Bab 33

5.6K 304 0
                                    

Aluna menepati janji. Dia meminta ibunya datang ke rumah sakit, karena mantan mertuanya yang kritis, ingin bertemu dengannya.

Anaya sampai di rumah sakit, bersama Arga dan Hendrawan. Berjalan menyusuri koridor mencari ruangan kelas satu, tempat Murni dirawat.

Ijin diberikan Hendrawan, asalkan, dia pergi ditemani suami dan anaknya. Alisya juga ikut, tapi langsung pergi ke ruangan kakaknya.

Akhir-akhir ini, setelah perayaan ulang tahun Alisya, Anaya lebih intens berada di sisi anak bungsunya itu.

Ruangan rawat inap Murni sudah ada di depan mata mereka. Hendrawan menggenggam tangan Anaya, tidak sekalipun dia melepaskannya.

Setelah Arga mengetuk pintu, dia melihat seorang gadis berdiri di sana, membukakan pintu untuknya. Gadis yang tempo hari diusir oleh satpam perusahaan, atas permintaannya.

"Cari siapa?" tanyanya. Arga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu menatap Anaya, dengan wajah bingung.

"Kami mau menjenguk ibunda Tuan Surya. Beliau adalah rekan kerja kami."

Melisa memutar matanya malas. Dia memandang Arga dengan ketus. Surya yang mendengar suara Arga di balik pintu, yang hanya dibuka Melisa sedikit saja, langsung melompat dengan gesit dari sofa.

Dia menarik tangan Melisa menjauhi pintu, dan mempersilahkan Arga masuk. Dia semakin terkejut, karena Arga datang dengan Anaya dan juga Hendrawan.

"Maaf jika kami mengganggu Tuan. Sepertinya gadis ini, tidak menyukai kedatangan kami." Arga berkata sambil menunduk kecil. Setelah dia mengangkat wajahnya, dia tersenyum masam pada Surya.

Surya salah tingkah. Dan Melisa tetap dengan tatapan ketusnya.

"Maaf Tuan Arga. Dia anak saya. Dia tidak tau jika anda ke sini, atas permintaan saya. Mari masuk." Dia juga sedikit membungkuk, mempersilahkan Anaya dan Hendrawan masuk.

Surya melemparkan pandangan membunuh ke arah Melisa. Setelah mereka berjalan di depannya.

"Jangan membuat Papa malu, Melisa. Cobalah bertingkah seperti seorang gadis yang baik. Buang sikap ketus dan arogan, warisan dari Mamamu yang bodoh itu. Kamu gak tau perjuangan Papa yang sudah susah payah membawa mereka ke sini," bisik Surya dengan wajah geram.

Sari menatap Anaya sampai mulutnya sedikit terbuka. Meskipun dia selalu melihat Anaya di layar tv atau di konten youtube kedua keponakannya, tapi, setelah puluhan tahun, Sari baru melihat kembali muka dengan muka, mantan iparnya itu.

Perubahan Anaya, sangatlah drastis dibandingkan saat dulu menjadi istri masnya. Kulit wajahnya seperti wanita yang baru memasuki usia tiga puluh tahun. Kencang, kinclong dan terawat.

Anaya mengulurkan tangan dan menyalami Sari dengan hangat. "Apa kabar kamu Sar?"

"Aku baik Mbak. Mbak tambah cantik aja."

"Ah kamu ini. Biasa aja Sar. Kenalin. Ini suami Mbak." Anaya memperkenalkan Hendrawan pada Sari.

Sari menatap tanpa berkedip. Kedua sejoli ini sangat pantas jadi pasangan. Yang satunya cantik dan baik. Yang satunya ganteng maksimal.

Hendrawan menangkupkan kedua tangan di depan dada. Dengan senyum, dan menurunkan pandangan.

Sari membalas salam Hendrawan dengan kaku. Dia merasa bertemu pria sempurna. Ganteng, tajir, baik dan sholeh. Wanita sangat merasa dihargai dan aman, jika diperlakukan dengan hormat seperti yang dilakukan Hendrawan.

Arga dengan cekatan meletakkan parcel buah ukuran jumbo, yang dia bawa sedari tadi di atas meja, si kamar itu. Tanpa mereka ketahui, Arga juga menyisipkan satu amplop coklat berukuran tebal di balik parcel itu.

Tolong Maafkan AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang