Sebentar lengkap
lengkap sebentar
Dan kujalani rompang
atas nama wajar
Dulu kita menjadi satu
dan kini aku menjadi
satu
Dan sorot sayumu
adalah hantu bagiku
Luka bukan monumen penting
dukaku tidak genting
Walau kini ku zombie
tapi hidup tak bisa berhenti
Tidak ada lagi detik detik cantik
Sudah selesai sementara sementara asmara
Jika ini kita
maka aku disini
dan kau di sana
Kita berdua atas nama jumlah
... Bukan atas nama hati
Dan jika semua sekedar sekerat pernah
Kenapa rasa ini tak bisa mati**********
2012"Hai.... " Ujarku pada kucing jingga yang mengeong ngeong mendesakkan kepalanya ke kakiku.... Sejenak aku berjongkok di ruangan temaram itu dan mengelus kepalanya yang sekarang mendengkur sayang padaku...
"Panada.... " Lirihku sambil terus mengelusnya sementara tanganku yang satunya mengambil mangkok makannya dan mengisinya dengan makanan kering...
"Kucing datang dan pergi dan lo masih menamai mereka Panada? " Dingin sebuah suara dari sosok tegap yang terduduk di sofa butut depan televisi...
"Penjara gak buat gue kreatif... Gak kayak koruptor koruptor itu" Senyumku masam seraya berdiri dan menekan tombol lampu....
Pria itu kaget memandangiku yang babak belur
"Hari yang berat eh? " Ujarnya tidak enak...Aku mengangkat bahu... "Sepukul dua pukul.... Hari ini aku dapat tiga ratus... Eh tidak tiga ratus dua puluh lima ribu... " Timpalku sementara tanganku merogoh celana kargo motif camouflage yang sudah pudar untuk mengeluarkan penghasilanku hari itu
"Apa cukup? " Lirihnya dengan nada kasihan...
"Lumayan buat makan gue dan panada... " Timpalku tidak perduli....
"Apa lo bahagia Co? " Ujar laki laki itu lagi....
"Bokap dan nyokap lari ke karibia dengan alibi dimiskinkan negara, mereka membeli kebebasan lo dan temen temen atas penganiayaan Daniel... Cuma gue yang ada disana dengan konsekwen menerima hukuman gue.... Dan yeah gue bahagia karena gue gak lari dari apa apa" Jawabku kemudian sementara tanganku meraih kotak p3k dan membersihkan luka lukaku.....
"Dan lo merasa lo dikorbankan Co? " Stefan menghampiriku dan membantuku mengoleskan betadine pada luka luka gores di lenganku...
Aku terkekeh dan memandanginya penuh kebencian "Gue gak hidup dalam rasa bersalah stefan.. Kalianlah korbannya ... Selamanya harus merasa kalah dalam kemenangan.... Itu menyedihkan... " Dinginku kemudian
"Kalah dalam kemenangan? " Bingung laki laki dengan penampilan yang lebih rapi itu
"Papa dan mama bisa saja menikmati segala kemewahan dalam pelarian, dan lo... Lo bisa membeli apa saja sebagai orang yang mengelola kekayaan mereka... Tapi sesak itu... Malu itu... Walau kalian coba simpan rapat rapat... Akan selalu bergerak lamban dan menyakitkan dalam mimpi mimpi kalian... Bahwa kalian gak konsekwen... Bahwa kalian pikir kalian bisa membeli kebenaran... Dan gue pikir... Itu lebih sakit dari sekedar... Luka luka gue" Jelasku seraya dengan ketus menepiskan jemari stefan yang masih membantuku mengobati lukaku
"Maaf... " Ujarnya sambil memandangiku yang kini memasang tensoplast di lenganku
"Jangan ngomongin hal hal aneh lagi... Suka atau nggak lo doang jembatan antara gue dan keluarga gue.... Kita akan terjebak bersama untuk waktu yang lama... So coba untuk sedikit saja nggak menyebalkan... Sedikit saja... " Ujarku seraya melangkah menuju kamar mandi... Tak kusadari wajah menyedihkan Stefan yang masih saja memandangiku....
************
2012Stefan Mahardika
Aku memandang tubuh tegap yang baru saja memasuki kamar mandi.... Masih ada rasa sesal yang meraja akibat kejadian 10 tahun lalu... Tapi aku melindunginya kan? Aku berusaha... Aku selalu berusaha melindunginya bahkan ketika dia merasa tidak perlu dilindungi.... Tidak dia tahu dia tidak dalam posisi aman.... Dia hanya ingin gila gilaan.. Dia hanya ingin hancuran...
YOU ARE READING
SETELAH SEGALANYA
General FictionDaniel kembali ke Jakarta setelah beberapa tahun mengasingkan diri ke Semarang.... mencoba kembali menjalani kehidupan setelah trauma yang dialaminya... trauma yang sempat membuat kehebohan Nasional.... trauma yang tak sengaja membongkar kebobrokan...