Bab 30

6.9K 306 5
                                    

"Kamu itu gimana sih? Survei kamu tentang Anaya itu kurang banget tau gak. Kamu belum tau aja, kalo keluarga mereka itu keluarga yang luar biasa."

Alex meradang. Menatap wanita di depannya yang terlihat begitu santai, dengan apa yang baru saja dilalui Alex.

"Sekali lagi kamu muji itu perempuan, aku bikin kamu gak bisa bicara seumur hidup."

"Kerjaanmu hanya ngancem aja. Kalo kamu berani, ngapain harus minta aku y.ang jadi umpan? Sebenarnya, kamu takut kan, berurusan langsung sama Anaya?"

Wanita itu tertawa. "Apa? Niken Asharya takut sama orang? Gak mungkin. Aku hanya ingin mempermainkan Anaya."

"Tapi kenyataannya, malah kita yang dipermainkan." Geram Alex. Bagaimana tidak. Malunya sudah menggunung, saat proposalnya ditolak dengan tegas oleh Anaya.

"Aku akui, terlalu memandang rendah, wanita lulusan SMA itu. Ternyata, dia lebih teliti dari yang kita duga. Anaknya juga. Makanya, kamu harus bisa, mengambil hati si dokter itu. Buat dia klepek-klepek sama kamu. Lalu serang Anaya, lewat dia."

Alex merasa, kali ini, dia akan kesulitan mendapatkan Aluna. Wanita seperti apa yang bersahabat dengan para preman?  Bahkan mereka sangat menghargainya.

Kecurangannya yang diketahui dengan cepat oleh Arga dan Anaya, pasti akan diketahui juga oleh Aluna. Lagi pula nilainya sudah minus di mata Anaya dan Arga.

Alex berpikir, untuk lebih dulu mencoba. Siapa tau, Aluna bisa jatuh hati padanya. Ada semangat baru dalam dirinya, saat melamunkan wajah Aluna yang cantik, dengan senyum menawan, sedang menatap dirinya penuh cinta.

Dengan cepat, Alex bergegas. Mengambil kunci mobil, dan pergi ke rumah sakit Artama. Alasan klasik yang akan dia pakai, jika bertemu Aluna di sana adalah, sedang menjenguk teman.

***

"Kamu gak takut kita ketahuan Mas? Istri bar-barmu tidak curiga?" Talita bertanya pada pria di hadapannya. Pria yang selalu bisa membuat jantungnya dag dig dug.

"Gak. Lain dulu, lain sekarang Ta. Orang tuanya udah bangkrut. Mereka udah gak berguna lagi buat keluargaku. Aku tendang diapun, gak ada yang akan melarang. Mami Papi udah gak ada. Aku free sekarang, Ta."

Talita tersenyum senang. Ini yang dia inginkan. Pria kaya ini, akan mewujudkan semua impiannya. Jika pria ini sudah memantapkan hatinya untuk Talita, maka Surya akan dia tendang.

Dengan manja, Talita bergelayut di lengan pria itu. Cinta lamanya, yang dia temukan beberapa bulan lalu. Mereka kembali intens menjalin hubungan, setelah Surya menjual rumah mewah mereka karena bangkrut.

Marvel dan Talita, sama-sama mengkhianati pernikahan mereka. Bermain-main dengan api, yang sekali waktu akan membakar mereka.

Beberapa hari lalu, Talita baru sadar, jika Melisa tidak ada di rumah. Nomor ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Semua akun sosial medianya sudah tidak aktif lagi.

Marvel membawa Talita jalan-jalan ke pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Talita minta dibelikan tas branded yang dulu disita Surya.

Entah penglihatan Talita yang salah, atau, memang orang-orang di mall ini, sedang meliriknya, sambil berbisik-bisik.

Ada yang memandangnya dengan tatapan menjijikan. Ada juga yang mencibir dengan sorot mata menghina.

Talita acuh saja. Dia masuk bersama Marvel ke toko berlogo mewah itu. Mereka disambut dengan hormat oleh para karyawan toko tersebut.

"Mbak. Tolong ambilin yang itu yah," tunjuk Talita. Jari lentik, bercat merah menyala itu, mengarah ke salah satu etalase yang melindungi tas-tas mewah itu.

Tolong Maafkan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang