-----
[Name] yang telah mengangkat teleponnya pun mendekatkan teleponnya ke telinganya.
"Halo.. kenapa nelpon?"
"...Cepetan kesini." Suara lirih kakaknya membuat [name] menyerngitkan dahinya.
"Kenapa? Gua lagi sama mas kenyu."
"Ajak Kenyu juga gapapa."
"Ga mau. nan-"
"Nini masuk rumah sakit. Cepetan kesini."
"Ga lucu mas sumpah mas."
"Gua ga bercanda anjing, makanya cepetan kesini."
'tut'
Suara telepon dimatikan. [Name] yang kalang kabut pun menoleh ke arah Kenyu setelah membereskan jajanannya. "Mas.. ke RS **** ya? Nini masuk sana." Kenyu yang mengerti keadaan pun mengangguk dan tak bertanya lebih jauh.
"Shtt.. rileks [name]. Ini mas jalanin mobilnya udah agak cepet dari biasanya. Kamu sesegukan banget itu, minum dulu ya? Itu dipintu sampingmu ada air putih." Ujar kenyu menenangkan.
[Name] meminum air dan bertambah keras menangisnya. Kenyu menawarkan tangannya. "Butuh pegangan?"
[Name] dengan segera memegang tangan kiri Kenyu. Dia mencengkramnya, sementara Kenyu mengelus ibu jari [name] untuk menyuruhnya rileks.
Setelah sampai, Kenyu menyuruh [name] untuk keluar terlebih dahulu karena Kenyu ingin memarkirkan mobilnya.
Setelah mencari kamar sang Nini, [name] melihat abangnya yang menenangkan Arin. "Gimana kondisinya Nini?" Tanya [name].
Sang kakak menggelengkan kepalanya. "Nini sempet kritis dek. Kemungkinan terburuknya pasti Nini nyerah.." [name] mendengar hal tersebut segera mencengkram kerah baju kakaknya.
"Maksud lu ngomong gitu apaan? Doa yang baik-baik aja lah bangsat!" [Name] berteriak dimuka kakaknya.
"Gua ngomong fakta anjing!"
"Maksud lu ngomong fakta apaan hah?!"
"Lu bahkan tahu alasan Nini ga mau jalanin operasi karena apa, [name]! Ga usah naif, ‘people come and go‘ itu nyata. Bahkan kalau emang Nini pergi, kita cuma bisa pasrah karena itu kemauan Nini dari dulu, tolol." Kakak beradik itu saling menatap tajam. Tangan [name] terangkat untuk mencekik sang kakak. Namun urung karena ada yang memeluknya dari belakang.
Kenyu adalah orang yang memeluknya. Ia melepaskan tangan [name] dari leher [brother's name]. Dieratkannya pelukan pada [name] yang mulai memberontak dan kenyu beri kalimat penenang. Kenyu menggiring [name] untuk duduk di bangku yang ada di dekat sana.
"Hei ga boleh teriak begitu, [name]. Jangan emosi, kita disini hanya perlu berdoa yang terbaik untuk Nini ya?"
[Name] duduk dan menenangkan dirinya. Saat ingin memejamkan matanya, ada seorang perawat yang keluar dari kamar nininya. "Adakah yang bernama saudari [name]?"
[Name] menoleh dan menunjuk dirinya sendiri. "Saya [name], sus. Ada apa ya?"
Perawat itu tersenyum dan mengangguk, "Pasien ingin bertemu dengan anda, mbak."
[Name] menoleh kearah keluarganya, Arin dan Kenyu yang disambut anggukan. [Name] meneguk salivanya susah payah sebelum beranjak dari posisi duduknya.
"[Name].." panggil Nini nya dengan lirih.
[Name] mendekat dan menatap nininya dengan lembut. "Iya ni?"
"Nini mau kamu punya pasangan yang baik.. ya?"
Karena panik, [name] mengangguk dan asal bicara saja. "Iya, Nini harus sembuh dulu tapi. Biar bisa liat cucu Nini nikah sama Mas mas Jawa yang baik."
"Nini mau kamu sama mas Raden... Dia-" belum menyelesaikan perkataannya, nininya sudah batuk.
"Nini.." suara [name] melirih, dia takut terjadi apa-apa dengan nininya.
"-Dia anak baik.. Ramah..." Ucap nininya menepuk punggung tangan [name].
[Name] mengangguk, "Iya [name] usahain ya, ni. Nini harus sembuh biar nanti liat [name] didandani jadi pengantin kaya gimana."
Nininya mengangguk dan tertawa disela-sela batuknya. Namun tak lama setelahnya dia merasakan nininya tak bergerak dengan alat yang berbunyi nyaring.
'tittt'
[Name] menoleh ke dokter dan perawat, mereka menggelengkan kepalanya. Nini [name] memang berkata bahwa dirinya sudah menyerah dan tidak menginginkan operasi dengan alasan sudah lelah. "Waktu kematian pasien [your granma's name.] pukul 19:42. Mari kita berdoa agar kepergian almarhum diterima disisiNya. Berdoa mulai." Setelah itu, tubuh [name] meluruh, dia menangis tanpa isakan.
Nininya memang sudah lama mengalami gagal ginjal dan selama ini, dia selalu melakukan cuci darah. Namun kini sang Nini sudah menyerah. Saat dimana dulu keluarganya ingin mencari pendonor, nininya tidak setuju dan menyuruh mereka mengabaikan saja. Dia selalu berkata dengan tawa, "jika memang nanti Nini pergi, tolong jangan tangisi Nini dan biarkan Nini mu ini pergi. Nini sudah lama tidak sabar bertemu Mbah Kakungmu kembali." (Alasan keluarga [name] saat pindah ke Jogja karena ini ya, teman-teman 🫂)
"Tidur yang nyenyak, Nini. Temani Mbah Kakung dan bahagia disana, ya. Nini udah ga sakit lagi.. [Name] sayang Nini, tolong sesekali datang ke mimpi [name] ya?" Ucap [name] disamping telinga nininya. Dia mengecup kening dan pipi nininya sebelum berjalan keluar.
Sesampainya di depan keluarga, tubuhnya hampir meluruh ke lantai jika Kenyu tidak menangkap tubuhnya. "Shhtt.."
"Nini udah ga ada, mas..."
-----
TBCGuys, kael jujur aja ga begitu ngerti cara menulis kematian gitu😞 Ini kata-kata nya terinspirasi dari Drakor yang ku tonton. Dan yaa.. Bagian paragraf akhir tuh aslinya mbak ku yang dapet kabar kematian ayah pasca operasi lambung. Kalau ada yang typo atau salah, aku minta maaf ya.🙇🏻♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐒 𝐉𝐀𝐖𝐀 - 𝐘𝐮𝐤𝐢𝐦𝐢𝐲𝐚 𝐊𝐞𝐧𝐲𝐮
Fanfic[LOCAL AU] [Yukimiya kenyu x reader] "menurut pendapat saya, kunci kemenangan adalah jawa. siapa bisa menguasai jawa, itulah yang menang." Pemuda yang lahir Purwokerto, dengan wajahnya yang tampan, segudang talent yang ada pada...