[LOCAL AU]
[Yukimiya kenyu x reader]
"menurut pendapat saya, kunci kemenangan adalah jawa. siapa bisa menguasai jawa, itulah yang menang."
Pemuda yang lahir Purwokerto, dengan wajahnya yang tampan, segudang talent yang ada pada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAPPY READING! -----
Tangan Raden memutar stir mobilnya dan sesekali mengetuk-ngetuk ujungnya. ditengah kemacetan, bibirnya menyanyikan lirik lagu campursari kesukaannya dengan sangat pelan. Namun tentu saja di tengah keheningan, lirik lagu tersebut tetap terdengar di telinga sang gadis. [Name] sendiri walau wajahnya menghadap jendela seolah-olah tidak mau menatap Raden, telinganya masih setia mendengarkan gumaman Raden dan menunggu penjelasan.
"Kamu udah makan?" tanya Raden melirik sang gadis yang masih betah menetap jalanan.
[Name] mengulum bibir, ia agak kaget saat Raden menanyainya. Tapi yang lebih bikin [Name] kaget adalah, Raden memanggil [Name] dengan 'KAMU'
'yaa mungkin emang lebay si, TAPI GUA BAPER GIMANA DONG?' batin [Name] berteriak. [Name] memejamkan matanya dan menggigit bibirnya.
Raden sendiri menoleh ke arah [Name] yang tidak menjawabnya. Ia berdehem pelan untuk menyadarkan [Name]. "[Name]? Kamu udah makan belum?" tanya Raden untuk yang kedua kalinya. Namun kali ini, nada bicara pria itu lebih rendah dari biasanya membuat bulu kuduk sang gadis merinding.
[Name] menggelengkan kepalanya tapi tak lama mengangguk. Huh? Ia bingung dengan jawabannya sendiri. "Belum, saya lagi gak ada mood buat makan, Mas." keluhnya.
Raden menyerngitkan dahinya, ia menghela nafas pelan dan melirik [Name] yang ada disampingnya. "Kalau gitu mau beli camilan apa?" Raden mengajukan pertanyaan. Bukan lagi sekedar bertanya ingin camilan atau tidak, tapi dia sedang bertanya mau camilan apa. Bedakan kedua hal itu, oke?
"Gak tau, terserah mas aja." sahut [Name]. Jika mungkin laki-laki lainnya akan pusing dengan jawaban ini, berbeda dengan Raden yang sudah memikirkan banyak makanan dan cukup membeli apa yang ada di pikirannya saja kan? Jika tak ada yang membuat gadis itu berselera, tinggal beli yang lain.
Raden pun mengangguk mendengar jawaban itu. Ia memarkirkan mobilnya disalah satu lahan dari ruko kosong yang dekat dengan para pedagang kaki lima.
"Kamu mau tunggu disini atau ikut hunting jajanan?" Raden menoleh kearah [Name] setelah melepas sabuk pengamannya.
[Name] berpikir sejenak, ia menoleh kearah Raden yang memang sedari tadi menatapnya dengan mata sayunya. "... [Name] ikut Mas aja boleh ga?"
Mendengar pertanyaan [Name], sontak Raden terkekeh dan mengangguk. "Boleh dong, ayo turun." ajak Raden dengan mata yang mengikuti lengkungan bibirnya.
[Name] turun dan bergegas menghampiri tempat para pedagang kaki lima. Namun karena terlalu excited untuk melihat jajanan, ia hampir saja menabrak lelaki bertubuh gempal jika saja Raden tidak sigap menarik tangannya. [Name] yang sedikit linglung pun hanya mengedipkan matanya berkali-kali dengan bingung. "Hati-hati, [Name], liat kanan-kiri kamu. Kamu mau beli sesuatu juga abangnya ga bakalan kabur." tutur Raden menasihati sang gadis dengan nada yang sedikit terselip kepanikan.
"Iya, maaf mas." sesalnya. Ya bagaimanapun juga dirinya salah karena tidak melihat-lihat jalan, oke? Bayangkan saja jika dia pergi sendiri dan tidak ada yang menariknya seperti hal yang dilakukan Raden tadi. Mungkin cerita ini akan tamat sampai di sini saja.
"Udah tau mau beli apa belum?" Raden bertanya yang disambut gelengan [Name]. Raden mengelus punggung tangan sang gadis agar keluar dari shock-nya. Bahaya kan, jika dirinya mengembalikan anak orang dengan kondisi yang masih shock berkelanjutan?
"Beli corndog disana yuk, kata temen mas enak rasanya." ajak Raden memberikan saran sembari menunjuk pedagang menggunakan dagunya.
"Bolehh, aku mau yang moza-cokelat yaa?" izin [Name] yang membuat Raden melebarkan senyumnya. Gemas sekali gadis ini.
"Iyaa, boleh [Name].." angguknya memberi izin.
Enggak, [Name] gak jajan corndog doang ternyata. Ia beli waffle, permen kapas, pukis, kue cubit dan es teh. Tangannya benar-benar dipenuhi dengan jajanan.
Ga nafsu makan tapi jajanannya banyak, kerja bagus, [Name]!😇
Setelah Raden bertanya apakah ada lagi yang ingin [Name] beli, [Name] menggelengkan kepalanya tanda tak ada. Lalu mereka pun memasuki mobil dan [Name] mulai memakan jajanannya.
"Ja uhuk ohok?" Saat [Name] ingin membuka mulutnya untuk bertanya, ia tanda sadar tersedak lupis yang ia makan. Ia segera meneguk Teh nya.
"Pelan-pelan makannya."
"Iyaa maaf, mas. Jadi mas mau jelasin apa?" [Name] menatap Raden dengan mata penuh penasaran.
Tidak, [Name] tidak seharusnya penasaran. [Name] itu bukan siapa-siapanya Raden kan? Kamu juga nggak ada hak untuk meminta penjelasan dari laki-laki tersebut. Tapi entah kenapa, ia selalu penasaran tentang semua hal yang ada pada diri Raden. Ia ingin… mengenal lebih jauh tentang laki-laki ini.
"Mas mau jelasin, tapi Mas mau nanya dulu ke kamu. Kamu gak fokus dikantor karena hal kemarin, [Name]?"
[Name] berdehem, ia kembali meminum teh nya sebelum akhirnya dengan jujur mengangguk. "Iya." akunya dengan kepala menunduk.
"Kamu lucu kalau lagi cemberut didepan komputer, [Name]." puji Raden dengan bibir mengulum ke dalam karena membayangkan ekspresi sang gadis. Ah, apakah ini benar-benar dianggap pujian, teman-teman?
[Name] mengangkat kepala dan menatap Raden bingung, "Tahu dari mana aku dari tadi pagi ga fokus kerja? Mas ada nyadap ponselku atau gimana?"
'TBL TBL TBL, TAKUT BANGET LOKHH' batin [Name].
Apakah ini book akan berubah genre jadi yandere?🤼♀️
----- TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.