Happy Reading...Fang yin diruangannya tengah mempersiapkan dirinya sendiri, semua pelayan ditolaknya karena dia malas mendengar ocehan yang hanya tahu menghakimi kehidupannya.
Melihat kedua pria itu melakukan adat pernikahan sebelum menemui calon pengantinnya. Fang yin hnya bisa mendengus kesal, padahal dirinya belum puas mengganggu para manusia yang ada disini.
Mengambil pernak-pernik pernikahan dengan lesu dan memakaikannya pada diri sendiri, lalu memoles wajahnya dengan bedak tipis tak lupa lipstik merah yang mewarnai bibir tipisnya.
"Aku masih tak percaya akan menikah lagi"bisiknya lemah.
Fang yin mengingat masa-masa ketika dia masih menjadi selir jelek yang sering diejek, banyak tingkah jahat dari para selir lain dan pelayan serta tingkahnya yang mungkin bisa membuat orang menjadi gila karena kenakalannya. Jika dipikir-pikir dia cukup rindu menjadi selir gila yang banyak tingkah.
"Betapa konyolnya dulu diriku" kekehnya yang merasa lucu dengan tingkah anehnya.
"Terkadang aku berpikir dengan takdir yang diberikan"
"Sebenarnya takdirku itu seperti apa dan fase apa yang harus kulewati untuk mendapatkan takdir yang sudah diatur ini"
"Takdir yah? Jika terlalu dipikir akan sulit ditebak dan sebaliknya, tergantung kita dalam menyikapi hal yang akan mendatang"
"Takdir sulit diprediksi, tugas kita menerima hal yang sudah ditakdirkan, namun takdir yang ada belum tentu sesuai dengan kemauan kita"
"Seperti yang kualami sekarang, kupikir hidup yang kujalani tak serumit itu, namun ternyata realita tak seindah ekspektasi"
Tidak lama kemudian datanglah para pelayan yang akan membawa pengantin wanita untuk menemui pengantin pria.
"Putri sudah waktunya untuk turun menemui pengantin pria"ucap pelayan yang sudah tidak lagi memberikan nama selir kehormatan pada Fang yin.
"Ya, terimakasih"balas Fang yin yang menerima uluran tangan dari salah satu pelayan.
Mereka berjalan dengan perlahan, tapi bagi Fang yin rasanya ini cukup berat. Rasanya dia masih tidak percaya akan menikah lagi.
Setengah perjalanan rombongan Fang yin bertemu dengan rombongan Chang ei yang juga akan menikah. Bisa dilihat Chang ei yang ingin menggapai tangan Fang yin, namun dengan cepat Fang yin berjalan meninggalkan Chang ei.
Jujur saja dia belum bisa mengatakan apapun pada Chang ei, dibanding dia harus melihat wajah kasihan Chang ei lebih baik dia pergi, karena itu lebih baik.
"Putri, maaf tidak bisa melakukan apapun"lirihnya sedih menatap punggung kecil yang rapuh itu.
"PENGANTIN WANITA TIBA!" teriak prajurit yang membuat setiap mata menatap dua pengantin wanita yang datang.
"Astaga kupikir rumor itu tak benar!!!" ucap salah satu undangan wanita yang tak percaya.
"Ya! Mereka berdua sangat beruntung mendapatkan kaisar sekaligus jendral" irinya yang bisa terlihat dari mata yang memelototi Fang yin dan Chang ei.
"Kendalikan matamu! Itu sangat jelek" ejek yang lain.
"Diamlah, seandainya aku mendapatkan keberuntungan mereka itu merupakan berkah"kesalnya yang masih tak terima yang hanya dibalas gelengan pasrah dari yang lain.
"Astaga!!! Taruhanku menang"teriak salah satu tamu.
"Hm! Jujur saja itu hanya keberuntungan"ucap salah satunya tak senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY OLD EMPEROR (END)
Historical Fiction[Bukan novel terjemahan] Hanya karangan sendiri Dilarang mengcopy(๑و•̀ω•́)و Cover dari google WARNING !!!!! Banyak kalimat kasar bertebaran. (ˉ(∞)ˉ) Jika anda bingung dengan cerita ini tidak perlu memaki, bisa bergulir mencari cerita lain'(*∩_∩*)′. ...