[LOCAL AU]
[Yukimiya kenyu x reader]
"menurut pendapat saya, kunci kemenangan adalah jawa. siapa bisa menguasai jawa, itulah yang menang."
Pemuda yang lahir Purwokerto, dengan wajahnya yang tampan, segudang talent yang ada pada...
Aku apdet karena hari ini tanggal spesyal kaya martabak, eakkk~😋
Chapter kali ini Mas Jawa merayakan HUT RI yang ke 78!! INDONESIA MERDEKA!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
------ Warning⚠️ : isi chapter ini semuanya spoiler ya sayang. Yang ga mau dapet spoiler bisa baca nanti setelah aku up ekstra chapter🤭 -----
"Mas mau lomba apa?" tanya [Name].
"Mas ga mau ikut apa-apa, bu. Takut Mas ga menang hehe." ucap pria yang dipanggil 'Mas' oleh [Name].
'pukk'
Tepukan dikepala pria itu membuat sang empunya kepala menoleh. Menatap copy-an yang sama persis seperti dirinya.
"Mas mau denger sesuatu dari Ayah gak?" tanya Raden sembari tersenyum.
Sorot mata yang lebih kecil menatapnya penasaran. "Apa itu, Ayah?"
"Percaya deh sama Ayah, kamu ga perlu menang buat nyenengin Ibu sama Ayah. Ayah bakalan lebih seneng kalau kamu nikmatin lombanya dan jadiin lombanya sebagai pengalaman kamu." Sang anak ikut tersenyum dan memeluk kaki Raden. Tubuh kecilnya diangkat oleh Raden dan mereka berdua saling melempar senyum yang membuat [Name] ikut tersenyum melihatnya.
"Mas mau ikut lomba masukin bendera ke botol sama balap kelereng boleh gak Ayah?" tanya sang anak yang membuat Raden terkekeh.
"Boleh dong, siapa yang ngelarang jagoannya Ayah?" Dikecupnya kening anaknya dengan sayang membuat sang anak turut mencium pipi Ayahnya.
"Mas.. satu hal yang Mas harus inget sampai Mas dewasa nanti, Kegagalan itu hanya bisa dibilang gagal ketika Mas udah berhenti. Kalau Mas belum berhasil, itu adalah proses keberhasilan Mas yang tertunda. Ngerti Mas?" nasihat Raden tentu terdengar di telinga sang induk.
'bugh'
Suara pukulan dibahu Raden rasakan. Ia menoleh kearah istrinya yang sedang mengangkat alis. 'kamu ngomong ke anak kecil kok gitu banget sih? Terlalu serius tau gak?!' yang membuat Raden hanya tertawa kecil kearahnya.
"Iya Ayah, Mas ngerti kok." sang anak manggut-manggut mengerti.
Mereka berjalan kearah pendaftaran lomba dan mendaftarkan anak mereka. "Ayah, Ibu, Mas mau ikut lomba mewarnai juga!" seru si kecil.
"Oke kalau gitu anak aku daftar lomba masukin bendera ke botol, balap kelereng sama mewarnai ya kak." [Name] menatap orang yang mengurus pendaftaran lomba dan berujar pada mereka. Sang panitia pun mengangguk dan mencatat nama anak dan lomba-lomba yang ia ikuti.
"Untuk lomba bendera setengah jam lagi mulainya ya Bu, balap kelereng sehabis lomba bendera selesai dan lomba mewarnai mulai jam 4 sore." papar salah satu dari mereka.
"Oke makasih ya kak." ujar [Name] kepada ketiga orang tersebut. [Name] tersenyum bangga saat anaknya juga ikut mengucapkan terima kasih tanpa perlu disuruh.
"Mas mau beli itu ga Mas?" Raden menunjuk tukang cilok menggunakan dagunya. Sang anak pun mengangguk cepat. "Mauu Ayah! Mas beli 10 rIbu ya?"
"No, Mas. Mas bolehnya beli 5 rIbu aja, nanti takut ga habis. Kalau kurang, baru ntar kita beli lagi." sela [Name] saat melihat Raden ingin mengiyakan. Masalahnya tadi pagi merek baru sarapan, kalau ga habis kan mubazir.
"Okee Ibu." Sang anak bergerak acak dari gendongan Raden minta diturunkan.
"Mas harus bilang apa sama Ayah?" tanya Raden.
"Ayah tolong turunin Mas ya? Mas mau beli cilok nanti keburu abangnya hilang." Raden tersenyum dan mengecup pipi anaknya sebelum menurunkan sang anak.
Sang anak menggandeng tangan Ibunya dan berjalan kearah penjual cilok. "Abang, Aku mau ciloknya 5 rIbu." kata sang anak menunjukkan uangnya.
Sang penjual mengangguk dan mengacungi jempol. "Pakai apa aja dek?" tanyanya.
"Asin sama kecap aja, pak." ujar [Name] saat melihat wajah kebingungan sang anak. "Oke siapp. Ini dia ciloknya, silahkan dinikmati."
"Terima kasih, Abang cilok." pamit si kecil dadah-dadah.
"Udah, sayang? Ke lapangan dulu yuk, takut nama Mas udah dipanggil." ajak Raden. [Name] dan si kecilpun mengangguk. [Name] hampir saja berlari dan meloncat kalau saja Raden tak menghentikannya. "Jangan loncat begitu, dek. Kasian si dedek, jalannya pelan-pelan aja, sayang."
"Maaf Mas.." sesal [Name] membuat Raden mengelus surai istrinya acak.
"Gapapa, sayang. Yuk ah kita ke sana, tuh nama Mas dipanggil." ucap Raden saat mendengar nama anaknya dipanggil.
"Abiyan?" panggil MC acara 17-an di mic.
"AKUUU KAKAKKK!!" seru si kecil berlari memasuki lapangan.
"Okee ambil di posisi kiri ya, dek Abiyan. Sekarang tugas kalian ambil bendera satu-satu ke botol diujung sana. Diulangi sampai habis, oke?" Sang MC mengarahkan dan ada beberapa panitia yang mencontohkan.
"Ngerti?"
"NGERTIII!!" Teriak anak-anak disana.
"KALAU BEGITU, 1.. 2.. 3.. MULAII!!!"
[Name] sembari bertepuk tangan heboh. Sang suami pun mengawasi istrinya walau beberapa kali juga turut menyemangati sang anak.
"WIHIII ANAK GUE TUH. LIAT JUARA KAN." bangga [Name] berteriak. Abiyan berjalan mendekati orang tuanya dan mengajak mereka tos. Kedua orang tuanya pun mengecup pipi sang anak membuat sang anak tertawa geli.
"Nanti kita adu lagi ya bunda, Ayah. Baru nanti anaknya bisa jadi juara." potong sang MC membuat [Name] mendengus kesal.
------
17-08-2023
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.