Yang Tak Akan Jatuh

3.3K 416 26
                                    

Note : Don't Plagiat. Enjoy and Happy Reading.
.
.
.

Sorai Ke-tujuh belas
.

“Rasa sakit yang dikubur, akan memiliki waktu untuk kembali naik kepermukaan.”
-


Pukul enam pagi, cuaca masih terasa dingin, apalagi jika hari libur bagi seseorang, tentunya ia akan memilih untuk berbaring seharian di atas kasur, namun, terlihat rombongan remaja lelaki ini sudah berada di dalam mobil, bersiap melakukan perjalan sesuai yang telah mereka rencanakan.

Bismillahirrohmannirrohim, cus ngengg Na” Haikal berseru semangat di kursi depan, tepat di samping Nathan yang memilih menyetir untuk perjalanan pertama, rencananya, memang mereka membawa satu mobil saja yang muat untuk mereka bertujuh, dengan Marvio, Cendaka, dan Jiko di kursi tengah. Sedang Jendral dan Reynan berada di kursi belakang.

Tenang, disini, mereka semua sudah lulus uji SIM mobil, yah, kecuali Jiko dan Haikal yang memang belum berniat memiliki SIM kendaraan empat roda itu.

“Gue tidur dulu Na, ntar kalo mau gantian bangunin aja ya, jangan mepet-mepet tapi bro” Jendral berujar saat mereka sudah menempuh satu jam perjalanan, Nathan yang didepan hanya mengangguk tanda mengiyakan ucapan Jendral.

“Tidur Bang, lo kan sampe nanti langsung siap-siap ke lokasi buat konser malem” Cendaka yang berada ditengah-tengah Jiko dan Marvio menegur sosok leader pada perkumpulan mereka itu.

Tak lama dari momen tersebut, keduanya, baik Cendaka dan Marvio tertidur pulas saling menyender bahu, Cendaka meletakan kepalanya di bahu tegap raga Marka, sedang kepala Marvio bertumpu pada kepala bungsu kedua Sorai itu.

Kini tersisa Haikal, Nathan, dan Jiko yang terjaga.

“Bang Ikal tumbenan diem aja? Gak mabok kan?” tanya Jiko pelan, takut menganggu yang lain, sedang Nathan berusaha melirik dan tak terpecah fokus pada jalanan tol yang cukup ramai.

Haikal menolehkan kepalanya kebelakang, menatap mata Jiko sebentar dan tersenyum hangat, “Nggak, cuma mau berulah takut keganggu, kasian juga Bang Marv ntar dateng langsung latian, terus konser, biar istirahat juga. Kamu juga tidur gih, biar Nana aku yang temenin”

Jiko hanya mengangguk syukur atas bantahan bahwa Haikal mabuk, namun ia tetap memilih terjaga daripada memejamkan matanya.

“Mampir pom bentar ya” Nathan berujar lirih dan membelokan mobil itu kearah pom bahan bakar yang sudah ada di depan mereka.

Nathan menurunkan kaca kiri nya dan meminta Haikal mengucapkan nominal pengisian pada mbak-mbak yang bertugas disana, namun, dirasa petugas tersebut mengacuhkan Haikal, ia sendiri yang berkata sembari sedikit menyentak, “Full mbak.”

Petugas tersebut mengisi sampai batas penuh mobil tersebut, lalu menerima uang kertas sejumlah dua ratus ribu rupiah, masih tersisa kembalian tiga puluh ribu dari total pengisian yang berjumlah seratus tujuh puluh ribu rupiah.

Petugas itu tersenyum sopan dan memberikan kembalian dengan lembut, namun justru sang penerima mengatakan bahwa ia kurang ajar, dan berlalu pergi dengan mobilnya.

“Kenapa sih Na, marah-marah terus! Ga enak sama orangnya tadi!” Haikal menegur Nathan yang kini terlihat marah.

“Lo tuh ya! Ga liat tuh tangan persis didepan muka lo?! Udah liat ada lo yang bisa nerima duitnya, masih kekeh aja ngasih ke gue” Nathan membalas lumayan kencang, menyebabkan Jendral dan Reynan di kursi belakang terbangun.

“Woe, ngapain sih? Ributin apaan?” Jendral bertanya dengan suara dalamnya.

“Nepi bentar bang, lo emosi, capek kali, udah hampir sampe biar gantian sama gue atau Bang Jendral aja” Jiko berkata berniat memberi saran, untungnya Nathan mendengarkan dan memilih menepi.

SoraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang