Note : Don't Plagiat. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.
Sorai Ke-lima.
.
"Cara menyayangi tidak harus dengan menunjukan kemesraan atau kasih sayang.”
-Nathan, Jiko, Haikal, Marvio, dan Reynan baru saja selesai menunaikan sholat Ashar. Dengan di awali adzan Jiko dan di imam-i oleh Marvio, kini mereka bersiap kerumah Cendaka.
“Tadi Jendral udah di kabari kan Na?” Reynan bertanya dan di angguki oleh Nathan.
“Lo beneran udah oke kan Rey?” tanya Marvio, dan kini Reynan yang mengangguk mantap.
“Ngomong-ngomong, Bang Haikal mana ya, ke kamar mandi lama amat?” tanya Jiko dari arah kamar Haikal.
Oh ya, Sorai itu memiliki 2 kamar mandi, dan 4 kamar dengan 1 kamar utama milik Haikal. 3 lainnya bebas di gunakan siapa saja dari mereka yang ingin menginap disana.
“Abang udah disini Jiko, kenapa sih? Kangen ya, padahal baru bentar loh Abang perginya, gimana kalo di tinggal lama heh”
“Anjir Kal, ga lucu amat lo” Reynan melempar bantal kecil berbentuk beruang kesayangan Haikal.
“Reynan! Plis deh! Ini kesayangan Haikalll, satu-satunya dari Jendral tau!” kesal Haikal sembari mengusap kecil bantal beruang itu.
“Iye dah, dari Jendral, ntar kalo ada duit gue beliin ya Kal” sahut Nathan. Cemburu kisahnya?
Haikal dan Marvio terkekeh kecil, kembar ini memang kalau soal perhatian Haikal selalu rebutan.
“Ya udah ayuk berangkat, ketemu Jendral di pertigaan depan aja.” ajak Marvio.
Mereka kini menaik motor berboncengan, dengan Jiko yang dibonceng Haikal, Marvio membonceng Reyhan.
“Anjir lah, terus gue gimana bang?” Nathan bertanya dengan bersedekap dada.
“Sini ikut aku dulu Na, ntar di depan pindah sama Jendral” ajak Haikal bersemangat, lalu kalian berpikir Nathan akan berteriak kesal? Tentu saja tidak, ia justru ikut bersemangat dan menaikan dirinya, membuat Jiko yang lebih tinggi dari abangnya berada di tengah-tengah.
“Anjay Bang, sodara lo” Reynan menggeleng keras melihat kelakuan Haikal dan Nathan.
“Sodara lo juga sat” jawab Marvio sembari menyerahkan help hitam yang selalu ia bawa kemana-mana.
“Ati-ati Kal, awas jatoh. Jiko yang sabar ya.” Marvio mengatakan hal itu saat melihat wajah kesal Jiko kemudian melakukan motornya terlebih dahulu.
“Bang, Ya Allah. Ini ga mau Jiko yang bawa? Nanti jatuh, lagian gini amat sih Bang Nathan kek ga punya motor.”
“Aman dek, diem deh, kita jalan. Bismillahirrahmanirrahim. Go!!!”
Motor matic itu berjalan dengan mulus, melewati jalanan yang cukup sepi di temani senja yang mulai tampak.
“GILA CANTIK BANGET KAL LANGITNYA.”
“JANGAN TERIAK EGE”
“BANG HAIKAL, BANG NANA, BERISIKKK. MALU, JANGAN TERIAK-TERIAK”
“Eh, Jiko juga teriak ya, hehe, maaf”
Sampai di dekat sekolah mereka, pencucian motor yang kini terlihat sudah hampir ditutup itu terdapat Jendral dengan setelah kaos hitam santai.
“Halo sayang” sapa Haikal pada Jendral yang fokus terhadap handphone nya.
“Eh, udah dateng yang?” jawab Jendral, menanggapi guyonan temannya itu.
“Geli bang ih” sela Jiko dengan muka julidnya.
“Anjir Na, bawa motor makanya, sampe bonceng tiga gini, ga takut jatoh apa” Jendral berujar sembari menatap kembarannya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorai
Подростковая литератураCompleted✓ [Part masih lengkap.] *Jangan lupa komentar dan votenya. Deskripsi : Kisah tujuh pemuda yang saling mencintai dalam lingkup saudara. Melewati banyak hal, hari-hari berat, dan masalah yang menumpuk dengan kebersamaan. Mereka tidak sedarah...