Bab 12

7.7K 403 23
                                    

Tolong Maafkan Ayah 12

Surya POV

Talita sampai di rumah, setelah waktu isya selesai. Dia tersenyum sumringah mendapati rumah yang bersih dan tertata.

"Mas. Kamu panggil Mbok Narsih? Akhirnya. Kan sudah aku bilang, lebih baik ada Mbok Narsih. Semua jadi beres kan?"

"Ia. Akulah Mbok Narsihnya, Nyonya Talita. Aku dan Radit yang membersihkan rumah. Aku sudah belanja, semua keperluan dapur dan isi kulkas sudah lengkap. Seprei dan gorden pun sudah di ganti. Lanjutkan saja kegiatanmu. Jangan pedulikan kami Nyonya. Jika suatu hari nanti, kamu pulang keluyuran, dan tidak mendapati kami, jangan cari kami lagi!"

Aku bicara sambil terus menatap layar tv.  Aku dapat informasi dari Jonathan dan Joshua, jika acara konferensi pers Anatasya akan tayang malam ini.

Talita mencebik.

"Maafkan aku Mas. Tadi tuh ulang tahun salah satu temanku. Kami sudah menjadwalkan pertemuan ini dari jauh-jauh hari. Sayang banget kalo dibatalin kan?"

"Yah. Dan kau lebih memilih keluar dari pagi hari meninggalkan anak-anakmu yang sedang sakit, hanya untuk acara ulang tahun. Acara ulang tahun apa, yang pergi pagi pulang malam Talita? Kau bahkan tidak tau, jika obat Melisa sudah habis. Jangan membuat kesabaranku habis!" suaraku meninggi. Sudah dari tadi aku menahan jengkel di hati.

"Lalu kamu mau apa Mas? Menceraikan aku seperti kamu menceraikan Anaya? Wanita pelayan cafe yang kau katakan kaya itu? Bulshit!"

Aku berbalik. Menatap wanita yang bergelar istri ini. Sejak bertemu kembali dengan Anaya, aku baru sadar, cantik saja tidak cukup untuk menjadikanmu wanita idaman, atau seorang ibu yang baik.

Perbedaan Talita dan Anaya sangat mencolok. Anaya memang tidak secantik Talita, tapi dalam hal lain, Talita tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Anaya.

"Kamu bilang apa? Wanita pelayan cafe?"

"Yah. Aku tadi bertemu Anaya di toko kue Ar4Cake, langganan geng kami. Dia di sana dan menjadi pelayan. Jangan-jangan dia hanya pura-pura kaya untuk menjerat kamu lagi Mas."

"Talita. Kau tidak bicara macam-macam pada Anaya kan?"

"Jika ia, emangnya kenapa Mas? Pelayan aja belagu. Apa lagi anaknya yang dokter itu. Sombong banget. Aku udah bilang sama dia, kalo dia harus ikut bertanggung jawab atas Radit. Dia harus mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Radit. Tapi dia malah bicara panjang kali lebar. Aku ngancem dia, kalo kamu gak akan nikahkan dia. Eeh ... Dia malah bilang. Kalau begitu, aku gak usah nikah. Sombong banget kan? Dia pikir, enak jadi perawan tua? Gak nikah-nikah gitu?"

Aku naik pitam.

"Apa yang kamu lakukan Talita? Selama ini, aku berusaha sabar, gak langsung ngomong apa-apa ke Aluna. Kamu malah bicara kasar seperti itu? Aluna akan semakin menjauhi aku.  Kamu benar-benar yah. Kalau gara-gara kamu, Anaya membatalkan kerja sama dengan perusahaanku, kamu akan tanggung resikonya. Kamu tau, toko kue langganan geng kamu itu, adalah milik Anaya, Talita!" aku berteriak tepat di hadapan wajahnya.

Hampir saja tanganku melayang, menampar pipinya. Jika aku tidak melihat Radit yang keluar dari kamarnya. Dan sedang menatap kami.

Talita berjengkit kaget. Seumur kami bersama, baru kali ini aku kasar padanya.  Sefatal apapun kesalahannya, aku selalu bicara padanya baik-baik.

"Kamu jahat Mas. Hanya karena orang lain, kamu mau nampar aku?" matanya berkaca-kaca.

"Bagaimana aku gak marah Talita, ini menyangkut hidup Radit. Kenapa kamu gak biarin aku saja yang bicara dengan Aluna? Kamu udah kasar begitu sama dia, apa dia masih mau jadi pendonor untuk Radit?"

Tolong Maafkan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang