Rumah bukan lagi tentang bangunan megah dengan kerangka yang kuat, tapi defisini rumah adalah seseorang.•REGAN KANAGARA•
.
"Kalau emang lo ada masalah, lo bisa bilang sama gue Ki. Jangan tiba-tiba berubah." Samudra berucap dengan nada tenang. Ia jelas mengenal Kia seutuhnya, kalau Kia berubah dapat Sam pastikan ada masalah yang masuk dalam kehidupan gadis itu.
Sejak dulu ketika awal mereka menjalin hubungan, banyak sekali hal yang tidak Samudra ketahui soal Kia, karena Sam pikir Kia adalah gadis dengan sejuta rahasia, ia memilih untuk memendam semua rasa sakitnya.
"Apa yang mau lo bilang?" Laki-laki itu hendak bangkit dari posisi tidurnya, Kia membantu. Tangan lemah itu menyusap pelan rambut Kia, lalu menyelipkan senyumput ketelinga.
Kia siap mengatakan semuanya, tapi kali ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk bilang tentang kehamilannya, tentang Regan, dan tentang hubungannya yang sebentar lagi akan usai. Jadi gadis itu memilih diam.
"Jaga kesehatan lo ya, Sam. Jaga diri baik-baik, karena gue gak bisa selamanya ada disisi lo, gue yakin Laras lebih baik dari gue."
Kia melepaskan genggaman tangan Samudra, menatapnya dengan lekat seolah tak ingin kehilangan.
Kia dan Samudra mencintai dalam porsi yang setara, sama-sama egois, naif dan keras kepala. Sama-sama tak ingin kehilangan, padahal perpisahan itu sudah ada didepan mata.
"Temenin gue disini tidur ya, Ki. Gue pengen meluk lo, kali ini aja."
Kia mengangguk. Samudra tersenyum, tangannya perlahan mendekap kearah gadis itu, memeluknya seolah tak ingin ada perpisahan, sampai pada akhirnya Sam mencium kening Kia.
Rasanya nyaman. Rasanya seperti terbang tinggi menuju langit oleh sayap yang Samudra punya, membawa Kia berkeliling kemanapun tempat terindah yang dia mau. Tapi Samudra kadang lupa, terbang terlalu jauh akan membuat sayapnya patah lalu jatuh kedasar terdalam.
"Gue sayang lo, Ki"
Tanpa mereka ketahui sosok lain hendak masuk kedalam ruangan itu, namun langkahnya urung saat melihat sesuatu yang menahannya di ambang pintu dan dia lebih memilih untuk mundur. Perasaan itu —
"Jadi gini ya, Rasanya"
Regan sudah tahu, bahwa sesakit ini melihat orang yang dia cintai harus jatuh kepelukan orang lain.
•••
Regan memutuskan untuk pulang tanpa sepengetahuan Kia, meninggalkan gadis itu bersama Samudra di rumah sakit. Entah perasaan apa ini namanya, Regan tidak tahu, kenapa setiap melihat Kia dan Samudra bersama rasanya sakit?
Regan bukan lelaki yang gampang mencintai gadis begitu saja, tapi sejak pertama kali bertemu Kia, laki-laki itu merasakan sesuatu yang berbeda. Rasanya Regan ingin terus melindunginya.
"Lo kenapa, Re?"
Bahkan saat Bara bertanya sedari tadi, Regan tidak menjawabnya. Pikirannya hanyut dalam bayangan hitam tak berkesudahan, dalam benaknya ia juga masih memikirkan tentang Papa dan Mama yang tidak pernah mengangapnya ada.
Bara menepuk bahu laki-laki itu, alisnya naik keatas seolah bertanya dia kenapa. "Lo kalau ada masalah, cerita sama kita. Disini kita itu rumah kedua buat lo."
Sampai saat ini Regan tidak tahu ada defisini rumah sebenernya. Rumah bukan tentang lagi banguan megah dengan kerangka yang kuat, tapi baginya defisini rumah adalah seseorang.
Regan menghela napas pelan, mengambil satu batang rokok dari wadahnya, kemudian menyalakan korek, membakarnya sampai asap tipis mengepul diudara.
"Gue banyak masalah, soal keluarga, soal abang gue, rasanya gue gak siap berdiri sendirian." Laki-laki itu berucap dengan tatapan kosong, sesekali menyesap rokok ditangan kanannya.
"Lo kok jadi sadboy gini sih?" Abbas meninpal, namun hanya ada tatapan tajam dari teman-temannya saat ia berucap seperti itu.
"Jangan melow gini dong, Bos. Masa seorang Regan bersedih sih." Ucap Galingga, tatapan laki-laki itu tak lepas dari ponselnya.
Abbas melemparkan bungkus rokok kearah kepala Galingga, sampai empunya mengaduh kesakitan. "Si Bos juga manusia kali, bisa sedih, bisa nangis." Jawab Abbas, tapi Galingga tidak tinggal diam ia akan mencari sesuatu lebih tajam yang akan dilemparkan pada temannya yang minus akhlak itu.
Gama memberi saran. "Daripada sedih-sedih gini, mending kita ke club malam, setuju gak"
Alih-alih mendapat dukungan, semua mendadak menolak. Hingga pada akhirnya Arsad yang tadi diam saja, memukul kepala laki-laki itu dengan keras. "Astagfirullah, bukannya ngaji lo malah ngajakin kita sesat, lo aja sendiri keclub. Walaupun kita anak geng motor tapi sholat nomer satu, iyakan teman-teman ku."
Arsad ini emang anaknya ustad. Ikut geng motor karena ajakan sesat dari Gama yang merupakan teman masa kecilnya, baik Gama maupun Arsad tidak ada bedanya, otaknya sebelas dua belas.
"Eh lo pada tahu gak kalau pacarnya Samudra cakep juga ya, imut-imut gitu." Ungkap Abbas, tersenyum-senyum membayangkan wajah cantik Kia.
"Kia maksud lo?" Tanya Galingga, dapat diakui bahwa Kia memang cantik, tidak heran jika semua cowok menjadi pusat perhatiannya.
Mendengar nama Kia, membuat Mood Sam kembali turun apalagi saat melihat hangatnya pelukan itu.
"Lo mau kemana?" Tanya Bara saat Regan hendak pergi, padahal belum lama ia datang kesini. Bara tahu betul, ketika banyak masalah balapan atau tawuran adalah pelarian bagi Regan.
Regan tidak menjawab, laki-laki itu mematikan rokoknya yang sudah setengah, lalu membuangnya. Pikirannya terlalu kacau untuk diceritakan, hanya ketenangan yang dia butuhkan sekarang.
"Mau ke ring ada tanding, lo mau ikut?" Ucap Regan dengan datar, tawuran hingga babak belur selalu menjadi pelarian kala masalah datang.
Bara mencoba menahannya. Bukan apa, Bara hanya khawatir cowok itu kenapa-kenapa. Ia tahu Regan jago dalam hal tawuran tapi jika dalam kondisi seperti ini hanya akan memperburuk suasana.
"Jangan tawuran Bos, udah malem. Bahaya juga"
Namun bukan Regan namanya kalau tidak keras kepala, laki-laki itu memutuskan untuk pergi, kemanapun tempat yang membuatnya tenang.
••••
BERSAMBUNG....
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan Kanagara
Teen Fiction"Setelah gue berusaha pertahanin hubungan ini, lo malah dengan brengseknya ngelakuin hal menjijikan gitu sama cowo lain" Kiara tak bersuara, hanya ada tangisan Samudra yang menjadi saksi bisu atas menyakitkannya pertemuan ini. "Gue minta maaf" dise...