5. Sekolah

1.1K 150 14
                                    

"KAK SOLAR NGAPAIN DISINI?!!"

Halilintar menjerit histeris saat melihat kakak keenamnya itu berdiri cengo di dekat ranjang king size kamarnya. Dia yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan panik menutupi area "berharga"nya. Yang sebenarnya sudah tertutup oleh bathrobe yang ia pakai.

Solar memiringkan kepala, "lo udah pake bathrobe kalo lo lupa."

Hali nyengir. Iya juga, ya.

"Jadi kakak ngapain disini?"

"Naro seragam lo lah! Apa lagi? Buruan, abis itu sarapan!"

Setelah itu, Solar pergi. Membuat Hali mendengus. Dia menatap seragam sekolah yang tergeletak di atas kasur. Tak lama, senyuman sinis terukir di bibirnya.

'Tunggu aksi gue Voltra, muahahaha!!'

Jangan tanya. Hali hanya sedang semangat untuk melancarkan aksi balas dendam.

••••••

"Duduk Taufan!"

Suara berat bapak Amato menginterupsi. Membuat pemuda biru yang dipanggil namanya tadi mendengus. Dan dengan terpaksa kembali duduk di kursi makannya.

Dialah orang yang memaki Halilintar saat di meja makan kemarin. Handaffa Taufan Adhikara. Pemuda berumur 22 tahun yang berstatus sebagai kakak kedua Alan.

Halilintar menatap tajam orang itu. Hanya sesaat, hingga dia kembali fokus pada makanan. Berlagak tidak peduli.

Diantara semua kakak Alan yang menyebalkan, Taufanlah yang paling Halilintar tidak suka. Sebenarnya, pemuda yang berprofesi sebagai model itu termasuk orang yang jahil. Di film Munchausen sendiri, terdapat beberapa adegan yang memperlihatkan bagaimana jahilnya Taufan pada Alan.

Mulai dari sengaja menyiramkan minyak di tangga hingga membuat Alan tergelincir dan jatuh. Menaruh kecoak mati dalam olahan semur ayam yang disajikan di mangkuk Alan. Hingga mengurungnya dengan seekor anjing di sebuah ruangan sempit dan gelap.

Itulah beberapa kejahilan Taufan yang pernah Halilintar lihat di film.

Entah apa tujuannya, tapi sepertinya Taufan melakukan kejahilan-kejahilan itu semata-mata hanya untuk mendapatkan kesenangan.

Bisa dibilang, Alan sering dibully oleh Taufan.

Itulah yang membuat Halilintar paling membenci kakak kedua Alan. Halilintar sangat tidak suka orang yang jahil. Mau apapun itu alasannya, Halilintar tetap tidak suka.

'Hmm, kalo gue jahilin balik keknya seru?'

Diam-diam, Halilintar tersenyum seram. Sampai membuat Ice yang melihat senyum itu bergidik, Halilintar cukup terlihat menyeramkan di matanya.

"Lo berangkat bareng gue sama Thorn, pendek!"

"Kamu ngapain ngajak-ngajak anak nggak guna kayak dia sih, Solar? Ngerusak pemandangan aja," protes Thorn yang berada di samping Solar. Merasa tak terima jika adiknya mengajak Halilintar yang berada di tubuh Alan itu.

Halilintar memutar mata jengah, mendongak menatap Thorn yang tentu saja lebih tinggi darinya. Ugh, kenapa Alan memiliki tubuh pendek seperti ini sih? "Gue juga ogah kali berangkat sama lo pada! Mending gue naik motor sendiri!"

Saat ini mereka ada di halaman depan rumah. Berdiri di samping mobil hitam yang sedang dipanaskan. Halilintar sebenarnya tidak mau berangkat dengan Solar, apalagi ada Thorn juga. Dia sedang tak ingin mengotori telinganya dengan ucapan-ucapan tajam yang kakak kelimanya itu lontarkan.

Munchausen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang