Bab 11

7.6K 405 10
                                    

Tolong Maafkan Ayah 11

Suksesnya Aluna dan Anatasya, berpengaruh juga pada bisnisku. Ada beberapa crazy rich, yang tertarik saat mengetahui, aku adalah seorang singel parents.

Jadilah, aku mendapatkan investor dari beberapa di antara mereka. Perusahaanku berkembang dengan pesat. Menjadikan kehidupan beranjak naik ke puncak kesuksesan.

Setelah Arga lulus SMA, aku memintanya untuk masuk ke perusahaan. Membantu sebisa dia. Mataku tidak salah melihat. Arga punya jiwa bisnis yang mumpuni. Sambil kuliah, dia membantuku mengatur manajemen.

Dugaanku tepat. Manager perusahaan berkata, kualitas Arga akan bertambah setelah dia lulus kuliah nanti. Dan itu terbukti. Setiap proyek yang dia tangani, selalu gol. Kami memenangkan tender di mana-mana.

Ibu dan bapak di kampung, kami fasilitasi juga. Aku membantu pembangunan jalan dan fasilitas kesehatan di sana. Aluna menjadwalkan untuk selalu menengok kampung neneknya.

Ketiga anakku sering bertanya tentang perasaan pribadiku, "Apa Bunda gak kepengen nikah lagi?"

Aku hanya menggeleng pelan. Bukan tidak bisa move on. Peristiwa itu, sudah sangat lama. Aku hanya ingin fokus dengan anak-anakku.

Membangun fondasi yang kuat, di bawah kaki mereka yang kuat pula. Setelah itu tercapai, barulah aku akan memikirkan diriku. Mungkin aku akan istirahat. Membangun villa di kampung dengan sawah dan kebun di sekelilingnya, lalu bersenda gurau dengan cucu-cucuku. Aku ingin menjaga mereka dulu, tanpa membagi hati dan kasih kepada siapapun.

Feelingku benar. Setelah tiga belas tahun terpisah tanpa saling tau kabar, hari itu, masa lalu yang sudah aku kubur, bangkit kembali. Ah. Kenapa gak mati abadi saja?

Pria yang sudah terlupakan, muncul di hadapanku. Saat aku sedang berkunjung ke salah satu toko kueku, Mas Surya datang dengan alasan mencari kedua putriku.

Apa dia lupa? Dia sendiri yang bilang. Jangan mencari aku dengan alasan apapun. Anggaplah ayah kalian sudah mati.

Lalu yang muncul sambil ngaku-ngaku ini siapa? Arwah gentayangan? Dia bahkan hampir menyentuh tanganku, saat aku tidak merespon perkataannya.

Memaksa memberi tahu di mana Aluna dan Anatasya bekerja. Dan aku ... Aku akan memposisikan dirinya, tepat pada tempatnya. Yaitu, dia tidak ada tempat sama sekali dalam hidup kami. Dia bukan siapa-siapa.

Aku juga kembali terkejut, karena Arga mengatakan akan menjadi investor untuk Mas Surya. Arga sama sekali tidak mengenal Mas Surya. Aku sudah pernah bicara terus terang kepadanya, bahwa dia masih punya ayah, yang sudah tidak mau dianggap ada. Namun soal siapa ayahnya, aku tidak pernah memberitahu. Karena itu tidak penting.

Malam pertemuan bisnisku, dia datang ke rumah. Tau dari mana dia alamatku? Arga menyambut dengan ramah, tapi tidak denganku. Lagi, alasannya karena ingin bertemu anak-anak. Aku meminta Arga untuk secepatnya menyuruh dia pulang.

Aku tidak akan memberi ruang. Sedikitpun tidak. Meskipun begitu, aku tetap memberi bantuan dana pada perusahaannya yang hampir kolaps.

Saat pertemuan penandatanganan, aku pun ikut dalam pertemuan itu. Dia terlihat kaget, gugup dan mungkin saja malu.

Wanita yang dulu dia hina, maki, dan perlakukan seperti pembantu, berdiri tegap di hadapannya, dan dari tangan wanita tak berguna ini, dia tidak jadi bangkrut. Aku kurang baik apa coba?

Selanjutnya. Pertemuan demi pertemuan sering terjadi di antara kami. Dia juga menyukai masakan di restoran seafood langganan kami.

Ini pertama kali aku melihat ekspresi Aluna dan Anatasya bertemu langsung dengannya.  Mereka bahkan lebih sadis dariku. Mereka menganggap Mas Surya yang berdiri di samping meja kami, adalah angin yang tidak terlihat. Kasihan dia.

Tolong Maafkan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang