•REGAN KANAGARA•
..Ruangan itu hening.
Bahkan saking heningnya suara detik jam terdengar memenuhi. Regan dihadapkan dengan kondisi yang rasanya ingin membuat laki-laki itu menyerah saja daripada bertahan, seluruh pikiran itu meluber keluar dalam otaknya, sampai habis tak bersisa.
"Buburnya diabisin ya, Ki. Hari ini dokter bilang lo boleh pulang."
Kia mengangguk, mungkin Kia juga mempunyai pikiran yang sama dengan Regan, apa yang akan terjadi setelah ini? apa yang akan terjadi jika sampai Mama, semua teman-temannya, atau lebih parah lagi Samudra tau soal kehamilan gadis itu.
Kia menghela napas frustasi.
Bubur dalam mangkuk rumah sakit itu tak sedikitpun Kia sentuh, tapi Regan tidak diam saja, Kia harus makan agar kondisi dia maupun kandungan dalam perutnya kembali pulih, jadi tangan Regan bergerak hanya untuk mengambil bubur itu di atas nakas.
"Lo makan dulu buburnya ya, abis ini kita pulang." Ucap laki-laki itu. Dia menyuapkan bubur itu kedalam mulut Kia meskipun gadis itu ingin muntah karena rasanya hambar, mungkin karena banyak juga pikiran yang membuat semua rasa makanan menjadi pahit.
"Re, kondisi Samudra gimana?"
Hening. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Regan.
"Dia di rumah sakit ini juga kan, Re?"
Regan menghela napas lega, seluruh pertanyaan itu adalah retoris, dan Regan tidak mungkin menceritakan soal kejadian memuakan semalem tepat dihadapan ruangan Regan dirawat, Kia tidak boleh tahu. Jadi laki-laki itu mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Regan menyimpan mangkuk bubur yang hanya tersisa setengah itu di atas nakas, perlahan tangannya menyentuh rambut Kia dengan lembut. "Lo gak usah banyak pikiran dulu ya, lo ingetkan kata dokter apa, demi kesehatan lo, demi kandungan lo."
"Sekarang lo siap-siap ganti baju ya, kita pulang sekarang, mungkin Mama lo khawatir karena 2 hari lo gak pulang kerumah."
Regan benar, mungkin saat ini yang harus Kia pikirkan adalah kesehatan dia dan kandungannya, bukan yang lain. Tapi jauh dalam diri Kia, pelan-pelan gadis itu merindukan sosok Samudra yang selalu ada ketika Kia dihadapkan dalam kondisi yang sama.
"Gue takut, Re." Dia berucap dengan nada gemetar, seluruh kekuatan yang ada dalam dirinya seolah hilang begitu saja.
"Jangan takut, ada gue disini."
Dan mungkin berbulan-bulan, atau bahkan sudah sejak lama Kia terlalu salah dalam menerjemahkan seoarang Regan Kanagara, karena jauh dari seram yang telah Kia bayangkan— Regan adalah sosok berandal yang tulus dan bertanggung jawab pada suatu hal, mungkin kondisi lah yang membentuk dia menjadi manusia paling brengsek yang pernah Kia kenal.
"Gue takut kalau kandungan ini bocor sama satu sekolah apalagi Samudra."
Regan mendekat, iris coklat gelap seperti ledakan kembang api di angkasa malam itu bertemu dengan hitam pekat yang keterlaluan polos dan menyimpan kekecewaan. Seolah-olah ada sebuah garis lintang yang menyalahi koordinat, menghancurkan seluruh ketakutan dan kegelisahan yang Kia rasakan.
"Kalau itu terjadi, gue gak akan diem aja, Kia. Gue bakal tanggung jawab, gue bakal nikahin lo meski gue tahu resiko yang gue ambil terlalu besar."
Ada jeda sebentar dalam ucapan Regan, sementara Kia hanya bungkam.
"Tapi ini semua salah gue, andai malam itu gue gak—"
Rasanya laki-laki itu tidak bisa melanjutkan ucapannya, mungkin apa yang dikatakan Mama, Papa, dan Samudra adalah kebenaran bahwa Regan Kanagara tidak pantas untuk mendapatkan kebahagian karena dia adalah anak pembawa masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regan Kanagara
Novela Juvenil"Setelah gue berusaha pertahanin hubungan ini, lo malah dengan brengseknya ngelakuin hal menjijikan gitu sama cowo lain" Kiara tak bersuara, hanya ada tangisan Samudra yang menjadi saksi bisu atas menyakitkannya pertemuan ini. "Gue minta maaf" dise...