"
"Mereka memang cocok"
...
Pagi ini semua sudut koridor telah dipenuhi ocehan para siswa tentang berita Maydi. Banyak dari mereka yang masih mempertanyakan kejadian ini. Mengkritik dan memasang-pasangakan Maydi sampai membuat kesalah-pahaman.Aku pun mendengar banyak nama Ken terucap dari mulut adik-adik kelas perempuan. Banyak dari mereka yang ikut kecewa karena Ken yang mereka pikir lelaki langka ternyata telah mencintai seseorang. Dulu, kupikir seleraku aneh, berbeda dari yang lain, ternyata banyak juga orang yang menyukai Ken. Pantas saja Maydi menerima baik kedatangan Ken ke dalam hidupnya.
"Lihat! Maydi sedang bermain game bersama Ken di dalam kelas" bisik-bisik para murid dari luar kelasku.
Aku memasukinya, dan ternyata benar. Mereka ada di sana, di bangku Maydi, tepat di hadapan bangku miliku. Lagi-lagi seperti ini. Jangan sampai aku kembali pingsan! Sekarang bersikap biasalah, pergi melewatinya untuk menyimpan tas lalu pergi kembali meninggalkan kelas. Aku tak mau jadi nyamuk bagi mereka. Lagipula di mana Jio? Aku belum pernah melihat kedekatan mereka. Tolonglah Jio, cepat-cepat kau mengejar cinta Maydi. Jangan sampai Ken yang pertama mendapatkannya.
Ehem!
Aku berdeham saat melewati mereka berdua. Berharap mereka menyadari kedatanganku dan bersikap sewajarnya. Namun sayang, hanya Maydi yang menyapaku, tidak dengan Ken yang masih khusyuk dengan gamenya. "Eh, May! Sini main bareng," ajak Maydi.
"Eung-nggak dulu, deh, aku mau baca buku di taman," balasku mengarang. Maydi pun meng-iya-kan sambil tersenyum. Terlebih aku tak mengerti dengan game yang mereka mainkan. Di situlah kelemahanku.
Segeralah aku pergi dari ruangan yang mungkin sudah dipenuhi asap merah cinta dan kecemburuan. Tak tahu asap mana yang lebih pekat, saat ini yang terpenting aku sudah tidak tahan dengan sesak yang tiba-tiba melanda dadaku, pun langsung kutepuk berkali-kali. Aku harus segera keluar!
Sialnya, batang hidung Nara dan Astri belum terlihat, agaknya mereka sedang memburu para brondong pagi ini. Dengan penuh penyesalan aku pun luntang-lantung---berkeliaran tanpa arah mengelilingi sekolah sembari mencari kedua Babuku itu.
Lapangan, perpustakaan, kantin, ruang lab, hampir semua telah kulewati. Kakiku terus melangkah tanpa arah. Selama hampir tiga tahun menimba ilmu di sini, aku belum pernah mengelilingi setiap sudut sekolah sendirian. Selain taman yang sering kukunjungi, ternyata masih banyak tempat indah di bangunan ini. Seperti halnya ruangan di hadapanku saat ini. Ruang musik.
Aku baru tahu jika sekolah ini menyediakan ruang musik khusus. Terdengar alunan piano yang lembut nan merdu di telinga. Sedikit kulangkahkan kaki dengan ragu. Aku terus memperhatikannya dari balik pintu kaca besar ini. Siapa dia? Tubuh dengan tinggi sekitar 165cm dengan rambut sedikit ikal. Ah, aku tak bisa mengenalinya jika hanya melihat punggung pria itu dari jauh seperti ini. Yang jelas, ia begitu merdu mengalunkan tekanan tuts piano tersebut. Aku menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Have a Crush on You [COMPLETED]
Ficção AdolescenteSeberapa lamanya kamu bisa mencintai seseorang dalam cara paling sepi? Satu bulan? Satu tahun? empat tahun? Atau sampai sepuluh tahun? Ah tidak, ini ceritaku! Aku mencintanya seumur hidupku. *** Haina. Seorang penulis SMA tingkat akhir yang tero...